Jakarta -
Kemajuan pembangunan dunia yang melambat pada 2024, memunculkan kekhawatiran bahwa pencapaian dalam beberapa tahun terakhir mulai tergerus, menurut laporan terbaru PBB yang dirilis pada Selasa (06/4).
Laporan tahunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) oleh Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) menyatakan bahwa meskipun sempat terlihat pemulihan pasca pandemi COVID-19 pada 2023, kini momentum tersebut mulai melemah. Faktornya adalah harapan hidup dan pertumbuhan pendapatan yang mandek, serta meningkatnya jumlah konflik yang sedang berlangsung.
Kepala UNDP, Achim Steiner, memperingatkan bahwa perlambatan yang "mengkhawatirkan" ini dapat menyebabkan pembangunan manusia "mundur beberapa puluh tahun, dan membuat dunia kita menjadi kurang aman, lebih terpecah, hingga lebih rentan terhadap guncangan ekonomi dan ekologi."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Steiner mengatakan bahwa pemotongan bantuan internasional baru-baru ini oleh sejumlah negara, yang dipimpin oleh Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump, hanya akan memperparah dampaknya.
Akses AI terbatas di negara-negara miskin
Laporan tersebut menyambut datangnya era kecerdasan buatan (AI) sebagai harapan baru untuk mempercepat pembangunan, tetapi mengingatkan bahwa manfaatnya harus dibagikan secara adil agar tidak memperdalam ketimpangan.
Disebutkan bahwa akses terhadap AI masih sangat terbatas di negara-negara miskin dibandingkan negara-negara kaya, dan bias budaya bisa mempengaruhi cara teknologi ini dirancang.
"Negara-negara berpenghasilan tinggi seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, Jepang, dan Jerman, memiliki infrastruktur digital yang mapan, memberi mereka keunggulan besar dalam pengembangan AI," kata laporan itu, sambil mencatat bahwa 70,2% dari seluruh investasi global dalam AI pada 2024 mengalir ke AS.
"Jika kita gagal mengatasi ketidakadilan dan kesenjangan yang masih ada saat ini, AI hanya akan memperkuatnya," ujar Steiner.
Islandia juaranya, Jerman peringkat lima
Dalam peringkat IPM, Islandia dan Norwegia menempati posisi teratas, sementara Jerman dan Swedia berbagi peringkat kelima.
Amerika Serikat berada di posisi ke-17, satu tingkat di bawah Kanada. India dan Bangladesh berbagi peringkat ke-130, sedangkan Pakistan berada di peringkat 168. Chad, Republik Afrika Tengah, Somalia, dan Sudan Selatan menempati posisi terbawah, dari peringkat 190 hingga 193.
Dari semua kawasan, Asia Selatan dan Afrika sub-Sahara mengalami tingkat pembangunan paling rendah, menurut laporan yang menilai kemajuan dalam tiga bidang utama: kesehatan dan harapan hidup, pengetahuan, serta standar hidup.
Bagaimana dengan Indonesia?
Berdasarkan data yang dirilis UNDP pada 6 Mei 2025, Indonesia mencatatkan kemajuan signifikan dalam Indeks Pembangunan Manusia (HDI) 2023 dengan nilai 0.728, menempatkannya di peringkat 113 dari 193 negara. Indonesia masuk dalam kategori "pembangunan manusia tinggi."
Sejak 1990, nilai HDI Indonesia meningkat 37,1%, dari 0.531 menjadi 0.728. Peningkatan ini tercermin dalam beberapa indikator utama, seperti harapan hidup yang bertambah 7,90 tahun, lama pendidikan yang diharapkan naik 3,18 tahun, dan rata-rata lama sekolah meningkat 5,48 tahun. Pendapatan per kapita Indonesia juga naik 199,1% selama periode tersebut.
Laporan UNDP ini menunjukkan Indonesia mengalami kemajuan, tantangan untuk mengurangi ketimpangan dan memastikan manfaat pembangunan untuk semua masih ada. Indonesia diharapkan terus menjaga momentum positif ini untuk pembangunan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Rahka Susanto
Editor: Prita Kusumaputri
Simak juga Video 'Sekjen PBB Bicara Dengan Pakistan dan India, Soroti Konflik yang Memanas:
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini