Pagar Laut, Reklamasi, dan Kedaulatan Negara

2 hours ago 3

Jakarta -

Kehadiran pagar laut di pesisir Tangerang yang membentang lebih dari 30 kilometer, melintasi enam kecamatan telah memicu kekhawatiran berbagai pihak. Dugaan bahwa pagar tersebut menjadi bagian dari persiapan proyek reklamasi menimbulkan pertanyaan serius mengenai dampaknya terhadap berbagai aspek strategis.

Reklamasi, yang sering diiringi dengan perubahan tata ruang dan ekosistem, berpotensi merusak keseimbangan lingkungan, mengurangi akses masyarakat pesisir terhadap sumber daya alam, serta mengganggu keberlanjutan ekosistem laut. Fenomena ini tidak hanya mempengaruhi dinamika lokal tetapi juga dapat mengarah pada permasalahan yang lebih luas terkait keamanan nasional dan stabilitas sosial.

Persoalan ini membutuhkan perhatian mendalam karena menyentuh aspek kedaulatan negara, pengelolaan sumber daya alam, dan keberlangsungan kehidupan masyarakat pesisir. Jika tidak dikelola dengan baik, reklamasi dapat menciptakan ketegangan sosial, memperburuk kerusakan lingkungan, dan mengancam kepentingan strategis bangsa. Oleh karena itu, kajian menyeluruh terhadap dampak dari kehadiran pagar laut ini menjadi urgensi, tidak hanya untuk memastikan bahwa pembangunan berjalan sesuai aturan, tetapi juga untuk menjamin bahwa setiap langkah pembangunan tidak mengorbankan prinsip keberlanjutan dan kepentingan nasional.

Reklamasi: Celah Lemah bagi Kedaulatan Maritim

Pesisir dan laut Indonesia merupakan garda terdepan pertahanan negara yang berperan penting dalam menjaga kedaulatan wilayah maritim. Setiap perubahan signifikan pada garis pantai, seperti yang diakibatkan oleh reklamasi, dapat mempengaruhi batas perairan teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Reklamasi yang tidak terkendali dapat membuka celah bagi pihak asing untuk masuk, baik secara legal maupun ilegal, sehingga meningkatkan potensi pelanggaran kedaulatan dan eksploitasi sumber daya laut oleh pihak luar. Dampaknya tidak hanya mencakup aspek ekonomi tetapi juga menyangkut keamanan strategis yang mempengaruhi stabilitas negara.

Perubahan garis pantai yang signifikan juga membawa risiko lain, yakni mempersulit pengawasan perbatasan laut dan meningkatkan potensi konflik klaim wilayah maritim dengan negara lain. Kondisi ini semakin diperburuk dengan peluang eksploitasi sumber daya laut oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, yang kerap terjadi di perairan dengan pengawasan yang lemah. Dalam konteks pesisir Tangerang, letaknya yang strategis dan berdekatan dengan jalur pelayaran internasional menjadikannya rentan terhadap aktivitas ilegal, seperti penyelundupan atau eksploitasi sumber daya laut, apabila tidak disertai pengawasan yang ketat.

Selain risiko-risiko tersebut, pemasangan pagar laut di pesisir Tangerang tanpa dasar hukum yang jelas memicu ketidakpastian hukum dan mengancam kemampuan pertahanan nasional di wilayah tersebut. Jika pagar laut tersebut pada akhirnya menjadi bagian dari proyek reklamasi yang dimanfaatkan untuk kepentingan yang tidak sejalan dengan visi kedaulatan nasional, Indonesia akan berada dalam posisi yang sangat rentan di kawasan maritim. Oleh karena itu, langkah-langkah strategis, mulai dari pengawasan ketat hingga pengaturan yang berbasis hukum, sangat diperlukan untuk memastikan pembangunan pesisir tetap mendukung kedaulatan dan keberlanjutan nasional.


Ancaman bagi Pertahanan dan Keamanan Nasional

Persoalan reklamasi di kawasan pesisir tidak hanya sebatas pembangunan wilayah semata, tetapi juga memiliki dampak signifikan pada aspek fisik pantai dan kesiapan militer. Reklamasi yang dilakukan tanpa perencanaan matang dapat mempengaruhi struktur garis pantai, mempersempit ruang gerak patroli laut, dan menghambat efektivitas operasi militer di wilayah tersebut. Hal ini menjadi ancaman serius bagi pengelolaan keamanan maritim, terutama di kawasan strategis seperti pesisir Tangerang yang berbatasan langsung dengan jalur pelayaran internasional.

Keberadaan pagar laut yang dibangun tanpa kajian mendalam juga dapat menciptakan blind spot, yaitu area yang sulit dijangkau pengawasan, sehingga meningkatkan risiko penyusupan oleh aktor asing maupun kelompok kriminal. Kondisi ini dapat dimanfaatkan untuk kegiatan ilegal seperti penyelundupan, perdagangan manusia, atau eksploitasi sumber daya laut. Dalam konteks ini, reklamasi yang dilakukan tanpa pengawasan ketat bukan hanya sebuah proyek pembangunan ekonomi, tetapi juga ancaman laten terhadap stabilitas nasional yang dapat melemahkan pertahanan negara.

Keamanan laut tidak dapat dipisahkan dari pembangunan pesisir yang berkelanjutan dan berbasis prinsip pertahanan negara. Setiap proyek di wilayah strategis, seperti di pesisir Tangerang, harus diawasi secara ketat dan direncanakan dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap keamanan nasional. Langkah konkret yang harus segera diambil adalah penguatan patroli laut oleh TNI AL, penegakan hukum yang tegas terhadap aktivitas ilegal, serta koordinasi lintas sektor untuk memastikan bahwa setiap bentuk pembangunan tidak mengorbankan kedaulatan dan stabilitas negara.


Lingkungan Rusak, Masyarakat Terpuruk

Dampak reklamasi sangat nyata pada aspek lingkungan dan sosial, terutama bagi masyarakat pesisir yang bergantung pada ekosistem laut sebagai sumber penghidupan utama. Reklamasi sering merusak habitat biota laut, seperti terumbu karang dan hutan mangrove, yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan menjadi sumber daya bagi nelayan.

Kerusakan ini mengakibatkan menurunnya hasil tangkapan ikan, menciptakan keresahan sosial, dan melemahkan ketahanan wilayah pesisir. Bagi masyarakat pesisir, kehilangan mata pencaharian tidak hanya membawa ancaman ekonomi, tetapi juga berpotensi memicu konflik sosial akibat persaingan atas sumber daya alam yang semakin terbatas. Hal ini menunjukkan bahwa reklamasi yang tidak terkendali dapat memicu ketidakstabilan sosial dan mengancam kesejahteraan masyarakat lokal.

Kerusakan lingkungan di kawasan pesisir akibat reklamasi memiliki dampak yang jauh lebih luas terhadap stabilitas ekosistem kemaritiman. Penurunan biodiversitas yang disebabkan oleh hancurnya habitat alami tidak hanya mengancam populasi biota laut tetapi juga meningkatkan risiko bencana, seperti banjir rob, abrasi, dan erosi pantai. Risiko ini semakin diperburuk oleh perubahan garis pantai yang mempengaruhi pola arus laut dan siklus hidrologi alami.

Jika praktik reklamasi seperti ini dibiarkan tanpa pengawasan yang ketat, proyek-proyek tersebut tidak hanya merugikan masyarakat lokal tetapi juga melanggar prinsip pembangunan berkelanjutan yang diamanatkan oleh undang-undang. Oleh karena itu, langkah konkret untuk menyeimbangkan pembangunan dan pelestarian lingkungan menjadi sangat penting agar dampak buruk reklamasi dapat diminimalkan.


Membangun Tanpa Mengorbankan Kedaulatan

Semua aktivitas pembangunan di wilayah pesisir harus didasarkan pada hukum yang jelas, transparansi, dan kepentingan strategis nasional. Reklamasi yang dilakukan tanpa memperhatikan dampak lingkungan, sosial, dan pertahanan merupakan bentuk pengkhianatan terhadap konstitusi dan kedaulatan negara.

Pemerintah memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa setiap proyek pembangunan di kawasan pesisir tidak hanya berorientasi pada keuntungan ekonomi jangka pendek tetapi juga mempertimbangkan keberlanjutan ekosistem, kesejahteraan masyarakat, dan kebutuhan pertahanan maritim. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mewajibkan evaluasi dampak lingkungan yang komprehensif sebagai syarat mutlak sebelum izin diberikan. Selain itu, partisipasi aktif masyarakat perlu dilibatkan untuk mencegah konflik dan memastikan proyek dapat diterima secara sosial.

Dalam konteks pembangunan pesisir, salah satu isu utama yang sering diabaikan adalah pengelolaan sedimentasi. Sedimentasi yang menumpuk di perairan pesisir sebenarnya dapat dikelola melalui pengerukan, yang tidak hanya memperbaiki alur laut tetapi juga meningkatkan produktivitas ekosistem. Pengerukan dapat menciptakan area tangkapan ikan yang lebih baik, mendukung habitat biota laut, dan akhirnya meningkatkan penghasilan nelayan. Langkah ini jauh lebih bermanfaat daripada sekadar membangun rumpon-rumpon yang sering digembar-gemborkan sebagai solusi, tetapi hanya menjadi alibi untuk mendukung pembangunan pagar laut.

Dengan ekosistem laut yang lebih sehat dan area tangkapan yang produktif, kesejahteraan masyarakat pesisir dapat meningkat tanpa harus mengorbankan lingkungan atau kedaulatan negara. Kita juga harus memahami bahwa laut bukan hanya sumber daya ekonomi tetapi juga simbol kedaulatan dan benteng pertahanan maritim yang vital.

Jika kelalaian ini terus dibiarkan, Indonesia tidak hanya akan kehilangan potensi lingkungan yang berharga tetapi juga melemahkan strategi pertahanan negara di kawasan maritim. Pemerintah, masyarakat, dan semua elemen bangsa harus bersinergi untuk menjaga agar wilayah pesisir tetap menjadi aset strategis, bukan menjadi beban yang melemahkan negara. Dengan pendekatan yang mengutamakan keseimbangan antara pembangunan, pelestarian lingkungan, dan penguatan kedaulatan maritim, Indonesia dapat memastikan wilayah pesisir tetap menjadi kebanggaan nasional sekaligus mendukung keberlanjutan bangsa.


Laksmana Pertama TNI (Purn) Dr. Sony Santoso, S.H, M,H
Ketua Forum Kebangsaan Prov. Banten

(mmu/mmu)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial