Washington DC -
Pengumuman tak terduga yang disampaikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tentang gencatan senjata antara AS dan kelompok Houthi yang bermarkas di Yaman, telah mengagetkan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dan pemerintahannya.
Gencatan senjata tiba-tiba itu, seperti dilansir Al Arabiya, Rabu (7/5/2025), disepakati menyusul eskalasi besar-besaran di mana Houthi, yang didukung Iran, berhasil menembus sistem pertahanan udara Israel dan Amerika, dengan menyerang area di dekat Bandara Ben Gurion selama akhir pekan.
Serangan Houthi itu memaksa penghentian lalu lintas udara selama berjam-jam dan menyebabkan beberapa maskapai penerbangan internasional menangguhkan penerbangan ke Tel Aviv.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai tanggapan, Israel melancarkan serangan udara balasan terhadap wilayah Yaman, yang sebagian besar dikuasai Houthi, pada Minggu (4/5) dan Senin (5/5) waktu setempat.
Namun hanya beberapa jam setelah serangan kedua Israel, Trump tiba-tiba mengumumkan berakhirnya operasi militer AS terhadap Houthi. Trump bahkan mengklaim Houthi telah "menyerah" dan tidak ingin berperang lagi.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Oman kemudian mengungkapkan bahwa negaranya telah menjadi mediator kesepakatan gencatan senjata itu, yang disebut mencakup komitmen Houthi untuk berhenti menargetkan kapal-kapal AS di Laut Merah dan Selat Bab al-Mandeb.
Ketika memulai operasi militer pada 15 Maret lalu, AS mengatakan operasi itu akan dihentikan setelah Houthi berjanji untuk berhenti menyerang kapal-kapal Amerika dan menegakkan keamanan maritim. Dengan ketentuan itu, Gedung Putih membingkai gencatan senjata sebagai kemenangan kebijakan luar negeri.
Namun bagi Israel, kesepakatan itu memicu kekhawatiran dan membuat frustrasi.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Houthi memperjelas bahwa gencatan senjata tidak berlaku untuk Israel. Seorang juru bicara Houthi memperingatkan warga Israel untuk "tetap berada di tempat perlindungan bawah tanah", yang menandakan niat kelompok itu melanjutkan serangan terhadap Tel Aviv.
Para pejabat Israel, yang berbicara secara anonim kepada media lokal, menyatakan keterkejutan dan kekecewaan mereka karena tidak diberi tahu sebelumnya.
Hal itu menandai langkah kebijakan besar ketiga oleh pemerintahan Trump dalam beberapa bulan terakhir yang mengejutkan Netanyahu dan pemerintahannya.
Dua kebijakan besar Trump lainnya yang mengagetkan Tel Aviv adalah ketika AS mengungkapkan adanya pembicaraan langsung dengan Hamas di Qatar mengenai sandera Amerika, dan ketika Trump mengumumkan bahwa perundingan nuklir dengan Iran telah dimulai.
Khusus untuk pengumuman publik soal perundingan nuklir dengan Teheran itu, Trump menyampaikannya saat duduk di samping Netanyahu yang sedang berkunjung dan menemuinya di Ruang Oval, Gedung Putih.
Pada Selasa (6/5), seorang pejabat senior Houthi memuji gencatan senjata antara AS dan Houthi di media sosial, yang digambarkannya sebagai "kemenangan yang memisahkan dukungan Amerika dari entitas sementara (Israel)" dan kegagalan bagi Netanyahu.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini