Jakarta - Menjadi influencer bukan lagi sekadar hobi maupun tren sesaat. Bagi komunitas influencer di Indonesia, waktu, usaha, dan bakat yang mereka dedikasikan untuk membuat konten serta menjalin interaksi dengan audiens menjadi langkah untuk membangun karier jangka panjang.
Dalam studi yang dilakukan oleh konsultan komunikasi Vero di kawasan Asia Tenggara, para influencer Indonesia termasuk yang paling optimistis terhadap keberlanjutan karier mereka. Dari hampir 50 influencer Indonesia yang berpartisipasi dalam survei ini, rata-rata respons mereka mencapai 4.10 poin dari skala lima, sedikit lebih tinggi dari rata-rata regional sebesar 4.02. Angka ini mencerminkan optimisme yang kuat terhadap profesi influencer sebagai karier jangka panjang.
Hal ini bukan tanpa alasan: melihat semakin banyaknya brand yang menggandeng influencer untuk menarik perhatian konsumen, keberadaan kreator digital akan menjadi kunci dalam strategi pemasaran, dengan porsinya yang terus bertambah dalam anggaran iklan.
Survei tersebut juga menunjukkan bahwa sekarang ini hampir 90% pendapatan influencer berasal dari kontrak kerja sama dengan brand. Bahkan, 65% responden mengunggah konten berbayar beberapa kali seminggu, sementara 24% mengunggahnya sekali dalam seminggu.
Vanya Qinthara (Minyo), Yoga Arizona, dan Jang Hansol adalah influencer terkemuka di Indonesia yang telah menjadikan profesi ini sebagai karier utama mereka. Dengan keahlian pada segmentasi masing-masing, mereka berhasil membangun hubungan sekaligus menjalin interaksi yang erat dengan audiens mereka.
Memahami Kebutuhan Audiens
Kesuksesan influencer bergantung pada kemampuannya dalam membangun, mempertahankan, dan berinovasi dalam meningkatkan citra dirinya. Hal ini sangat didukung oleh kemampuan untuk mendengarkan dengan seksama serta memahami kebutuhan dan keinginan audiens target mereka.
Ini berarti influencer harus giat memperhatikan reaksi audiens, menganalisis feedback, dan terus mengikuti tren maupun selera pasar yang dinamis. Influencer yang sukses tidak hanya sekadar mengunggah konten, tetapi juga mau mendekatkan diri dengan audiens untuk memastikan konten yang diunggah sudah sesuai dengan minat dan ekspektasi audiens.
Influencer Indonesia menilai storytelling (27%) dan kuis (15%) sebagai teknik yang paling efektif dan menarik untuk mengintegrasikan nama atau produk merek ke dalam konten. Storytelling memungkinkan mereka untuk menyisipkan pesan brand secara halus lewat konten yang dapat diterimai oleh audiens, seperti konten yang dikemas dalam balutan humor ataupun cerita pengalaman sehari-hari sehingga promosi brand pun tidak terasa dipaksakan, sementara kuis membuat konten promosi brand terasa lebih seru dan interaktif, serta mendorong audiens untuk turut berpartisipasi dalam konten tersebut.
Dengan menjaga komunikasi dua arah inilah influencer dapat membangun kepercayaan dan loyalitas audiensnya. Kepercayaan dan loyalitas yang telah dibangun ini memudahkan influencer untuk menarik perhatian audiens kepada brand yang dipromosikan.
Menjadi Bagian dari Brand
Content creator, influencer, dan key opinion leaders (KOL) pun ingin menjadi bagian dari brand yang mereka percayai. Dengan memiliki perspektif yang unik, konsep yang autentik, serta hubungan yang telah terjalin erat dengan audiens, para kreator ini mampu mengekspresikan kreativitas mereka secara lebih "berani" yang pada akhirnya berhasil memperkuat pengaruh mereka di kalangan audiens.
Kebebasan untuk tampil berani dan autentik bukan hanya soal ekspresi diri, tetapi juga merupakan jembatan yang menghubungkan content creator dengan audiens; menjadikan mereka perantara yang mampu meraih perhatian audiens terhadap brand yang dipromosikan sekaligus menyampaikan pesan dari brand kepada konsumennya.
Kendati demikian, 29% responden merasa kebebasan dan kreativitas mereka dibatasi selama membuat konten berbayar. Sentuhan personal yang autentik sangatlah penting bagi influencer, sehingga arahan dan aturan yang ketat dari brand justru bisa terasa mengekang dan pada akhirnya malah mengurangi keefektifan kerja sama kedua pihak. Agar kerja sama dengan influencer dapat berjalan lebih maksimal, brand harus menemukan titik tengah—arahan yang jelas tetap perlu diberikan, tetapi jangan lupa untuk tetap memberi ruang bagi content creator untuk mengekspresikan kreativitas mereka sendiri.
Dalam kerja sama, penting bagi brand dan influencer untuk sama-sama bersikap transparan dalam mengkomunikasikan ekspektasi masing-masing. Keduanya harus saling memastikan bahwa strategi dan pesan yang dibawakan brand bisa selaras dengan pendekatan kreatif sang influencer sekaligus nilai-nilai, identitas, dan tujuan brand itu sendiri. Jika influencer yang merasa diakui dan dihargai dalam proses kreatifnya, ia akan lebih mudah menyesuaikan diri dan berkoordinasi dengan brand dalam menghadapi kesulitan.
Keinginan untuk Dihargai Lebih
Pada 2025 ini, hampir 70% responden berencana menaikkan tarif konten berbayar mereka, yang berarti kita bisa mengharapkan konten yang lebih efektif dan berkualitas pada tahun ini. Bukan hanya soal uang, keinginan influencer untuk dihargai lebih ini juga mencerminkan perkembangan industri influencer marketing yang kini memprioritaskan pertumbuhan jangka panjang dan keberlanjutan.
Pertumbuhan industri ini semakin pesat akibat meningkatnya aktivitas belanja di media sosial, kolaborasi dengan AI, hingga kerja sama lintas negara. Aktivitas belanja di media sosial atau social commerce mengubah cara audiens mencari dan menemukan produk yang diinginkan, sehingga rekomendasi dari influencer sangat berpengaruh dalam proses belanja.
Teknologi AI yang semakin mempermudah content creator dalam membuat konten, menyesuaikannya dengan target audiens, hingga memahami tren dan perilaku audiens, juga memudahkan influencer dalam menyusun strategi pembuatan konten dan mempertahankan relevansi di mata publik. Di sisi lain, kerja sama lintas negara meruntuhkan batas-batas geografis sehingga membuka peluang yang lebih luas untuk mempererat hubungan antara content creator dengan audiens di seluruh dunia, memperkuat pengaruh brand, bahkan membuka sumber pendapatan baru.
Di tengah pesatnya pertumbuhan dunia content creator ini, mereka yang mampu menyesuaikan diri, mempertahankan citra diri yang autentik, dan menjalin relasi dengan strategis akan terus berkembang dan sukses.
Diah Andrini Dewi Executive Account Director at Vero
(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu