Bisakah Trump Hentikan Ekspor Minyak Iran ke China?

3 hours ago 2

Jakarta -

Lonjakan ketegangan AS-Iran yang terbaru menyoroti salah satu masalah paling rumit dalam upaya Washington untuk membatasi Teheran: Ekspor minyak Iran ke Cina, yang menjadi tulang punggung ekonomi, serta kesulitan yang semakin meningkat bagi AS dalam upaya menghentikannya.

Ketegangan meningkat pada Kamis lalu setelah putaran keempat pembicaraan nuklir AS-Iran dibatalkan secara mendadak hanya beberapa hari sebelum dimulai di Roma. Pada hari yang sama, Presiden Donald Trump mengeluarkan peringatan keras: Negara atau individu yang membeli minyak atau petrokimia dari Iran akan dikenakan sanksi AS segera.

"Mereka tidak akan diizinkan untuk berbisnis dengan Amerika Serikat dalam bentuk apa pun," tulis Trump di Truth Social, menegaskan sikap keras pemerintahannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam beberapa bulan terakhir, bahkan sebelum pembicaraan saat ini dimulai, pemerintahan Trump telah menghidupkan kembali kampanye "tekanan maksimum" yang bertujuan mengurangi ekspor minyak Iran hingga mendekati nol dan membatasi ambisi nuklirnya.

Sebagai bagian dari langkah-langkah ini, AS telah memberlakukan sanksi baru terhadap entitas yang dituduh memfasilitasi penjualan minyak Iran, termasuk terminal penyimpanan minyak mentah yang berbasis di Cina dan sebuah penyuling independen.

Trump berulang kali memperingatkan untuk memberikan tekanan lebih jika diplomasi gagal, menambah kesulitan sektor minyak Iran yang sudah sangat melemah akibat sanksi AS selama bertahun-tahun.

Sanksi berpengaruh, tapi minyak Iran tetap mengalir

Sanksi — langkah yang menghukum tidak hanya perusahaan AS tetapi juga negara dan perusahaan pihak ketiga yang berbisnis dengan negara yang disanksi, tetap menjadi alat yang sangat kuat bagi AS, mengingat ukuran dan jangkauan ekonominya.

Bagi negara yang bergantung pada akses ke pasar AS, pilihannya jelas: Berhenti membeli minyak Iran atau menghadapi isolasi ekonomi.

Namun, Iran tampaknya telah beradaptasi, bahkan berkembang, dalam bayang-bayang.

Meski ada upaya AS untuk membatasi perdagangan minyaknya, Teheran masih mengekspor sekitar 1,2 juta hingga 1,5 juta barel minyak per hari, menurut firma analitik komoditas Kpler dan Vortexa.

Angka ini menunjukkan pemulihan tajam dari pertengahan 2020, ketika kombinasi sanksi dan pandemi COVID-19 menyebabkan ekspor turun di bawah 400.000 barel per hari.

Sebagian besar minyak Iran dijual dengan diskon kepada Cina, yang telah menjadi pembeli paling konsisten meskipun adanya ancaman sanksi AS. Analis memperkirakan Teheran menghasilkan antara $30 miliar (sekitar Rp480 triliun) hingga $40 miliar (sekitar Rp640 triliun) setiap tahun dari penjualan ini.

Mengandalkan 'armada bayangan' untuk mengirimkan minyak

Ekspor minyak Iran yang berkelanjutan bergantung pada jaringan operasi tersembunyi yang kompleks, yang membentuk industri pasar abu-abu yang luas, kata para ahli. Tanker sering kali mematikan transponder mereka untuk menghindari deteksi.

Minyak sering dipindahkan antar kapal di laut untuk menyamarkan asalnya, dan kapal-kapal rutin mengganti nama, bendera, dan registrasi untuk menciptakan kebingungan. Dalam banyak kasus, dokumentasi dipalsukan untuk secara keliru menunjukkan bahwa minyak berasal dari negara-negara seperti Irak atau Malaysia.

Sebagian besar dari "armada bayangan" ini terdiri dari tanker-tanker tua yang berlayar tanpa memiliki asuransi yang tepat. Banyak di antaranya sebelumnya dijual untuk dipreteli dan tidak lagi dilindungi oleh perusahaan asuransi internasional.

Penyuling Cina mendapatkan manfaat dari diskon yang besar, sementara Beijing menolak mengakui sanksi AS terhadap Iran. Industri bayangan yang berkembang pesat ini telah menimbulkan alarm di Washington, di mana pejabat memperingatkan bahwa celah penegakan hukum, terutama di Asia Tenggara, sedang merongrong kebijakan sanksi global.

'Ada ruang untuk penegakan yang lebih kuat' atas sanksi AS

Pejabat AS telah mendesak mitra regional untuk memperketat pengawasan perdagangan maritim dan transfer minyak, tetapi kesulitan politik dan ekonomi mempersulit kerja sama. Malaysia, misalnya, menjaga hubungan dekat dengan Iran maupun Cina.

Tantangan yang bertambah adalah hambatan teknis dalam melacak pengiriman ini. Sifat operasinya yang tersembunyi, ditambah dengan kurangnya penegakan maritim yang terkoordinasi, membuat sangat sulit untuk mencegat dan menghentikan aliran tersebut.

Dan ini bukan hanya soal Iran. Jaringan tanker bayangan global telah menjadi bisnis multiliun dolar yang berkembang pesat. Venezuela dan Rusia — keduanya di bawah sanksi AS dan internasional — juga telah memanfaatkan sistem keruh yang sama, menggunakan taktik seperti pemalsuan transponder dan transfer antar kapal untuk menjaga minyak tetap mengalir ke pembeli.

"Masih ada ruang untuk penegakan yang lebih kuat, terutama di sisi penerima pengiriman ini," kata Clayton Seigle, seorang analis pasar minyak veteran dan rekan senior di Center for Strategic and International Studies (CSIS) di Washington, DC.

"Itu berarti menargetkan perusahaan transportasi dan bekerja lebih erat dengan pemerintah lokal — terutama di Asia," tambahnya.

Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

AS kehilangan pengaruh akibat perang tarif

Namun, meski penegakan agresif dilakukan, itu tidak akan cukup untuk menghentikan perdagangan minyak Iran sepenuhnya. Menurut Seigle, AS kini menghadapi tantangan yang lebih dalam: Mereka telah kehilangan pengaruh atas Cina, tujuan utama minyak mentah Iran.

Ia mencatat bahwa sebelum Trump menjabat, pembeli Cina tampaknya lebih berhati-hati, memperhatikan risiko terkait potensi sanksi AS. Namun, perhitungan itu berubah setelah Washington meluncurkan kampanye tarif yang luas terhadap Beijing.

"Begitu AS memberlakukan tarif perdagangan, dampak dari sanksi finansial berkurang," jelas Seigle.

"Dari perspektif Beijing, biaya ekonomi yang lebih luas dari perang tarif jauh lebih besar daripada risiko terkait dengan satu set sanksi. Itu membuat ancaman hukuman terkait minyak sangat kurang efektif."

Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris

Diadaptasi oleh Rahka Susanto

Editor: Melisa Lolindu

Saksikan Live DetikSore:

(ita/ita)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial