Para imigran terlihat menyeberang ke El Paso, AS, dari Ciudad Juarez, Meksiko, setelah Donald Trump merencanakan deportasi massal, Rabu (18/12/2024).
Presiden terpilih Donald Trump berencana meluncurkan operasi deportasi massal pada 20 Januari 2025, menargetkan jutaan imigran ilegal atau berstatus perlindungan sementara.
Pada awal 2022, terdapat sekitar 11 juta imigran ilegal di AS, yang diperkirakan meningkat menjadi 13-14 juta pada 2025. Sebagian besar tinggal di negara bagian "suaka" seperti California, New York, dan Illinois.
Hampir separuh imigran ilegal berasal dari Meksiko, sementara 2 juta lainnya dari Kuba, Haiti, Nikaragua, dan Venezuela masuk melalui program kemanusiaan era Biden yang rencananya akan dihentikan Trump.
Kebijakan ini dikhawatirkan memecah belah keluarga, dengan 10,1 juta imigran tinggal bersama warga negara AS atau penduduk tetap, termasuk 5,1 juta anak warga AS.
Kelompok tani mengkritik rencana ini karena dikhawatirkan akan mengganggu rantai pasokan pangan AS, mengingat banyak pekerja tani ilegal berada di AS, terutama di California.
Meski menuai kritik tajam, Trump tetap bertekad menjalankan kebijakannya, memicu perdebatan luas di masyarakat dan dunia usaha.