HNW Puji Pemerintah Tolak Rencana Trump Relokasi 2 Juta Warga Gaza ke RI

3 hours ago 2

Jakarta -

Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) Hidayat Nur Wahid (HNW) mengapresiasi sikap Pemerintah Indonesia yang secara tegas menolak relokasi 2 juta rakyat Palestina ke sejumlah negara, termasuk Indonesia. Menurutnya, jika menerima relokasi maka memuluskan penjajahan Israel dan menjauhkan Kemerdekaan Palestina.

Adapun proposal tersebut dikabarkan dikirim oleh tim Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk dengan alasan bakal membangun kembali Gaza Palestina.

"Itu memang baru informasi yang berkembang tapi bisa jadi tasting the water bila wacana seperti itu tidak segera ditolak. Relokasi itu merupakan usulan yang menjauhkan Kemerdekaan Palestina, dan tidak membantu menyelesaikan masalah," kata HNW dalam keterangan, Rabu (22/1/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sangat terlihat sebagai kedok sebagai bentuk pengusiran warga Palestina dari tanah airnya untuk kepentingan pendudukan Israel, serta tidak sesuai dengan semangat gencatan senjata yang telah disepakati," sambungnya.

Dia mengatakan, saat ini, masyarakat memang sedang menunggu konfirmasi apakah benar usulan yang sudah terbuka di publik itu benar sebagai usulan dari tim dari Presiden AS Donald Trump. Namun meski begitu, Pemerintah Indonesia diapresiasi karena telah dengan tegas menolak wacana itu agar tidak semakin meliar di kemudian hari.

"Siapapun yang mengusulkan itu, memang kita harus secara tegas menolak karena relokasi yang merupakan kedok lain dari pengusiran akan kontraproduktif dengan hadirnya perdamaian dan kemerdekaan bangsa Palestina," ujarnya.

Daripada mengusulkan wacana yang tidak dibahas dan masuk ke dalam butir perjanjian gencatan senjata, HNW mengatakan bahwa semua pihak termasuk AS yang menjadi bagian dari negara-negara mediator bersama Qatar dan Mesir. Menurutnya, dua negara tersebut mestinya fokus bersama negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memastikan butir-butir perjanjian gencatan senjata itu dilaksanakan secara penuh dan konsekuen dan tidak dilanggar terus oleh Israel.

"Ini harus menjadi perhatian kita bersama, daripada mengusulkan wacana yang kontraproduktif. Dan apabila Israel terus melanggar perjanjian gencatan senjata harus ada sanksi keras dan berat kepada mereka. Termasuk dikeluarkan dari keanggotaan lembaga-lembaga internasional seperti PBB maupun IPU (Persatuan Parlemen Dunia)," tuturnya.

"Apalagi, kita semua tahu bahwa Israel memiliki track record yang buruk dalam menjalankan perjanjian perdamaian seperti perjanjian gencatan senjata dengan Lebanon, di mana kemudian Israel masih melakukan serangan. Dalam beberapa hari setelah perjanjian gencatan senjata dengan Hamas yang merepresentasikan rakyat di Gaza, Palestina, Israel justru juga tetap melakukan serangan yang menewaskan anak-anak dan warga sipil di Gaza, juga terbukti Israel tidak sepenuhnya membebaskan tawanan Palestina dalam jumlah seperti yang disepakati semula. Kita semua, terutama AS sebagai mediator gencatan senjata dan pendukung berat Israel, harus memastikan hal serupa tidak terjadi lagi," tambahnya.

Dia meminta agar AS tidak perlu lagi mencampuri urusan dalam negeri-negara lain termasuk Indonesia, terutama terkait dengan hubungan Indonesia dengan rakyat Palestina.

"Selama ini hubungan yang erat itu sudah akrab terjalin, bahkan ada banyak anak-anak Palestina yang mendapat beasiswa untuk belajar di Indonesia yang dibantu oleh pemerintah, NGO, universitas dan pesantren," ujarnya.

"Beasiswa-beasiswa ini tentu patut kita dukung dan berkelanjutan, agar nanti para penerima beasiswa itu bisa kembali dan membangun Palestina setelah menyelesaikan studinya di Indonesia. Ini yang harus terus kita dukung, bukan konsep relokasi 2 juta warga Gaza ke Indonesia yang hakekatnya pengusiran warga Gaza, dan melanggengkan agenda penjajahan Israel dan karenanya menjauhkan kemerdekaan bagi bangsa Palestina," tutupnya.

Sebelumnya Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI menegaskan penolakannya terhadap wacana relokasi sementara dua juta penduduk Gaza ke Indonesia, yang muncul sebelum Donald Trump resmi dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).

"Indonesia tetap tegas dengan posisi: segala upaya untuk memindahkan warga Gaza tidak dapat diterima," tulis Kemlu RI melalui akun X resminya, @Kemlu_RI, dilansir dari detikNews, Rabu (22/1).

(ega/ega)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial