Libur Lebaran, STIS Tetap Layani Pelatihan Vokasional 24 Jam Nonstop

1 day ago 7

Jakarta -

Sentra Terpadu Inten Soeweno (STIS) Kementerian Sosial telah melakukan persiapan untuk memastikan kenyamanan para penghuninya selama Hari Raya Idul Fitri.

"Karena memang kita pelayanannya 24 jam, di sini memang ada yang stay," kata Pembina Asrama Vokasional Putra, Rudi Febriyanto dalam keterangan tertulis, Selasa (1/4/2025).

Rudi menyebutkan dari total 55 penghuni asrama, 20 orang yang domisilinya di Jabodetabek pulang ke rumah masing-masing untuk merayakan Lebaran. Sementara itu, sekitar 35 penghuni lainnya akan tetap tinggal di asrama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para penghuni asrama, yang merupakan penyandang disabilitas akan mendapatkan pelatihan vokasional selama 6 bulan di STIS. Mereka menginap selama 6 bulan hingga akhirnya siap disalurkan untuk bekerja.

"Sekitar 35 orang masih di sini, rumah mereka jauh, ada yang di Padang, Aceh, Bengkulu, dan Palembang," ungkapnya.

Rudi menjelaskan para penghuni tidak pulang karena jarak rumah yang jauh atau biaya perjalanan yang mahal. Namun, STIS asrama telah menyiapkan program kegiatan untuk memastikan penghuni yang tidak pulang merasa nyaman dan bahagia.

"Kita telah menyiapkan program kegiatan untuk penghuni yang tidak pulang, seperti takbiran dan sholat Ied berjamaah," ungkap Rudi.

Ia juga memastikan STIS memperbolehkan orang tua atau saudara penghuni untuk berkunjung dan menginap di asrama, jika perlu. Dengan begitu, para penghuni bisa merasa seperti di rumah sendiri.

"Kami berusaha untuk membuat mereka merasa tidak sendirian dan tetap dapat merayakan hari raya dengan nyaman," sambungnya.

Lebih lanjut, Rudi menjelaskan sejak awal sudah menginformasikan kepada peserta pelatihan bahwa vokasional dilaksanakan bertepatan dengan momen Ramadan dan Lebaran. Para peserta pun bersedia dengan izin orang tua.

"Saat orang tuanya mungkin menginap 1 sampai 2 hari silakan," paparnya.

Saat Idul Fitri, biasanya ia sebagai kepala asrama akan memandu penghuni asrama untuk salat Id berjamaah ke masjid. Para peserta yang semuanya penyandang disabilitas biasanya memang membutuhkan pendampingan.

"Ada yang gunakan alat bantu kursi roda, tongkat. Habis dari masjid, kta kawal lagi," katanya.

Selepas salat, ia menuturkan STIS biasanya akan mengisi kegiatan liburan dengan olahraga hingga nonton bareng untuk mengusir kepenatan. Bila ada keluarga yang ingin mengajak pergi pun diperbolehkan dengan mengisi surat izin.

"Misalkan jalan-jalan sendiri tidak diizinkan, takut ada apa-apa. Mereka tanggung jawab kita di sini," ucapnya.

Rudi mengatakan profesinya sebagai kepala asrama menuntutnya untuk bekerja 24 jam. Sebab, ketika ada peserta vokasional yang sakit, ia juga harus merawat dan memeriksakan ke dokter.

"Kadang kalau mereka punya penyakit bawaan, agak bingung juga sih, kita biasanya lapor ke perawat dan konsultasi ke dokter," jelasnya.

Meski begitu, ia mengatakan para penghuni asrama STIS sudah dianggap sebagai keluarga. Ia pun ikut senang saat mereka sukses dan ikut sedih saat mereka sakit.

"Kebetulan saya selain pembinaan, juga mengajar call center," ungkapnya.

Rudi mengatakan keluarga juga memahami profesinya sebagai pembina peserta vokasional penyandang disabilitas. Dengan begitiu, saat momen Lebaran, biasanya ia cukup telepon video dengan keluarga yang berada di kampung.

"Waktu awal-awal bekerja sedih juga, tapi ini kan tugas, istilahnya amanah yang diberikan pimpinan kita jalankan. Kadang anak dan istri saya yang ke sini," pungkasnya.

(akn/ega)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial