Ancaman Bahaya Asbes dari Puing-puing di Gaza: Sangat Beracun

3 hours ago 3

Jakarta -

Agresi militer Israel di Gaza telah melepaskan pembunuh senyap: asbes.

Mineral yang banyak digunakan dalam bahan bangunan ini melepaskan serat beracun ke udara. Serat-serat ini bisa menempel pada paru-paru dan jika dibiarkan terus-menerus dapat menyebabkan kanker.

Penggunaan asbes saat ini dilarang di sebagian besar tempat di dunia, tetapi asbes masih banyak ditemukan di bangunan-bangunan tua.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) di Gaza, asbes paling banyak ditemukan pada bagian atap bangunan di delapan kamp pengungsian yang didirikan untuk menampung warga Palestina yang terpaksa melarikan diri atau terusir dari rumah mereka saat perang Arab-Israel pada 1948 hingga 1949.

Pada Oktober 2024, UNEP memperkirakan ada sekitar 2,3 juta ton puing-puing dan reruntuhan di seluruh Gaza yang terkontaminasi asbes.

"Puing-puing Gaza adalah lingkungan yang sangat, sangat beracun," kata Profesor Bill Cookson, direktur Pusat Nasional untuk Penelitian Mesothelioma di London.

"Mereka akan merasakan dampak langsung dan juga jangka panjang. Anak-anak akan merasakan efeknya sepanjang hidup mereka," imbuhnya.

Liz Darlison, CEO Mesothelioma UK, menambahkan: "Bukan berarti selesai ketika orang-orang meninggal dunia. Dampaknya akan terus berlanjut."

Ketika asbes terlepas, seratnya terlalu kecil untuk dilihat dengan mata manusia dapat terhirup orang-orang di dekatnya dan terus masuk hingga ke paru-paru.

Seiring dengan waktu, biasanya memakan waktu beberapa dekade, asbes bisa menyebabkan iritasi atau luka pada paru-paru yang dikenal sebagai asbestosis. Bahkan, dalam beberapa kasus, bisa menyebabkan kanker paru-paru yang disebut mesothelioma.

bahaya asbesBBC

"Mesothelioma adalah penyakit mengerikan dan tidak dapat disembuhkan," kata Prof Cookson.

"Yang benar-benar mengkhawatirkan," tambahnya, "adalah bahwa penularan penyakitnya tidak terkait dengan jumlah dosis. Jadi menghirup serat asbes sedikit saja bisa menyebabkan mesothelioma.

"Kanker ini tumbuh di dalam rongga pleura. Sangat menyakitkan dan selalu terlambat didiagnosis. Penyakit bisa bertahan dari semua terapi perawatan."

Biasanya, orang-orang pengidap mesothelioma terjangkit 20 hingga 60 tahun setelah terpapar yang berarti akan memakan waktu beberapa dekade sebelum dampaknya dirasakan. Tingkat paparan yang lebih tinggi, atau periode yang lebih lama, diyakini dapat mempercepat perkembangan penyakit.

Dr Ryan Hoy, yang penelitiannya dikutip oleh UNEP, mengatakan sangat sulit untuk menghindari serat asbes ketika bernapas karena asbes adalah "partikel sangat kecil yang mengapung di udara dan bisa masuk jauh hingga ke dalam paru-paru."

Asbes bahkan lebih sulit untuk dihindari, katanya, karena Gaza sangat "padat penduduk".

Wilayah ini menampung sekitar 2,1 juta orang dan dengan luas 365 km persegi sekitar separuh lebih sedikit dari ukuran Jakarta.

Para ahli di lapangan mengatakan warga Gaza tidak sadar dengan risiko yang ditimbulkan oleh asbes atau menghirup debu karena ada bahaya yang lebih besar dan genting yaitu serangan militer Israel.

"Saat ini, [menghirup debu] bukanlah sesuatu yang dianggap sebagai hal yang mengkhawatirkan oleh warga. Mereka bahkan tidak punya makanan, dan mereka lebih takut terbunuh oleh ledakan bom," kata Chiara Lodi, koordinator medis di Gaza untuk LSM Medecins Sans Frontires.

"Kurangnya kesadaran tentang risiko asbes, ditambah dengan masalah-masalah yang dihadapi [orang-orang di Gaza] saat ini, berarti mereka tidak dapat mengambil langkah-langkah yang dibutuhkan untuk melindungi diri sendiri," kata juru bicara LSM SOS Children's Villages yang berbasis di Gaza.

Banyak orang yang "tidak sepenuhnya menyadari efek berbahaya dari debu dan puing-puing", tambah mereka.

Setelah konflik Gaza pada 2009, survei PBB di wilayah itu menemukan asbes pada puing-puing bangunan tua, gudang, bangunan-bangunan sementara, atap, dan dinding kandang ternak.

Ada beberapa jenis asbes, mulai dari yang disebut "asbes putih" (yang paling tidak berbahaya) hingga "asbes biru" atau crocidolite (yang paling berbahaya). Asbes crocidolite yang sangat karsinogenik (bisa memicu kanker) ditemukan di Gaza oleh PBB.

Sekitar 68 negara telah melarang penggunaan asbes, meskipun beberapa negara memberi pengecualian untuk penggunaan khusus. Asbes dilarang di Kerajaan Bersatu (United Kingdom/UK) pada 1999 dan Israel melarang penggunaannya di bangunan-bangunan pada 2011.

Selain mesothelioma, asbes juga dapat menyebabkan kanker paru-paru, laring, dan kanker rahim.

puing gazaBBC

Risiko lainnya, yang jarang diketahui adalah silikosis, penyakit paru-paru yang disebabkan oleh menghirup debu silika selama bertahun-tahun. Beton umumnya mengandung 20-60% silika.

Dr Hoy mengatakan jumlah debu yang sangat besar di Gaza dapat menyebabkan "peningkatan risiko infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran napas atas dan bawah, pneumonia, dan memperburuk penyakit paru-paru yang sudah ada sebelumnya seperti asma," serta, "emfisema dan penyakit paru obstruktif kronis, yang dapat diperburuk oleh paparan debu akut."

Selama bertahun-tahun, serangan 11 September 2001 di World Trade Center di New York telah digunakan sebagai studi kasus oleh para ahli kesehatan untuk memeriksa efek awan debu beracun besar pada populasi sipil.

"Menara Kembar tidak berada di tengah-tengah zona perang," kata Darlison, "jadi situasi di lokasi itu dapat kami ukur dan kuantifikasi dengan lebih mudah."

Pada Desember 2023, ada 5.249 orang yang terdaftar di Program Kesehatan World Trade Center pemerintah AS telah meninggal akibat penyakit gangguan pernapasan dan pencernaan atau kanker. Angka ini jauh lebih tinggi daripada 2.296 korban yang tewas dalam serangan pesawat itu sendiri. Sebanyak 34.113 orang didiagnosis menderita kanker selama periode yang sama.

Empat tipe asbes Getty Images Batuan asbes seperti ini ditambang sebelum diolah menjadi bahan bangunan yang mengandung asbes, seperti atap. Lembaran atap asbes umum ditemukan di banyak kamp pengungsi Gaza, menurut PBB. Yang ini dicopot dari bekas pemukiman Yahudi di Gaza pada tahun 2005.

Lembaran atap asbes umum ditemukan di banyak kamp pengungsi Gaza, menurut PBB. (Getty Images)

AS dan beberapa Negara Arab telah bersaing untuk mengusulkan rencana rekonstruksi Gaza. PBB telah memperingatkan bahwa proses tersebut harus dikelola dengan hati-hati untuk menghindari gangguan sejumlah besar puing-puing yang terkontaminasi asbes.

"Sayangnya," kata Darlison, "Sifat asbes yang membuat kita menggunakannya juga membuat kita sulit untuk membuangnya."

Seorang juru bicara UNEP mengatakan kepada BBC bahwa proses pemindahan puing-puing akan "meningkatkan kemungkinan gangguan asbes dan pelepasan serat berbahaya itu ke udara".

Menurut taksiran UNEP proses pembersihan semua puing-puing bisa memakan waktu 21 tahun dan menelan biaya hingga US$1,2 miliar (sekitar Rp20 triliun).

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) tidak menanggapi permintaan komentar BBC.

(ita/ita)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial