Rusia Usulkan Perundingan Baru, Ukraina Tuntut Persyaratan Lebih Dulu

1 day ago 5

Jakarta -

Rusia mengatakan bahwa mereka menginginkan perundingan baru dengan Ukraina di Istanbul pada pekan depan untuk penyelesaian damai perang. Tetapi Ukraina mengatakan bahwa mereka perlu melihat rencana tersebut terlebih dahulu agar pertemuan tersebut membuahkan hasil.

Dilansir AFP, Kamis (29/5/2025), upaya diplomatik untuk mengakhiri konflik 3 tahun tersebut telah dipercepat dalam beberapa bulan terakhir, tetapi Moskow telah berulang kali menolak seruan untuk gencatan senjata tanpa syarat dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan mengurangi tuntutan maksimalisnya.

Kedua pihak sebelumnya bertemu di Istanbul pada tanggal 16 Mei, perundingan langsung pertama mereka dalam lebih dari tiga tahun. Pertemuan itu gagal menghasilkan terobosan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Presiden AS Donald Trump yang telah mendorong kesepakatan damai, menjadi semakin frustrasi dengan penundaan yang tampak dari Moskow dan memperingatkan pada Rabu (28/5) bahwa ia akan menentukan dalam "sekitar dua minggu" apakah Vladimir Putin serius untuk mengakhiri pertempuran.

Ukraina mengatakan bahwa mereka telah menyerahkan persyaratan perdamaiannya kepada Rusia dan menuntut Moskow untuk melakukan hal yang sama.

"Kami tidak menentang pertemuan lebih lanjut dengan Rusia dan sedang menunggu memorandum mereka," kata Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov, yang bernegosiasi untuk Kyiv pada pembicaraan terakhir, dalam sebuah posting di X.

"Pihak Rusia memiliki setidaknya empat hari lagi sebelum keberangkatan mereka untuk memberi kami dokumen mereka untuk ditinjau. Diplomasi harus substantif, dan pertemuan berikutnya harus membuahkan hasil."

Rusia mengatakan akan menyampaikan "memorandum" yang menguraikan persyaratan perdamaiannya pada pembicaraan pada Senin (2/6) depan, dan bahwa menteri luar negerinya Sergei Lavrov telah memberi pengarahan kepada mitranya dari AS Marco Rubio tentang proposal tersebut.

"Delegasi kami, yang dipimpin oleh Vladimir Medinsky, siap untuk menyampaikan memorandum kepada delegasi Ukraina dan memberikan penjelasan yang diperlukan selama putaran kedua perundingan langsung di Istanbul pada hari Senin, 2 Juni," kata Lavrov dalam sebuah pernyataan video.

Medinsky, seorang ilmuwan politik Rusia dan mantan menteri kebudayaan, memimpin tim negosiasi Rusia selama putaran pertama perundingan di Istanbul pada tanggal 16 Mei.

Kedua pihak telah saling melancarkan serangan udara besar-besaran dalam beberapa minggu terakhir, dengan Ukraina melepaskan salah satu serangan pesawat nirawak terbesarnya ke Rusia pada malam hari dan Moskow menggempur Ukraina dengan serangan mematikan selama akhir pekan.

Trump mengatakan kepada wartawan pada Rabu (28/5), bahwa ia "sangat kecewa" dengan pemboman mematikan Rusia selama proses negosiasi, tetapi menolak seruan untuk menjatuhkan lebih banyak sanksi kepada Moskow.

"Jika saya pikir saya hampir mendapatkan kesepakatan, saya tidak ingin mengacaukannya dengan melakukan itu," katanya.

Kremlin sebelumnya menolak seruan Presiden Ukraina Zelensky untuk pertemuan puncak tiga arah dengan Trump dan Putin.

Moskow mengatakan setiap pertemuan yang melibatkan Presiden Rusia Putin dan Zelensky hanya akan terjadi setelah "kesepakatan konkret" dicapai antara negosiator dari masing-masing pihak.

Sebagai imbalan atas perdamaian, Kremlin telah menuntut Ukraina untuk menghentikan ambisinya untuk bergabung dengan NATO serta menyerahkan wilayah yang telah dikuasainya--sebuah usulan yang oleh Ukraina disebut tidak dapat diterima.

Pembicaraan antara kedua pihak di Istanbul awal bulan ini menghasilkan pertukaran tahanan 1.000 lawan 1.000 dan kedua pihak sepakat untuk mengerjakan proposal perdamaian masing-masing. Namun, Rusia terus melancarkan serangan mematikannya terhadap Ukraina sementara itu sambil menolak seruan untuk gencatan senjata.

Zelensky pada hari Rabu menuduh Rusia menunda proses perdamaian dan tidak ingin menghentikan serangannya. "Mereka akan terus mencari alasan untuk tidak mengakhiri perang," katanya pada konferensi pers di Berlin bersama Kanselir Jerman Friedrich Merz.

Di medan perang, Zelensky mengatakan Rusia "mengumpulkan" lebih dari 50.000 tentara di garis depan di sekitar wilayah perbatasan Sumy di timur laut, tempat tentara Moskow telah merebut sejumlah permukiman saat berupaya membangun apa yang disebut Putin sebagai "zona penyangga" di dalam wilayah Ukraina.

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial