Cerita 'Apotek Hidup' Ipda La Ali Bantu Tingkatkan Kesehatan Warga Kepulauan Aru

3 hours ago 3

Jakarta -

Peran dari Kapolsek Kepala Madang Ipda La Ali begitu dirasakan oleh warga Desa Gulili, Kecamatan Aru Tengah, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku. Ipda Ali menggagas 'apotek hidup' pada 2020 dan manfaatnya masih dirasakan warga setempat hingga kini.

Atas dedikasinya itu, Ipda Ali diusulkan oleh Kepala Desa Gulili Said Patikaloba menjadi salah satu kandidat Hoegeng Awards 2025. Sebelum menjadi Kapolsek Kepala Madang Polres Buru Selatan, Ipda Ali adalah Bhabinkamtibmas Desa Gulili selama 2 tahun sejak 2019.

Said menjelaskan, pada 2020, pandemi COVID-19 menyebar di desanya hingga banyak masyarakat yang sakit terkena virus tersebut. Kondisi masyarakat banyak yang terpapar COVID-19, tapi sulit untuk mendapat perawatan medis karena jauh ke fasilitas kesehatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia pun mencari solusi, dan bertemu dengan Ipda Ali yang saat itu masih berpangkat Bripka. Said berdiskusi dengan Ali untuk memecahkan masalah penanganan warga yang terkena COVID-19 tapi tak tertangani oleh medis. Akhirnya, Ipda Ali memiliki ide untuk menanam tumbuhan obat-obatan yang diberi nama 'apotek hidup'.

"Saya selaku kepala desa, berkoordinasi dengan teman-teman perangkat desa koordinasi dengan Pak Ali untuk kita kerjakan itu apotik hidup. Kita arahkan masyarakat membersihkan lahan di pinggir-pinggir kampung. Waktu itu bibit bibitnya kita ambil ada dari kebun, ada dari kota. Kurang lebih ada 2-3 hari itu membersihkan lahan, setelah bersih kita sama-sama menanam," kata Said kepada wartawan, Jumat (14/3/2025).

Said menyebutkan ada sekitar 8 jenis tumbuhan ditanam yang dipercaya bisa menjadi obat untuk pertolongan pertama bagi warga yang mengalami gejala COVID-19 seperti batuk dan demam. Tumbuhan yang ditanam itu mulai jahe, sereh, hingga temulawak.

"Karena ini tumbuhan obat-obatan semua, dari situ diberi nama apotik hidup, artinya tumbuhan obat-obatan ini kan dia berkembang terus. Jadi setiap masyarakat butuh itu tinggal ambil saja," ucapnya.

Ipda La AliIpda La Ali (dok. Istimewa)

Dia mengatakan 'apotek hidup' itu dibangun di atas lahan milik desa. Ukurannya tidak begitu besar, yakni 20 x 25 meter, tapi tumbuhan ditanam secara padat di lahan tersebut.

"Sampai sekarang alhamdulillah masih ada karena masyarakat biasanya kadang-kadang satu bulan sudah tumbuh rumput, kita arahkan masyarakat bersih-bersih, cabut-cabut rumputnya. Jadi tumbuh-tumbuhan itu masih bagus, masih digunakan oleh masyarakat sampai saat ini. Itu gratis untuk masyarakat," ujarnya.

Said pun mengucapkan terima kasih atas kontribusi Ipda Ali di Desa Gulili. Dia berharap Ipda Ali bisa kembali ditugaskan di wilayah hukum yang mencakup Desa Gulili, meskipun sudah tak mungkin menjadi bhabinkamtibmas.

"Kami mengucapkan banyak terima kasih karena banyak kontribusi dari Pak Ali selaku bhabinkamtibmas waktu itu. Sehingga bukan saja kita punya kebun toga atau apotik hidup itu berjalan dengan baik sampai sekarang dinikmati masyarakat, banyak sentuhan tangan Pak Ali, termasuk lahan tani yang kebetulan waktu itu beliau sama-sama bekerja. Kami berharap kalau bisa beliau kembali ke kita," imbuhnya.

Cerita Ipda La Ali

Dihubungi terpisah, Ipda Ali menceritakan awal mula dia punya ide menanam tumbuhan herbal untuk obat-obatan COVID-19. Dia mendapat masukan dari istrinya yang berkecimpung di bidang kesehatan, yakni bidan.

Sebelum membuka 'apotik hidup' di lahan milik desa, Ipda Ali mengaku sudah menanam lebih dulu tumbuh-tumbuhan herbal itu di lahan miliknya. Namun, begitu COVID-19 menyerang banyak warga Desa Gulili dan ia pun diminta bantuan oleh kepala desa setempat, maka Ali pun menyarankan agar desa membuka lahan menanam tumbuhan herbal.

Perjuangan Ipda Ali tak semudah membalikkan telapak tangan. Sambil membuka lahan baru dan menanam tumbuhan herbal, ia harus membantu menangani warga-warga yang sakit terpapar COVID-19. Ipda Ali memanfaatkan tumbuhan herbal yang sudah ditanamnya di lahan pribadi.

"Tanaman-tanaman itu kita campur, kita rebus, terus kita kasih minum yang sakit itu. Setelah berhasil kita kasih minum, masyarakat itu sangat terbantukan," kata Ali.

Ipda La AliIpda La Ali (dok. Istimewa)

Ipda Ali dibantu istrinya untuk mencari dan memilih tanaman-tanaman herbal yang menjadi 'apotek hidup'. Dia harus menyusuri kampung-kampung, melintas sungai dan laut hingga ke gunung untuk mendapatkan tanaman obat-obatan tersebut.

"Pilih-pilih tanaman itu dengan istri 'tanaman ini bisa dijadikan obat ini', mulai kita tanam, 'tanaman ini bisa didapat di kampung ini, di gunung ini'. Saya ajak istri dengan kades, pakai sampan (perahu), di sana kan pakai perahu dayung," ucapnya.

Singkat cerita, 'apotek hidup' itu terus tumbuh-berkembang dan dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Dia bersyukur jika 'apotek hidup' itu hingga kini masih dijaga oleh masyarakat, meskipun dia sudah tak bertugas di Desa Gulili.

"Sampe sekarang ini sudah 5 tahun tanaman itu, masyarakat gunakan, sampe saya pindah di Buru Selatan ini, itu tanaman sudah besar, mereka masih... kalau ada sakit, mereka bisa gunakan itu," ujarnya.

Karena inovasinya itu, Ipda Ali pada 2022 mendapat penghargaan dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo melalui Polda Maluku. Ipda Ali beri hadiah sekolah hingga akhirnya ia bisa menjadi perwira dan sekarang menjadi Kapolsek Kepala Madang.

(fas/aud)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial