Kemandirian Perempuan dan Tantangan Pria

4 weeks ago 31

Jakarta -

Video viral artis Prilly Latuconsina menarik perhatian publik. Dalam video tersebut, Prilly menyatakan bahwa di Indonesia terdapat banyak wanita yang mandiri dan sukses secara finansial, sementara jumlah pria yang mapan masih relatif sedikit. Ia menekankan bahwa independensi perempuan tidak hanya berkaitan dengan kemampuan finansial, tetapi juga mencakup pola pikir dan sikap mental yang memungkinkan perempuan untuk berdiri di atas kaki sendiri.

Prilly menjelaskan bahwa perempuan independen dapat berperan sebagai ibu rumah tangga atau memiliki pekerjaan selama mereka memiliki mindset yang kuat untuk mengatasi masalah tanpa bergantung pada orang lain.

Mencerminkan Perubahan

Kemandirian perempuan mencerminkan perubahan sosial yang signifikan dalam masyarakat Indonesia. Semakin banyak perempuan yang mengejar pendidikan tinggi dan karier yang berdampak positif pada peningkatan status sosial dan ekonomi mereka. Guru besar Fakultas Ilmu Sosial (FISIP) Universitas Airlangga, Bagong Suyanto, menjelaskan bahwa kesempatan bagi perempuan untuk bersekolah dan bekerja semakin terbuka lebar. Hal ini menyebabkan ketergantungan perempuan terhadap pria semakin menurun dan mendorong mereka mengejar kemandirian finansial sebelum memasuki jenjang pernikahan.

Menurut Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS yang dilansir dari laman katadata, meskipun persentase perempuan dalam angkatan kerja formal masih di bawah laki-laki, jumlah perempuan yang bekerja sebagai tenaga profesional terus meningkat. Pada 2023, persentase perempuan sebagai tenaga profesional mencapai 49.53%, mendekati jumlah laki-laki.

Kemandirian perempuan dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain dalam berbagai aspek kehidupan. Kemandirian ekonomi dianggap sebagai dasar dari kemandirian secara keseluruhan, di mana perempuan yang stabil secara finansial memiliki kebebasan untuk membuat pilihan hidup, seperti fokus pada karier dan menunda pernikahan.

Kemandirian sosial melibatkan kemampuan perempuan untuk mengambil keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh pendapat orang lain, termasuk dalam menentukan tujuan karier dan prioritas hidup. Sementara itu, kemandirian psikologis mencakup kemampuan perempuan untuk mengontrol emosi dan perilaku, sehingga mereka dapat menghadapi tantangan dengan lebih matang.

Perdebatan Hangat

Reaksi netizen terhadap pernyataan Prilly menciptakan perdebatan hangat di media sosial. Sebagian besar netizen menyambut positif pandangan Prilly dan menganggap bahwa pernyataannya mencerminkan realitas saat ini di mana banyak perempuan telah mencapai kemandirian finansial. Beberapa pengguna media sosial menilai bahwa Prilly berani mengangkat isu kesetaraan gender dan pentingnya perempuan memilih pasangan yang mendukung kesuksesan mereka.

Namun, tidak sedikit pula netizen yang mengkritik pernyataan tersebut. Banyak yang merasa bahwa membandingkan "perempuan independen" dengan "pria mapan" adalah tidak adil dan relevan, karena kedua istilah tersebut mencerminkan nilai yang berbeda. Beberapa netizen menyebutkan bahwa ukuran kemandirian perempuan dan kestabilan finansial pria tidak dapat disamakan secara langsung, menyoroti ketidakadilan dalam perbandingan tersebut.

Perdebatan ini menunjukkan pentingnya diskusi tentang kemandirian perempuan dan peran pria dalam konteks kesetaraan gender. Isu ini membuka ruang untuk membahas bagaimana masyarakat memandang kemandirian dan maskulinitas serta tantangan yang dihadapi oleh kedua gender dalam hubungan interpersonal. Diskusi ini menjadi semakin relevan di tengah perubahan sosial yang mendorong perempuan untuk lebih mandiri.

Prilly Latuconsina menjelaskan bahwa kemandirian perempuan tidak hanya berkaitan dengan aspek finansial, tetapi juga mencakup pola pikir. Dalam klarifikasinya, ia menegaskan bahwa perempuan independen adalah mereka yang mampu mengatasi masalah hidupnya sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Ia menekankan bahwa seorang ibu rumah tangga pun dapat dianggap independen jika memiliki pola pikir yang sama.

Prilly menyatakan, "Independen itu pola pikir, jadi saat perempuan berpikir bahwa dia mampu mengatasi masalahnya sendiri, itu sudah independen." Dengan demikian, ia menggarisbawahi bahwa kemandirian memiliki banyak bentuk dan bukan semata-mata tentang memiliki penghasilan.

Diskusi Lebih Luas

Meskipun Prilly telah memberikan klarifikasi, pernyataannya tetap memicu perdebatan di kalangan masyarakat. Banyak netizen yang merasa bahwa perbandingan antara perempuan independen dan pria mapan tetap tidak adil karena dua istilah tersebut mencerminkan nilai dan harapan yang berbeda. Klarifikasi Prilly justru memperuncing perdebatan ini dan menunjukkan betapa kompleksnya persepsi masyarakat terhadap gender.

Pernyataan Prilly membuka ruang untuk diskusi lebih luas mengenai kemandirian perempuan dan tantangan yang dihadapi pria. Masyarakat perlu mengakui kontribusi kedua gender dalam menciptakan hubungan yang seimbang dan saling mendukung. Diharapkan ke depan akan ada lebih banyak inisatif yang mempromosikan kesetaraan gender serta dialog konstruktif antara kedua belah pihak untuk mencapai pemahaman yang lebih baik tentang peran masing-masing masyarakat.

Maya Auliya Rahmawati mahasiswa Jurusan Manajemen Perkantoran Digital Universitas Airlangga

(mmu/mmu)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial