Jakarta -
Friedrich Merz saat ini seolah sedang menunggu giliran di kantor kanselir Jerman. Sejak partainya, Uni Demokrat Kristen (CDU), menang dalam pemilu bulan Februari, media dan sesama politisi telah menganggapnya sebagai semacam "pra-kanselir." Namun, ia sendiri belum tahu pasti apakah ia benar-benar akan terpilih untuk jabatan itu.
Sejauh ini, rencananya Bundestag (parlemen Jerman) akan memutuskan pada 6 Mei. Sebelumnya, semua partai dalam koalisi pemerintah yang diusulkannya harus menyetujui kesepakatan koalisi yang disusun pada awal April. Setelah rintangan itu terlewati pekan lalu, pada hari Senin, Partai Sosial Demokrat (SPD) dan CDU secara resmi menandatangani kesepakatan tersebut.
Jika ia benar-benar masuk ke kantor kanselir, itu akan menjadi langkah besar dalam karier politik yang tidak konvensional — serta lompatan ke hal yang belum pasti diketahui. Merz, yang kini berusia 69 tahun, memimpin partai konservatif CDU, tetapi belum pernah memegang jabatan pemerintahan tingkat tinggi dengan tanggung jawab kepemimpinan yang signifikan. Ia belum pernah menjadi menteri federal, kepala negara bagian, bahkan wali kota kota kecil sekalipun. Jika terpilih, ia akan menjadi kanselir tertua yang menjabat sejak Konrad Adenauer, kepala pemerintahan Jerman pascaperang pertama (1949–1963).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa minggu terakhir juga merupakan kali pertama Merz ikut serta dalam negosiasi pembentukan koalisi pemerintahan. Media, serta beberapa perwakilan anonim dari tim negosiasi, terkadang menjadikan hal ini sebagai kelemahan. Para pemimpin SPD, Lars Klingbeil dan Saskia Esken, serta kepala partai saudara CDU dari Bavaria, Uni Sosial Kristen (CSU), Markus Sder, semuanya memiliki pengalaman dalam urusan tawar-menawar semacam ini. Namun, sebagai calon kepala pemerintahan, Merz berharap dapat memimpin koalisi antara CDU dan partai-partai tersebut, serta menjadi penengah di antara kepentingan mereka.
'Trans-Atlantik dan sahabat Eropa'
Menurut majalah bisnis Jerman Wirtschaftswoche, Merz adalah seorang "trans-Atlantik, sahabat Eropa, dan reformis." Ini, tulis majalah itu, bisa berarti bahwa ia adalah "orang yang tepat untuk zaman sekarang."
Dari 1989 hingga 1994, Merz adalah anggota Parlemen Eropa. Setelah itu, ia menjadi anggota Bundestag selama 15 tahun (1994–2009), di mana ia naik menjadi pemimpin fraksi parlemen CDU, sebelum akhirnya kalah dari Angela Merkel dalam perebutan kepemimpinan partai. Selama tahun-tahun itu, ia menunjukkan minat khusus pada hubungan Jerman dengan Amerika Serikat.
Sebagai pengacara komersial, Merz berasal dari Sauerland, sebuah wilayah di negara bagian Nordrhein-Westfalen, di sebelah timur Ruhr, tempat ia masih tinggal. Daerah itu didominasi kelas menengah dan pedesaan, populer di kalangan wisatawan, serta menjunjung nilai-nilai konservatif dan Katolik.
Merz jelas lebih konservatif secara tradisional dibandingkan saingannya dari Jerman Timur, ilmuwan kimia kuantum Angela Merkel. Di awal kariernya, ia adalah orang dekat dari mendiang politisi veteran CDU Wolfgang Schuble, yang telah menjadi anggota parlemen Jerman selama lebih dari 50 tahun.
Merz memilih untuk tidak mencalonkan diri lagi pada 2009 dan melanjutkan karier di dunia bisnis. Dari 2016 hingga 2020, ia menjadi ketua dewan pengawas cabang Jerman perusahaan BlackRock, perusahaan manajemen aset terbesar di dunia, dan selama waktu itu ia sering melakukan perjalanan bisnis ke Amerika Serikat.
Merz isyaratkan pengiriman rudal Taurus
Baru pada 2021 Merz kembali mencalonkan diri untuk Bundestag, dan terpilih. Kini, sebagai ketua CDU, ia menjadi kandidat paling mungkin menjadi kanselir berikutnya dan telah mulai merinci rencananya untuk memerintah. Dalam hal ini, ia terkadang lebih vokal daripada Olaf Scholz, yang saat ini masih menjabat sebagai kanselir.
Merz sering menyebutkan bahwa selama beberapa bulan terakhir, ia secara rutin berkomunikasi dengan kepala pemerintahan Eropa: Makan malam dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Istana lysee, pembicaraan bilateral di Berlin atau Brussel. Ia juga berencana mengunjungi AS sebelum reses musim panas untuk bertemu Presiden Donald Trump.
Dalam contoh yang sangat mencolok, Merz bersedia diwawancara televisi selama satu jam dalam acara politik Jerman Caren Miosga delapan hari sebelum akhir pekan Paskah, di mana ia berbicara tentang bantuan militer lanjutan ke Ukraina, melampaui "garis merah" yang berulang kali ditegaskan oleh Kanselir Scholz.
Sebuah serangan rudal Rusia terhadap kota Sumy di Ukraina telah menewaskan puluhan warga sipil dan melukai lebih dari seratus orang hanya beberapa jam sebelum siaran.
Merz menyebutnya sebagai "kejahatan perang serius," dan membuka kemungkinan pengiriman rudal jelajah Taurus ke Kyiv. Senjata jarak jauh dan berkekuatan tinggi ini akan sangat membantu Ukraina dan bisa memberi tekanan besar pada Rusia. Namun, "Saya selalu mengatakan bahwa saya hanya akan melakukannya jika ada koordinasi dengan mitra Eropa kita," kata Merz.
Ia menambahkan bahwa Inggris, Prancis, dan AS sudah memasok rudal jelajah, dan jika pasokan senjata itu terkoordinasi dengan sekutu, "Jerman juga harus ikut berpartisipasi."
Merz bahkan secara eksplisit menyebut kemungkinan Ukraina menghancurkan Jembatan Krimea, jalur strategis utama antara Rusia dan semenanjung Krimea yang dianeksasi secara sepihak. Dengan retorika dan tingkat detail seperti ini, Merz menempatkan dirinya dalam oposisi langsung terhadap Scholz, yang secara konsisten menentang pengiriman Taurus dan memperingatkan terhadap eskalasi lebih lanjut dalam perang antara Rusia dan Ukraina.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Gejolak pascapemilu
Dukungan berkelanjutan terhadap Ukraina hanyalah salah satu elemen dari gejolak politik yang lebih luas di Jerman akibat kebijakan pemerintahan baru AS — gejolak yang terkadang menyebabkan posisi dan kredibilitas Merz merosot.
Selama berbulan-bulan, baik di Bundestag maupun dalam kampanye pemilu, Merz dan politisi konservatif lainnya menekankan pentingnya mematuhi aturan pengendalian utang Jerman dan menyerukan disiplin fiskal. Ini tiba-tiba berubah saat pembicaraan eksplorasi antara CDU/CSU dan SPD dimulai. Pada pertengahan Maret, kedua kamar legislatif Jerman telah menyetujui keputusan yang belum pernah terjadi sebelumnya: Mulai sekarang, tidak akan ada batasan belanja pertahanan.
Paket senilai €500 miliar (sekitar Rp8.750 triliun) juga sedang diperkenalkan, bertujuan untuk memperbaiki infrastruktur Jerman yang memburuk. Ini berarti pelonggaran aturan pengendalian utang yang pada masa kampanye awalnya dijanjikan akan dijaga oleh CDU dan CSU.
"Kita memiliki tugas besar di depan kita," kata Merz dalam wawancara TV, "dan itu menuntut jawaban yang tepat."
Ia menambahkan bahwa ia tidak "melihat angka jajak pendapat setiap hari." Ketua CDU itu menyatakan bahwa ia ingin Jerman menjadi negara yang "lebih berani dan optimistis" lagi.
Sementara itu, Merz, dan semua partai arus utama, mendapat tekanan dari partai sayap kanan Alternatif untuk Jerman (AfD). Para pengamat mengatakan bahwa kenaikan suara AfD dalam pemilu terakhir telah mendorong calon mitra koalisi untuk memasukkan kebijakan imigrasi yang lebih ketat dan fokus yang lebih besar pada keamanan dalam negeri dalam kesepakatan koalisi.
Beberapa hari sebelum pemilu federal, Merz memicu kontroversi dan kebingungan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, dengan secara efektif melemahkan "tembok pengaman" yang sebelumnya telah dijanjikannya, bersama dengan semua partai arus utama lainnya, untuk menjaga jarak dari AfD. Merz menerima dukungan AfD dalam beberapa pemungutan suara parlemen mengenai kebijakan migrasi, dalam upaya membantu CDU/CSU dan Partai Demokrat Bebas (FDP) mengalahkan suara merah-hijau yang saat itu sudah tidak lagi mayoritas. Langkah ini memicu gelombang kemarahan dari kalangan politisi dan masyarakat sipil Jerman.
Kini, Merz mengatakan ia ingin meningkatkan kepercayaan rakyat Jerman. "Kita adalah negara besar dengan lebih dari 80 juta penduduk, yang hidup dan bekerja di sini dan merawat keluarganya," katanya.
Pada 6 Mei, Bundestag akan memutuskan apakah Merz benar-benar menjadi kanselir Jerman berikutnya. Merz hanya membutuhkan mayoritas sederhana, yang dalam hal ini dikenal sebagai "mayoritas kanselir." Meskipun semua tanda menunjukkan bahwa ia akan dikonfirmasi dalam jabatan yang telah dibayanginya selama beberapa bulan terakhir, bahkan jika ia gagal terpilih, pemungutan suara ini akan menjadi puncak dari karier politik yang sangat tidak biasa.
Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Jerman
Diadaptasi oleh Rahka Susanto
Editor: Melisa Lolindu
Simak juga Video 'Kanselir Jerman: Putin Nggak Sadar, Memulai Perang Adalah Kesalahan':
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini