Jakarta -
Friedrich Merz sempat gagal mendapatkan mayoritas suara absolut dalam pemungutan suara putaran pertama di Parlemen Bundestag untuk menjadi kanselir ke-10 Republik Federal pada tanggal 6 Mei. Baru pada putaran kedua, Merz berhasil mengumpulkan cukup suara dan berhasil menjadi kanselir.
Meskipun Merz memenangkan suara dalam Pemilu Jerman pada akhir Februari lalu, popularitas pria berusia 69 tahun ini terus merosot. Menurut jajak pendapat pada bulan April yang dilakukan oleh lembaga riset Forsa untuk majalah Stern, hanya 21% responden yang menganggap Merz dapat dipercaya - sembilan persen lebih rendah dari jejak pendapat di bulan Agustus 2024, dan tiga persen lebih rendah dari jejak pendapat di bulan Januari tahun ini.
Jajak pendapat yang sama menunjukkan bahwa hanya 40% responden yang menganggap kanselir baru Jerman tersebut sebagai pemimpin yang kuat dan hanya 27%responden menganggapnya "mengetahui apa yang yang dapat menggerakkan orang-orang." Persentase kedua kategori tersebut telah menurun sebesar sembilan persen sejak Januari 2025. Satu-satunya kriteria positif kepemimpinan Merz yang mendapat nilai tinggi dalam survei tersebut adalah sebanyak 60% responden percaya bahwa Merz dapat "berbicara dengan cara yang mudah dimengerti."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Koalisi yang tidak terlalu besar
Tidak mengherankan jika Merz bukanlah kanselir yang paling populer di Jerman. Ursula Mnch, direktur Akademi Tutzing untuk Pendidikan Politik di negara bagian Bayern, mengatakan kepada DW bahwa itu bukanlah kesalahan Merz. "Situasinya sangat berbeda dengan yang dulu," kata Mnch. "Kami memiliki pemerintahan yang proporsi dukungan pemlihnya relatif kecil"
Merz kurang beruntung. Dalam tradisi politik sebelumnya, koalisi partai CDU/CSU dan SPD disebut sebagai "koalisi besar", karena selama beberapa dekade kedua partai ini mewakili mayoritas besar pemilih Jerman (kadang mencapai lebih dari 80% suara). Dalam lanskap politik yang terfragmentasi pada tahun 2025, di mana partai-partai telah terpecah selama 20 tahun terakhir, dua partai sentris besar tersebut kini hanya mewakili 45% suara, berdasarkan hasil pemilu Februari lalu.
Masalah Kepercayaan terhadap Merz
Ada dua alasan mengapa kepercayaan terhadap Merz telah jatuh dalam beberapa bulan terakhir. Pada bulan Januari, Merz telah mengingkari janjinya, ia menjadi pemimpin CDU pertama yang ingin meloloskan rancangan undang-undang pengetatan imigrasi dengan mengandalkan dukungan dari suara partai sayap kanan, Alternative for Germany (AfD), yang seluruh fraksinya dianggap badan intelejen sebagai ancaman bagi tatanan demokrasi Jerman.
Namun, bagi para pendukung CDU, hal itu tampak seperti sebuah perubahan haluan yang tidak terlalu ekstrem dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh Merz beberapa minggu kemudian. Pada bulan Maret, pemimpin partai ini menyetujui reformasi rem utang dengan SPD dan Partai Hijau yang membuka jalan bagi dana sebesar 1 triliun Euro (18.7 kuadriliun Rupiah) dalam bentuk pinjaman baru, sesuatu yang secara tegas ditolaknya selama kampanye pemilu.
Tidak mengherankan jika banyak pemilihnya merasa dikhianati. Dalam jajak pendapat "Politbarometer" yang dilakukan oleh lembaga penyiaran publik ZDF pada saat itu, sekitar 73% orang Jerman setuju bahwa Merz telah mengkhianati para pemilihnya - ini termasuk 44% pendukung CDU/CSU.
Sikap Merz yang tidak mau tahu
Bukan baru-baru ini warga Jerman "berubah haluan" terhadap Merz. Survei menunjukkan bahwa ia sangat tidak populer di kalangan perempuan. Survei Forsa pada Maret 2024 menunjukkan bahwa hanya 9% perempuan berusia 18 hingga 29 tahun yang melihat Merz sebagai kandidat kanselir pilihan mereka.
Merz pernah dituduh sebagai kaum misoginis. Pada tahun 1997, seperti yang sering diungkit, ia adalah salah satu anggota Bundestag yang memilih untuk tidak mengakui kekerasan seksual dalam pernikahan sebagai kejahatan. Pada bulan Oktober tahun lalu, ia dikritik karena menolak gagasan kabinet yang seimbang secara gender, dan reputasi kian buruk setelah dilirisnya foto pada bulan Februari, yang menunjukkan bahwa negosiator utama CDU/CSU semuanya adalah pria paruh baya.
Merz juga tidak populer di Jerman timur, di mana ia selalau kalah dalam jajak pendapat dari Alice Weidel dari AfD dan Olaf Scholz dari SPD menjelang Pemiku - sebagian, kemungkinan karena sikapnya yang agresif terhadap Rusia.
Masalah AfD dari Merz
Perhitungan Merz adalah bahwa dengan meningkatnya populisme sayap kanan di seluruh dunia, apa yang diinginkan orang-orang adalah kepemimpinan yang berbicara terus terang. Namun, populisme tampaknya tidak membuatnya lebih populer. Pada bulan November 2018, ketika ia pertama kali mengumumkan pencalonannya untuk kembali memimpin CDU, Merz mengunggah tweet yang tampaknya semakin menurunkan popularitasnya: "Kita sekali lagi dapat mencapai hingga 40% dan mengurangi separuh (suara) AfD. Itu mungkin!" tulisnya. "Tetapi kita harus menciptakan kondisi untuk itu. Itulah tugas kita."
Yang terjadi justru sebaliknya. Sejak Merz akhirnya mengambil kembali kepemimpinan CDU pada Januari 2022 (dalam percobaan ketiganya), peringkat jajak pendapat partai tersebut bertahan di 24%, sementara AfD tidak berkurang setengahnya, melainkan melonjak lebih dari dua kali lipat: Dari 11% menjadi 24%. Partai-partai sayap kanan dan kanan-tengah Jerman sekarang saling bersaing ketat.
"Cara terbaik untuk menekan suara AfD adalah dengan tidak membuat sembarang pengumuman tentang perubahan besar kebijakan pengungsi yang tidak dapat Anda laksanakan," kata Mnch. "Orang-orang perlu diberi kepercayaan lagi, dan itu hanya mungkin terjadi jika perkiraan ekonomi berubah menjadi lebih positif dan jumlah pengungsi turun."
Merz pada awalnya dianggap sebagai kandidat kuat karena latar belakang bisnisnya (ia pernah menjadi dewan direksi di perusahaan investasi BlackRock selama beberapa tahun), yang seharusnya menandakan ketajaman ekonominya. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, pernyataan-pernyataan populisnya semakin banyak mengenai imigrasi, dan hal itu tidak membantunya menyingkirkan AfD.
Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Sorta Caroline
Editor: Yuniman Farid
Saksikan Live DetikSore:
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini