Jakarta -
Di suatu lapangan latihan militer dekat Kota Wroclaw, warga sipil Polandia mengantre untuk diberikan senjata dan diajari cara menembak.
Seorang instruktur dengan wajah penuh coretan cat kamuflase meneriakkan cara menggunakan senjata.
"Setelah peluru terisi, senjata siap ditembakkan," bentak tentara Polandia itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Barisan warga biasa itu terdiri dari tua dan muda, laki-laki dan perempuan, orang tua dan anak-anak. Semuanya hanya punya satu tujuan: belajar menyelamatkan diri dari serangan bersenjata.
Sesi di lapangan tembak itu merupakan bagian dari program Berlatih dengan Tentara yang diadakan Sabtu (03/05) pagi. Warga sipil juga memperoleh pelatihan pertarungan jarak dekat, pertolongan pertama, dan cara memakai masker gas.
"Situasinya berbahaya sekarang, kita perlu siaga," tutur koordinator pelatihan, Kapten Adam Sielicki.
"Kita menghadapi ancaman militer dari Rusia, dan kita sedang bersiap untuk itu."
Kapten Sielicki mengatakan program ini sangat diminati. Pemerintah Polandia kini berencana untuk memperluas program agar setiap pria dewasa di negara itu menerima pelatihan.
Polandia, yang berbatasan dengan Rusia dan Ukraina, mengatakan akan menghabiskan hampir 5% dari PDB untuk pertahanan tahun ini.
Angka itu merupakan yang tertinggi di NATO.
Program pelatihan militer ini sangat diminati dan pemerintah Polandia berencana untuk memperluasnya guna melatih setiap pria dewasa di negara tersebut. (BBC)
Pekan lalu, Perdana Menteri Donald Tusk mengatakan Polandia berniat membangun "tentara terkuat di kawasan".
Warsawa gencar melakukan belanja alutsista, membeli pesawat, kapal, sistem artileri, dan rudal dari Amerika Serikat, Swedia, Korea Selatan, dan negara lainnya.
Dariusz, salah satu peserta kursus di Wroclaw, mengaku siap menjadi orang "pertama" yang sukarela jika Polandia diserang. "
Sejarah telah mengajarkan kita bahwa kita harus siap membela diri sendiri. Kita tidak bisa mengandalkan siapa pun. Hari ini aliansi ada, dan besok aliansi itu bisa rusak."
Peserta lain, Bartek, mengatakan sebagian besar warga Polandia "akan mengangkat senjata" jika diserang "dan siap membela negara."
Sementara Agata, yang datang bersama temannya, mengatakan terpilihnya Donald Trump membuat orang-orang semakin khawatir.
"Dia ingin menarik diri [dari Eropa]. Itu sebabnya kami merasa semakin tidak aman. Jika kami tidak siap dan Rusia menyerang kami, kami akan menjadi tahanan mereka," terangnya.
Baca juga:
- Khawatir terdampak perang RusiaUkraina, Norwegia hidupkan lagi bunker masa Perang Dingin
- Trump sebut Zelensky 'bertaruh dengan Perang Dunia III' dan 'tidak tahu terima kasih' Apa yang terjadi di Ruang Oval?
- Ukraina tembakkan rudal jarak jauh AS ke wilayah Rusia, kata Moskow
Berbagai pernyataan Donald Trump dan para pejabatnya telah memicu kekhawatiran mendalam di kalangan petinggi Warsawa.
Pada Februari, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth dalam kunjungannya ke Warsawa mengatakan bahwa Eropa tidak boleh berasumsi bahwa kehadiran pasukan AS di benua itu "akan bertahan selamanya".
Sekarang ini, AS memiliki sekitar 10.000 tentara yang ditempatkan di Polandia. Akan tetapi, bulan lalu Washington mengumumkan rencana penarikan pasukan dari pangkalan militer utama di kota Rzeszow di timur Polandia.
Para pejabat mengatakan pasukan tersebut akan ditempatkan kembali di Polandia, tetapi langkah ini semakin menimbulkan keresahan di negara tersebut.
Sikap bermusuhan Donald Trump yang tampak jelas terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, dan pujiannya untuk Presiden Rusia Vladimir Putin, makin menambah kekhawatiran ini.
Agata mengaku makin khawatir akan terjadi serangan setelah pemilu AS. (BBC)
Dalam beberapa hari mendatang, Polandia dijadwalkan menandatangani perjanjian pertahanan dengan Prancis. Adapun pakta lain dengan Kerajaan Bersatu (United Kingdom/UK) sedang dalam tahap perencanaan.
Kedua langkah ini memperkuat indikasi Warsawa menjauh dari hubungan militer yang secara historis kuat dengan Washington.
Selatin itu, ada juga pembicaraan mengenai Polandia yang akan berada di bawah "payung nuklir" militer Prancis.
"Saya rasa [Trump] tentu saja telah mendorong kami untuk berpikir lebih kreatif tentang keamanan kami," ujar Tomasz Szatkowski, perwakilan tetap Polandia untuk NATO dan penasihat presiden bidang pertahanan.
"Sepertinya AS tidak mampu kehilangan Polandia, karena itu akan menjadi pertanda... bahwa Anda tidak dapat mengandalkan AS. Namun, kami harus memikirkan opsi lain dan mengembangkan kemampuan kami sendiri."
"Jika Rusia melanjutkan niat agresif terhadap Eropa, kami akan menjadi yang pertamapenjaga gerbang," kata Szatkowski.
Menurut dia, pembangunan militer Polandia yang pesat terkait dengan "situasi geopolitik. Itu yang pertama. Tapi ada ada juga faktor pengalaman sejarah."
BBCWanda Traczyk-Stawska kala remaja dan menjadi bagian dari pemberontakan Polandia tahun 1944.
Di Polandia, kenangan pahit pendudukan Rusia masih terasa di mana-mana.
Di sebuah panti jompo yang dikelola negara di Warsawa, Wanda Traczyk-Stawska, 98 tahun, mengenang terakhir kali pasukan Rusia menginvasi Polandia pada 1939.
Kala itu, pakta antara Stalin dan Hitler mengakibatkan Polandia dibagi antara Uni Soviet dan Nazi Jerman.
"Pada tahun 1939, saya berusia dua belas tahun. Saya ingat ayah saya sangat khawatir akan [Rusia]," kenang Wanda.
"Kami tahu bahwa Rusia telah menyerang kami, mereka memanfaatkan fakta bahwa Jerman telah mengekspos kami."
Foto Wanda sebagai seorang pejuang terpajang di rak kamarnya. Di foto itu, Wanda muda terlihat mengacungkan senapan mesin selama Pemberontakan Warsawa tahun 1944 melawan pasukan Jerman di tengah reruntuhan kota.
Setelah memukul mundur Jerman pada hari-hari terakhir Perang Dunia Kedua, Uni Soviet memasang rezim pro-Moskow di Polandia yang memerintah negara itu hingga 1989.
Sekarang, terdapat sekitar 216.000 pria dan perempuan yang menjadi bagian dari angkatan bersenjata Polandia.
Warsawa berniat untuk meningkatkan jumlah ini menjadi setengah juta orang, termasuk tentara cadangan. Jika rencana ini dilakukan, maka Polandia akan memiliki militer terbesar kedua di NATO setelah Amerika Serikat.
BBCWanda Traczyk-Stawska baru berusia 12 tahun ketika Rusia menyerang Polandia.
Kepada Wanda, saya bertanya apakah menurutnya pembangunan militer Polandia adalah hal yang bagus Polandia.
"Tentu saja, ya. Rusia memiliki agresi yang terlekat dalam sejarah mereka. Saya tidak berbicara tentang orang-orangnya, tetapi pihak berwenang selalu seperti itu," ujarnya menghela napas.
"Lebih baik menjadi negara yang bersenjata lengkap daripada menunggu sesuatu terjadi. Saya dulu tentara. Saya ingat bahwa senjata adalah hal yang paling penting."
Delapan puluh tahun sejak berakhirnya Perang Dunia Kedua, warga Polandia sekali lagi menatap tetangga mereka dengan gugup.
Di sebuah gudang di Polandia selatan, karena meningkatnya permintaan, sebuah perusahaan membangun model tempat perlindungan bom.
"Tempat perlindungan ini dirancang terutama untuk melindungi diri dari bom nuklir dan dari serangan bersenjata," ujar Janusz Janczy, bos ShelterPro.
Dia menunjukkan bunker baja yang lengkap dengan ranjang susun dan sistem ventilasi.
"Orang-orang membangun tempat perlindungan ini hanya karena mereka tidak tahu apa yang akan terjadi besok."
BBCJanusz Janczy, bos ShelterPro, mengatakan permintaan bunker baja untuk perlindungan diri makin meningkat.
Menurut Janusz, permintaan akan tempat perlindungan yang dirancangnya melonjak sejak Donald Trump menjabat.
"Dulu paling hanya beberapa panggilan telepon sebulan. Sekarang ada puluhan seminggu," katanya.
"Klien saya paling takut pada Rusia. Dan mereka khawatir NATO tidak akan datang untuk membela Polandia."
Namun, apakah seluruh warga Polandia siap membela negara jika ketakutan itu menjadi kenyataan?
Sebuah jajak pendapat baru-baru ini menemukan bahwa hanya 10,7% orang dewasa yang mengatakan akan bergabung dengan tentara sebagai sukarelawan jika terjadi perang. Sepertiga mengatakan akan melarikan diri.
Pada suatu sore yang cerah di Wroclaw, saya bertanya kepada mahasiswa Polandia apakah mereka siap membela negara mereka jika diserang. Kebanyakan mengatakan tidak.
"Perang sangat dekat, tetapi terasa cukup jauh," kata seorang mahasiswa kedokteran bernama Marcel.
"Tetapi jika Rusia menyerang, saya pikir saya akan lari."
"Saya mungkin akan menjadi orang pertama yang mencoba kabur negara ini," kata mahasiswa lain, Szymon.
"Saya benar-benar tidak melihat ada sesuatu yang pantas untuk diperjuangkan di sini."
Reportase tambahan oleh Aleksandra Stefanowicz
Simak juga Video 'Respons Zelensky Terkait Pertemuan AS-Rusia Bahas Gencatan Senjata':
Saksikan LiveDetikSore:
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini