Khawatir Perang Rusia, Norwegia Hidupkan Lagi Bunker Perang Dingin

6 hours ago 5

Jakarta -

Norwegia membangun banyak bunker militer selama Perang Dingin, beberapa di antaranya adalah pangkalan rahasia yang luas untuk pesawat dan kapal selam. Ketegangan dengan Rusia akhir-akhir ini membuat bunker-bunker itu kembali dilirik.

Ratusan ribu turis mengunjungi Norwegia utara tiap tahun. Namun, ada dunia rahasia yang tidak pernah mereka lihat: di gua-gua pegunungan, tersembunyi jet tempur dan kapal selam nuklir.

Norwegia adalah negeri dengan banyak bunker. Pada puncak Perang Dingin, negara pegunungan yang jarang penduduknya ini punya sekitar 3.000 bunker bawah tanah tempat angkatan bersenjata dan sekutunya bisa bersembunyi dan nantinya melawan para penjajah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski bunker itu berasal dari masa Perang Dunia II maupun sebelumnya, keberadaannya hampir tidak diketahui oleh publik Norwegia.

Kini, saat perang melanda Ukraina timur, Norwegia mengaktifkan kembali dua bangunan bawah tanah peninggalan Perang Dingin yang paling ikonik.

Berada di dekat perbatasan Norwegia dengan Rusia di utara Lingkaran Arktik, hanggar Pangkalan Udara Bardufoss dan pangkalan angkatan laut di Olavsvern terasa seperti bagian dari film mata-mata dengan dinding batu kasar, beton berkilau, dan peralatan militer.

Dipahat dari batu gunung, dilindungi oleh sekitar 275 meter batu gabro yang kuat, pangkalan Olasvern sangat megah. Terowongan pintu masuknya sepanjang 909 meter dan dilengkapi pintu antiledakan besar.

Dalam foto-foto yang menunjukkan diaktifkannya kembali hanggar Bardufoss, tampak pesawat tempur Lockheed Martin (F-35 Lightning II) bertengger seperti burung pemangsa di bawah lampu sorot.

Dibuka pada 1938, pangkalan udara itu pernah digunakan oleh pesawat tempur Jerman untuk melindungi kapal perang raksasa Tirpitz saat berlabuh di teluk di dekatnya.

Setelah perang, Angkatan Udara Kerajaan Norwegia kemudian menggunakan hanggar ini untuk melindungi pesawat tempur dari kemungkinan serangan Soviet.

Hanggar ini berisi semua yang dibutuhkan pesawat dan pilotnya, seperti penyimpanan bahan bakar, penyimpanan senjata, ruang untuk memelihara sistem pesawat, dan area kru.

Sekitar 40 tahun yang lalu, hanggar ditutup dan tidak digunakan lagi. Sekarang, Bardufoss mungkin diperlukan lagi.

Baca juga:

Pangkalan udara ini berperan membantu "ketahanan dan kemampuan bertahan" F-35 Norwegia dalam menghadapi serangan Rusia.

Invasi Rusia ke Ukraina menunjukkan kepada dunia betapa rentannya pesawat militer mahal saat berada di darat.

Pesawat F-35 seharga US$80 jutaUS$110 juta (sekitarRp1,3 triliun hingga Rp1,8 triliun) rentan terhadap serangan pesawat "kamikaze" tanpa awak yang biayanya hanya US$300 (Rp5 juta).

Di Ukraina, Rusia memasang ban pada sayap atau membangun hanggar dari kawat. Daripada itu, ancaman pesawat tanpa awak dapat dibatasi dengan menyebarkan target ke banyak lokasi berbeda.

garisBBC

BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

GarisBBC

Lebih baik lagi, pesawat dijaga tetap aman di tempat perlindungan yang diperkuat. Tempat tersulit adalah gunung.

Hanya perlu melihat sekilas pada peta untuk menjelaskan mengapa pangkalan angkatan laut Olavsvern dibangun.

Letaknya di dekat pertemuan antara Laut Norwegia dengan Laut Barents, sangat dekat dengan Rusia.

Pulau Bear dan Svalbard terkadang disebut "Celah Beruang" karena tempat ini sejak dulu hingga sekarang menjadi titik sempit yang menjadi jalan bagi kapal selam dan kapal perang Rusia yang berlayar ke Atlantik.

Pembangunan pangkalan angkatan laut sebagian besar dilakukan secara bertahap sejak 1950-an dan seterusnya sebagai respons terhadap pembangunan Armada Utara Soviet.

Tujuannnya, mengubah celah beruang menjadi perangkap beruang.

Dengan biaya sekitar US$450 juta (sekitar Rp7,5 triliun), pangkalan tersebut merupakan proyek yang sangat besar bagi Norwegia sehingga NATO harus mendanai sebagian besar dananya.

Saat tempat itu selesai dibangun lengkap dengan pusat komando bawah tanah, penyimpanan, dermaga air dalam, dok kering, dan terowongan sebagai pintu masuk dan keluar, Uni Soviet telah runtuh.

Namun, proyek ini tidak sia-sia. Meskipun Perang Dingin mulai mencair, kapal-kapal NATO masih menggunakannya sebagai pos persinggahan untuk misi di Samudra Arktik yang dingin.

Pada 2009, parlemen Norwegia memutuskan untuk menutup pangkalan rahasia Olavsvern meskipun ancaman dari Rusia semakin meningkat.

Baca juga:

Pada 2013 pangkalan itu dijual kepada investor swasta dengan harga jauh di bawah nilai pasar, yaitu sekitar Pound 7 juta.

Terowongan-terowongannya dipenuhi dengan karavan dan mobil-mobil antik.

Pemilik baru mengizinkan dua kapal penelitian Rusia dan kapal-kapal penangkap ikan Rusia untuk menggunakan fasilitas yang dulu dijaga ketat.

Media Rusia bahkan menyebarkan informasi yang salah, bahwa perusahaan yang membeli pangkalan itu sebagian dimiliki oleh Rusia.

Pada 2020, WilNor Governmental Services, yang memiliki hubungan dekat dengan militer Norwegia, membeli sebagian besar perusahaan tersebut.

Sejak saat itu, perusahaan mulai memperbaiki situs tersebut. Kehadiran militer di pangkalan meningkat, dan Angkatan Laut AS juga tertarik untuk menempatkan kapal selam nuklir mereka.

Pangkalan kapal selam peninggalan Perang Dingin yang terbengkalai di Norwegia.

Pangkalan kapal selam peninggalan Perang Dingin yang terbengkalai di Norwegia. (Getty Images)

Alasan pengaktifan kembali pangkalan-pangkalan ini sederhana: Rusia.

Kekhawatiran Norwegia soal keamanan tidak dimulai pada 2022 ketika Rusia menginvasi Ukraina, atau pada 2014, saat Rusia menginvasi Krimea. Tapi, jauh lebih awal.

"Sekitar 2006-2008, ada banyak hal yang saling terkait," kata Andreas sthagen, peneliti senior di Fridtjof Nansen Institute, sebuah yayasan Norwegia.

"Ada banyak investasi yang masuk ke Armada Utara Rusia, bersama dengan dimulainya kembali latihan militer Rusia di Arktik untuk pertama kalinya sejak Perang Dingin, dan meningkatnya minat Rusia dalam eksploitasi sumber daya Arktik,"

"Rusia-nya Putin bukanlah Uni Soviet," kata sthagen.

"Namun dari sudut pandang keamanan Norwegia, ada masalah yang sama. Bagaimana cara menghalangi Rusia? Dan jika sampai ada perang, bagaimana cara melawan Rusia?"

bunker, perang dingin, militer, RusiaGetty ImagesPangkalan Olavsvern digunakan untuk menyembunyikan kapal selam dari satelit Soviet

Norwegia bukan satu-satunya negara yang mengaktifkan kembali pangkalan di era Perang Dingin.

Dalam beberapa tahun terakhir, Rusia juga sudah mengaktifkan lagi sekitar 50 pangkalan Perang Dingin di seluruh Arktik.

Angkatan Laut Swedia pun kembali ke pangkalan angkatan laut bawah tanahnya di Pulau Musk, sekitar 40 km dari Stockholm.

Negara-negara lain pun bertindak lebih dari sekadar mengaktifkan kembali bunker yang dibangun beberapa dekade sebelumnya. Mereka membangun struktur bawah tanah baru.

China membangun pangkalan kapal selam bawah tanah baru yang besar di Pulau Hainan di Laut Cina Selatan yang jadi lokasi sengketa.

China juga membangun pusat komando bawah tanah baru yang luas di dekat ibu kota, Beijing.

Iran membangun pangkalan angkatan laut bawah tanahnya sendiri di Teluk Persia dan memamerkan "kota rudal bawah tanah."

"Psikologi bunker nuklir benar-benar sangat kuat," kata peneliti perang dingin independen, dan blogger militer yang dikenal sebagai Sir Humphrey, penulis blog Thin Pinstriped Line.

"Akarnya berasal dari jiwa dan pemahaman kita tentang Perang Dingin, membayangkan pusat komando yang dikepalai jenderal yang lepas kendali."

"Menempatkan kapal dan kapal selam [dan pesawat] di terowongan masih bisa menjadi cara yang bagus untuk melindungi mereka dari serangan bom udara vertikal."

Bahkan bisa melindungi jika penghancur bunker digunakan. Dengan syarat, kerentanan diatasi, misalnya melalui penggunaan pintu antiledakan".

Namun, negara-negara seperti Inggris mungkin enggan mengikuti jejak Norwegia dalam mengaktifkan kembali pangkalan bawah tanah atau membangun yang baru karena biaya yang sangat besar, kata Ozorak.

Biaya besar untuk mengaktifkan kembali

Banyak bangunan bawah tanah Perang Dingin di Inggris dan negara-negara NATO lainnya sudah dijual untuk dijadikan museum, atau bahkan klub malam.

Sebagian telah dihancurkan. Setidaknya satu telah disegel. Banyak yang terendam banjir dan tidak dapat digunakan lagi, betonnya lapuk dan tidak lagi tahan ledakan.

"Tantangan besar dalam mengaktifkan kembali bunker adalah biayanya," kata Ozorak.

"Dalam banyak kasus, semua perlengkapan bunker-bunker ini sudah dilucuti. Memasang kembali perlengkapan ini dan memasang kembali kabel komunikasi akan sangat mahal. Membelinya kembali juga akan mahal."

Masalah lain adalah jika bunker-bunker tersebut sudah dinonaktifkan seperti Olavsvern, maka detail keamanannya mungkin sudah diketahui oleh badan intelijen asing, meskipun bunker-bunker tersebut tidak pernah dikunjungi oleh kapal survei Rusia.

"Lokasi yang sudah diketahui semua orang dan telah menjadi target selama 60 tahun punya keterbatasan operasional, apalagi sekarang citra satelit sudah bisa menemukan poros ventilasi dan titik masuk," kata Sir Humphrey.

Bunker peninggalan Perang Dunia II di Grense Jakobselv, Norwegia, dekat perbatasan Rusia.Getty ImagesBunker peninggalan Perang Dunia II di Grense Jakobselv, Norwegia, dekat perbatasan Rusia.

"Bunker itu dirancang agar tahan ledakan bom [nuklir] yang meledak di dekatnya, dan bukan melawan bom berpemandu GPS yang dijatuhkan di lubang ventilasinya," katanya.

Namun, di Inggris, bunker Komando Udara RAF yang dibangun selama Perang Dingin di Buckinghamshire masih digunakan, begitu pula dengan bunker-bunker Markas Besar Northwood, markas besar militer di London barat laut, yang dibangun kembali pada tahun 2006-2011.

MOD Corsham sekarang menjadi situs rahasia untuk komunikasi militer yang dibangun di atas jaringan terowongan Corsham yang luas.

Ini adalah lokasi markas besar perang nuklir pemerintah Inggris, beberapa di antaranya masih digunakan oleh militer. Situs yang ditutup sementara dapat diaktifkan kembali tanpa sepengetahuan publik.

Kantor Kabinet Inggris, dengan alasan keamanan nasional, mulai mengklasifikasi ulang dan menarik dokumen tentang perencanaan perang nuklir. Dokumen ini awalnya telah dibuka untuk publik setelah Perang Dingin berakhir.

Invasi Rusia ke Ukraina mengejutkan banyak orang. "Pada akhirnya, jika takut akan ada serangan mendadak, kecenderungan alaminya adalah bersembunyi di bawah tanah," kata Ozorak.

Versi Bahasa Inggris dari artikel ini, Why Norway is restoring its Cold War military bunkers, bisa Anda simak di laman BBC Future.

(ita/ita)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial