Melihat Tuah Warga Langkat Sumut dari Hasil Budi Daya Mangrove dan Nipah

1 month ago 25

Langkat -

Budidaya mangrove membawa keuntungan bagi warga di Desa Pasar Rawa, Langkat, Sumatra Utara (Sumut). Warga mempunyai pekerjaan baru dengan adanya budidaya mangrove tersebut.

"Di kampung pekerjaan kan nggak ada, apalagi ibu-ibu. Contohnya seperti saya, saya kan, jangankan kuliah, tamat SMA pun saya nggak. Jadi gara-gara ini, alhamdulillah, ibu-ibu yang nggak bekerja jadi bekerja," kata salah satu warga Pasar Rawa, Langkat, Sumatra Utara, Sabaria Hasibuan saat ditemui di kediamannya, Selasa (3/12/2024).

Hasil Budidaya Mangrove

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu hasil budidaya mangrove yang dilakukan warga Pasar Rawa yakni keripik Baronang Crispy. Keripik itu dibuat dari Ikan Ketang yang hidup di akar mangrove.

Sabaria mengatakan satu bungkus keripik Baronang Crispy dijual dengan harga Rp 15 ribu dengan varian rasa original dan balado. Dia mengatakan warga di Pasar Rawa berencana membuat varian rasa baru untuk kalangan muda setelah rumah produksi dibangun.

"Rencana lain seperti itu, nanti kalau rumah produksi kami sudah jadi, kami buat, produksinya sudah lancar, sudah maksimal, kami punya harapan kami bisa mencari rasa lain yang diminati kalangan anak muda sekarang," ujarnya.

Dia juga ingin membuat Baronang Crispy dengan harga Rp 5 ribu per bungkus. Dia mengatakan hal itu dilakukan untuk menjangkau masyarakat ekonomi menengah ke bawah.

"Terus juga kemasan kami mau buat kemasan yang target kami itu menengah ke bawah, ini kan Rp 15 ribu untuk orang desa kan itu kemahalan gitu. Jadi kami mau buat untuk kemasan harga Rp 5 ribu," ujarnya.

"Insyaallah nanti kami bisa juga buat varian rasa baru dan kemasan baru," tambahnya.

Dia mengatakan pihaknya sudah mendapat permintaan pesanan dari Malaysia untuk keripik Baronang Crispy tersebut. Dia menuturkan pengurusan izin BPOM akan dilakukan tahun depan.

Budidaya mangrove membawa keuntungan bagi warga di Desa Pasar Rawa, Langkat, Sumut. Warga mempunyai pekerjaan baru dengan adanya budidaya mangrove tersebut. (Mulia Budi/detikcom)Budidaya mangrove membawa keuntungan bagi warga di Desa Pasar Rawa, Langkat, Sumut. Warga mempunyai pekerjaan baru dengan adanya budidaya mangrove tersebut. (Mulia Budi/detikcom)

"BPOM dan dari Kementerian Kelautan dan nilai gizi karena kalau kita ekspor, kita itu harus wajib ada nilai gizinya karena di luar sana orang kalau belanja itu kan bukan lihat rasa atau apa, lihat kandungan gizinya," ujarnya.

Dia mengatakan keripik Baronang Crispy dibuat dari ikan utuh yang aman dikonsumsi mulai dari tulang hingga kepala. Dia mengatakan hanya kotoran Ikan Ketang yang dibuang, sementara bagian lainnya dimanfaatkan untuk pembuatan keripik tersebut.

"Ada itu keripik kulit ikan, ikan pati, tapi kalau untuk ikan utuh, ini kalau ikan ini, sama tulangnya, anak-anak aman makan. Cuman kotoran aja yang dibuang, tulang, kepala semua bisa dimanfaatkan," katanya.

Tebang 1 Mangrove, Denda 1.000 Bibit

Ketua Kelompok Tani Hutan, Wahyudi mengatakan awalnya hanya ingin menanam mangrove dan menebangnya untuk arang. Dia mengatakan warga sepakat melestarikan mangrove dan menutup semua usaha dapur arang dengan beralih budidaya mangrove.

"Setelah izin (pengelolaan) itu keluar kami beserta masyarakat, kami langsung buat keputusan semua dapur arang kami tutup. Dapur arang nggak ada lagi, aman. Dulu di sini dapur arang banyak, dapur arang, dapur arang, dapur arang, ini pinggir jalan dapur arang semua, tungku untuk menghasilkan arang. Sekarang alhamdulillah satu biji pun sudah nggak ada lagi, kami ratakan semua. Kalaupun ada di luar daripada Desa Pasar Rawa, itu pun mereka bakar kayunya itu kayu rambutan, kayu darat gitu. Tidak mangrove lagi yang digunakan," tutur Wahyudi.

Wahyudi mengatakan warga yang kedapatan menebang mangrove akan dikenakan denda. Dia mengatakan denda itu berupa penggantian 1.000 bibit mangrove untuk pemotongan satu pohon mangrove.

"Kami buatlah peraturannya sendiri yaitu kalau nanti ada yang menebang kami tangkap, kami denda. Dendanya itu kami buat sendiri kesepakatan denda sosial yaitu menebang satu batang kayu, maka dia mengganti 1.000 bibit," ujarnya.

Wahyudi mengatakan budidaya mangrove lainnya yang telah dilakukan yakni menciptakan ekowisata hingga pemancingan. Dia mengatakan wisatawan mancanegara sudah pernah mendatangi Desa Pasar Rawa tersebut.

"Kami berkembang melihat ini untuk wisata bagus, kami buatlah untuk wisata pemancingan. Alhamdulillah kami sudah didatangin wisatawan mancanegara, kayaknya kami nanti, ini yang kedua di tanggal 8 (Desember) nanti bakal datang nanti wisatawan mancanegara. Mereka mencari ular, buaya sama binatang kera gitu. Binatang mangrove lah sifatnya, jadi mereka datang ke marin kayaknya mereka tertarik kelompok kita," ujarnya.

Budidaya lainnya yakni berupa produk olahan makanan dari buah mangrove. Dia mengatakan olahan makanan itu dibuat ibu-ibu Kelompok Tani Hutan di Pasar Rawa.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial