Naypyitaw -
Serangan udara junta militer Myanmar menghantam sebuah sekolah di desa setempat. Nahas, sedikitnya 22 orang, yang sebagian besar merupakan anak-anak, tewas akibat gempuran terbaru.
Serangan udara junta militer itu dilancarkan saat gencatan senjata kemanusiaan yang dimaksudkan untuk membantu Myanmar pulih dari gempa bumi dahsyat yang mengguncang pada Maret lalu.
Laporan sejumlah saksi mata warga lokal, seperti dilansir AFP, Selasa (13/5/2025), menyebut serangan udara itu menghantam sebuah sekolah di desa Oe Htein Kwin, yang berjarak sekitar 100 kilometer sebelah barat laut dari episentrum gempa 28 Maret, pada Senin (12/5) pagi, sekitar pukul 10.00 waktu setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk saat ini, total 22 orang -- 20 anak-anak dan dua guru -- telah tewas," kata seorang guru berusia 34 tahun dari sekolah tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
"Kami berusaha untuk membubarkan anak-anak, tetapi pesawat tempur itu terlalu cepat dan menjatuhkan bom," tuturnya.
Seorang pejabat pendidikan dari area desa di wilayah Sagaing menyebutkan jumlah korban tewas yang sama akibat serangan tersebut.
Foto-foto yang diambil dari lokasi menunjukkan bangunan sekolah berwarna hijau muda itu hanya tinggal puing pada Senin (12/5) sore waktu setempat, dengan bagian atap logamnya remuk dan beberapa lubang tampak menganga menembus dinding bata.
Lebih dari selusin tas dan buku ditumpuk di depan tiang yang mengibarkan bendera Myanmar di bagian luar bangunan sekolah. Sedangkan para orang tua merapikan kuburan kecil di atas tanah keras, yang menjadi tempat mereka menguburkan anak-anak mereka yang terbungkus kafan.
Tonton juga "Junta Militer Myanmar Tolak Gencatan Senjata Meski Korban Gempa Meningkat" di sini:
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Tim informasi junta militer Myanmar, dalam tanggapannya, menyebut laporan soal serangan udara itu sebagai "berita palsu".
"Tidak ada serangan udara terhadap target-target nonmiliter," tegas tim informasi junta militer Myanmar.
Myanmar dilanda perang sipil sejak militer negara itu menggulingkan pemerintahan sipil pada tahun 2021 lalu, dengan junta militer mengalami kerugian besar akibat banyaknya gerilyawan antikudeta dan kelompok etnis bersenjata yang semakin aktif.
Junta militer Myanmar berjanji melakukan gencatan senjata sepanjang bulan "untuk melanjutkan proses pembangunan kembali dan rehabilitasi" setelah gempa bumi berkekuatan Magnitudo 7,7 mengguncang wilayah tengah negara itu pada Maret lalu, yang menewaskan nyaris 3.800 orang.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, dalam tanggapannya mengatakan dirinya "sangat khawatir" dengan laporan soal serangan militer yang menghantam sekolah di Myanmar tersebut.
"Sekolah harus tetap menjadi area tempat anak-anak memiliki tempat belajar yang aman dan tidak dibom," tegas Guterres dalam pernyataan yang disampaikan juru bicaranya kepada wartawan di New York.
Tonton juga "Junta Militer Myanmar Tolak Gencatan Senjata Meski Korban Gempa Meningkat" di sini:
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini