Pyongyang -
Kantor berita negara Korea Utara KCNA pada hari Rabu (30/04) mengatakan negara itu melakukan uji coba pertama kapal perang "kelas Choe Hyon" barunya awal minggu ini.
Pemimpin Kim Jong Un dan pejabat lainnya menghadiri uji coba tersebut, di mana rudal jelajah supersonik dan strategis serta rudal antiserangan udara diluncurkan.
Kapal perang seberat 5.000 ton itu dinamai sesuai nama pejuang revolusioner anti-Jepang Choe Hyon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Kapal akan dikerahkan tahun depan
KCNA melaporkan bahwa Kim terkesan dengan serangan kuat kapal dan pertahanan konvensional dan mengatakan kapal itu akan dikerahkan tahun depan.
Ia juga mengatakan waktunya telah tiba untuk "mempercepat persenjataan nuklir angkatan laut" demi kedaulatan maritim dan demi pertahanan nasional.
Pemimpin Korea Utara mengatakan sistem daya tembak berbasis kapal negara itu "secara efektif dikombinasikan" dengan "sarana serangan paling kuat termasuk rudal jelajah supersonik, rudal jelajah strategis, dan rudal balistik taktis."
Ia mengatakan memperoleh kapal selam bertenaga nuklir akan menjadi langkah besar berikutnya.
Bagaimana tanggapan Washington dan Seoul?
Menurut pejabat pertahanan Korea Selatan, intelijen AS dan Korea Selatan tengah memantau aktivitas Pyongyang. Para ahli yakin kapal tersebut mampu membawa Ship-to-Surface dan Ship-to-Air- jenis rudal yang diluncurkan dari kapal untuk menyerang target di permukaan laut atau di udara.
Washington dan Seoul khawatir tentang bantuan Rusia terhadap ambisi nuklir dan militer Korea Utara.
38 North, sebuah lembaga pemikir yang berfokus pada Korea Utara, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa kapal kelas Choe Hyon mungkin memerlukan pengerjaan lebih lanjut sebelum dapat beroperasi bekerja dengan tenaga penggeraknya sendiri. Mereka mengatakan citra satelit menunjukkan kapal tersebut menggunakan kapal tunda untuk mendorongnya ke dok kering terapung.
Yang Moo-jin, presiden Universitas Studi Korea Utara di Seoul, mengatakan kepada AFP bahwa kapal baru tersebut menunjukkan tekad Korea Utara untuk memperoleh apa yang disebut kemampuan operasi perairan biru, yang merujuk pada misi yang dilakukan di wilayah maritim yang jauh dari perairan pesisir Korea Utara sendiri.
Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Jerman
Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih
Editor: Yuniman Farid
(nvc/nvc)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini