Presiden Prabowo dan Revolusi Pendidikan

4 hours ago 4

Jakarta -

Ketika Presiden Prabowo Subianto berdiri di podium memperingati Hari Pendidikan Nasional 2025 dan meluncurkan sembilan kebijakan pendidikan strategisnya, banyak yang melihatnya semata sebagai program kerja pemerintahan. Tapi bagi saya, ini lebih dari sekadar program. Ini adalah ekspresi dari sebuah perjalanan panjang: perjalanan seorang mantan prajurit yang kini memimpin revolusi paling damai-revolusi di bidang pendidikan.

Pendidikan tak bisa dilepaskan dari sejarah politik Indonesia. Kita mengenal era SD Inpres di masa Orde Baru sebagai titik balik besar pembangunan sumber daya manusia. Tetapi yang menarik, Prabowo tidak sekadar meniru jejak Soeharto. Ia mengambil semangat dari masa lalu, lalu mengangkatnya ke level yang lebih kompleks dan menyeluruh-bukan lagi hanya soal membangun sekolah, tapi membangun manusia Indonesia dari dasar hingga pucuk.

Selama ini Prabowo dikenal sebagai sosok yang selalu dikelilingi narasi besar tentang loyalitas, nasionalisme, dan keberanian bertindak. Dalam sejarah hidupnya, ia adalah seorang taruna terbaik, komandan pasukan elit, dan politisi yang pernah mengalami pahitnya kekalahan. Namun semua pengalaman itu tidak membuatnya menjadi politisi biasa. Ia justru menempuh jalan yang sepi: mendalami persoalan bangsa dari akarnya, termasuk pendidikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Visi Prabowo tentang pendidikan tidak datang tiba-tiba. Ia telah lama berbicara soal ketimpangan dan kemiskinan sebagai akar dari banyak persoalan nasional. Ia tahu betul bahwa tanpa membenahi kualitas SDM, negara sebesar dan sekaya Indonesia akan terus tertinggal. Maka dari itu, ketika akhirnya ia mendapat mandat rakyat sebagai Presiden, sektor pendidikan menjadi salah satu medan utama perjuangannya.

Barangkali Presiden Prabowo terinspirasi apa yang pernah disampaikan Nelson Mandela. "Pendidikam adalah senjata paling ampuh yang bisa digunakan untuk mengubah dunia."

Strategi Berlapis Prabowo

Salah satu wujud komitmen Presiden Prabowo dalam bidang pendidikan adalah dengan mengimplementasikan Program Makan Bergizi Gratis (MBG). MBG bukanlah sekadar soal makan siang. Ini adalah kebijakan berbasis ilmu gizi, psikologi anak, dan keadilan sosial.

Di belakangnya ada pemahaman mendalam: anak yang lapar tak akan bisa belajar. Begitu pula program Sekolah Rakyat, yang mengubah paradigma bahwa pendidikan hanya untuk mereka yang mampu. Ia menciptakan rumah bagi anak-anak miskin agar mereka tidak putus sekolah karena urusan perut dan tempat tinggal.

Selain itu, ada juga program Sekolah Unggulan-yang memberi ruang bagi anak-anak jenius dari pelosok negeri agar bisa berkembang. Dalam demokrasi, kesetaraan akses itu penting. Dalam dalam pembangunan, keadilan bagi mereka yang memiliki potensi luar biasa juga tak kalah penting.

Di sisi tenaga pendidik, kebijakan menyentuh sisi paling rapuh dari dunia pendidikan kita: guru honorer. Bukan hanya peningkatan tunjangan, tapi juga reformasi mekanisme penyaluran dana yang lebih transparan dan langsung. Bahkan dosen dan guru diberikan dukungan kuliah lanjutan. Ini mencerminkan keberpihakan terhadap pelaku pendidikan, bukan hanya sistemnya.

Presiden Prabowo menyadari bahwa revolusi pendidikan tidak akan berhasil dengan metode kuno. Oleh karena itu, layar pintar dan digitalisasi pembelajaran diperkenalkan, sekaligus renovasi fisik terhadap ribuan sekolah rusak dimulai. Dalam kebijakan ini terlihat bahwa Prabowo tak hanya berpikir jangka pendek, tapi membangun fondasi untuk dua dekade ke depan.

Tentu dalam konteks geopolitik yang semakin kompetitif, SDM unggul adalah senjata paling ampuh. Tidak ada negara besar dan maju di dunia ini tanpa ditopang dengan pendidikan dan SDM yang unggul.

Pendidikan bukan hanya instrumen pencetak tenaga kerja, tetapi fondasi utama bagi lahirnya inovasi, kemajuan teknologi, serta tata kelola pemerintahan yang baik. Negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, Jerman, dan Finlandia menjadi bukti nyata bagaimana investasi jangka panjang pada pendidikan mampu mengangkat kualitas hidup warganya, memperkuat daya saing global, dan menempatkan bangsanya di garis depan peradaban dunia.

Proyek Politik Terbesar

Karena itu, tugas mencerdaskan anak bangsa ini bukan hanya tugas sektoral. Jika kita melihat pendidikan hanya sebagai tugas Kementerian Pendidikan saja, maka kita gagal membaca arah sejarah. Dalam era Prabowo, pendidikan tampaknya akan menjadi proyek politik terbesar-yakni untuk membangun bangsa yang tahan banting, berpikiran terbuka, dan sejahtera.

Itulah mengapa dalam Asta Cita, Presiden Prabowo menekankan bahwa salah satu indikator yang harus dilakukan untuk menjadi negara maju adalah daya saing sumber daya manusia Indonesia harus meningkat. Dengan kata lain, investasi pada pengembangan manusia - seperti peningkatan gizi anak dan program-program akselerasi pendidikan berkualitas - menjadi agenda prioritas yang tak bisa ditunda.

Tentu saja, program-program pendidikan yang digagas Prabowo ini akan menjadi babak baru sejarah politik Indonesia--sebuah narasi besar bahwa pemimpin dengan latar belakang militer pun bisa menjadi pelopor revolusi pendidikan.

Dan seperti kata Prabowo sendiri, 'bidak Raja adalah Rakyat'. Dalam konteks pendidikan, rakyat yang cerdas adalah benteng terbaik negara ini.

Ali Rif'an. Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia.

(rdp/rdp)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial