Jelang Konklaf Terbesar dalam Sejarah, Siapa Pengganti Paus Fransiskus?

4 hours ago 5

Jakarta -

Vatikan bersiap menghadapi konklaf bersejarah. Pada 7 Mei, sebanyak 133 kardinal dari seluruh dunia akan memasuki Kapel Sistina untuk memilih pemimpin baru Gereja Katolik. Belum pernah dalam sejarah, pemilihan Paus melibatkan jumlah kardinal sebanyak saat ini. Di balik pintu tertutup, mereka akan bermusyawarah dalam kondisi serba terbatas hingga tercapai suara mayoritas yang cukup untuk menetapkan paus baru.

Rekor baru dengan perwakilan 71 negara

Pemilihan kali ini juga mencatat rekor lain. Para kardinal yang siap mengikuti konklaf berasal dari 71 negara, melampaui pemilihan pada 2013 yang melibatkan 48 negara dan pemilihan Paus pada 2005 yang mencakup 52 negara. Konfigurasi baru ini sebagian besar merupakan warisan dari Paus Fransiskus, yang wafat pada usia 88 tahun di Hari Senin Paskah. Selama 12 tahun kepemimpinannya, Fransiskus berupaya menjadikan Gereja Katolik yang kini beranggotakan 1,4 miliar umat semakin global, dan mengurangi dominasi Eropa. Dia juga mengubah tradisi dalam penunjukan kardinal.

Spekulasi dan taruhan soal paus baru

Meski sulit diprediksi, pertanyaan "siapa paus berikutnya?" banyak menggema usai wafatnya Fransiskus. Nama-nama calon segera bermunculan, taruhan di pasar judi melonjak, dan spekulasi pun berkembang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, media terkemuka seperti harian Katolik La Croix memilih tidak ikut berspekulasi. Lewat akun media sosialnya, mereka menyatakan bahwa semua kardinal pada dasarnya layak menjadi Paus. Diskusi soal "favorit" dianggap hanya permainan para pengamat Vatikan. Meski demikian, La Croix tetap menyoroti sosok-sosok penting dari Asia dan Afrika, serta kriteria utama untuk menduduki takhta St. Petrus.

Kekuatan reformasi Fransiskus masih terasa

Sekitar 80 persen dari kardinal yang memiliki hak suara merupakan hasil penunjukan Fransiskus. Namun, menurut sejarawan Katolik Jörg Ernesti dari Universitas Augsburg, Jerman, susunan kardinal bukan jaminan arah pemilihan akan sesuai dengan visi Fransiskus. "Terlalu banyak kandidat kuat yang layak menduduki jabatan ini," katanya. Namun dia mencatat adanya konsensus bahwa reformasi yang dimulai Fransiskus sebaiknya diteruskan.

Dari pastoral hingga pandangan teologis

Kriteria memilih Paus sangat beragam. Apakah kandidat punya pengalaman pastoral atau manajerial? Berasal dari negara maju atau berkembang? Bagaimana pandangan teologisnya? Bagaimana dia bersikap terhadap isu-isu seperti homoseksualitas dalam Gereja? Bahkan di antara para kandidat konservatif atau reformis, terdapat perbedaan mendasar.

Di tengah keragaman itu, peran kongregasi umum antara kematian Paus Fransiskus dan dimulainya Konklaf jadi sangat penting. Forum inilah yang memungkinkan para kardinal, terutama yang belum saling mengenal, untuk berdialog sebelum masuk ke konklaf yang lebih seremonial. "Konklaf bukanlah forum debat seperti parlemen," jelas Ernesti.

Kini, banyak suara diam dari para kandidat potensial sejak akhir pekan lalu. Kardinal dari Luksemburg, Jean-Claude Hollerich, serta Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina sempat menjadi sorotan, namun kini memilih bungkam. Dalam sebuah momen unik, seorang kardinal dari Afrika yang ditanya apakah "sudah saatnya Paus berasal dari Afrika" hanya mengangkat tangan ke langit, tanpa sepatah kata pun.

Kardinal senior kembali ke panggung

Sebaliknya, beberapa kardinal senior yang sebelumnya menghilang kini kembali tampil. Nama kontroversial seperti Kardinal Juan Luis Cipriani dari Peru, yang pernah disanksi karena kasus dugaan pelecehan, muncul di ruang kongregasi. Bahkan Kardinal Amerika Serikat Roger Mahony, yang sempat dituduh menutup-nutupi kasus serupa, terlihat di dekat peti jenazah Fransiskus.

Sementara itu, dua tokoh senior yang dihormati seperti Kardinal Christoph Schönborn dari Wina dan Kardinal Walter Kasper dari Jerman, secara terbuka menyerukan agar arah reformasi Fransiskus dilanjutkan. "Reformasi tidak bisa dihentikan," tegas Kasper, seraya memperkirakan konklaf kali ini akan berlangsung lebih lama.

Berapa lama Konklaf akan berlangsung?

Sebagai catatan, konklaf 2013 hanya berlangsung 27 jam, dan yang tahun 2005 bahkan hanya 26 jam. Konklaf terlama di abad ke-20 terjadi pada 1903 dan memakan waktu lima hari. Namun kala itu belum ada konklaf yang intensif seperti sekarang.

Di situs taruhan Polymarket, tanggal 9 Mei saat ini dijagokan sebagai hari pemilihan Paus baru. Tentu saja, para kardinal tidak ikut bertaruh.

Artikel ini terbit pertama kali dalam DW Bahasa Jerman

Diadaptasi oleh Rizki Nugraha

Editor: Agus Setiawan

Tonton juga "133 Kardinal Sudah Tiba di Vatikan Bersiap Gelar Konklaf" di sini:

(ita/ita)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial