Ke Malaysia Dahulu, Medan Kemudian

1 month ago 26

Sebagai anak rantau dari Medan, Sumatera Utara, yang kini berdomisili di Malang, Jawa Timur, Geby Christina selalu dihadapkan pada problem dilematis di saat musim liburan tiba. Hatinya penuh kerinduan akan keluarga di kampung halaman, tapi harga tiket pesawat yang meroket tinggi membuat mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Negeri Malang ini gigit jari.

Namun, hal itu kini tidak berlaku lagi. Apalagi semenjak Geby berhasil menemukan trik untuk pulang ke Medan tanpa harus mengorbankan jatah jajannya sebulan. Entah dari mana Geby mendapatkan ide ini, yang jelas ia bisa pulang ke Medan dengan harga tiket pesawat sekitar 35% lebih murah dari pada harga yang berlaku pada saat itu. Untuk mengakali harga tiket pesawat, mahasiswi semester delapan ini memilih transit ke Malaysia sebelum akhirnya bertolak kembali ke Medan.

“Pulang kampung ke Medan tapi harus lewat Kuala Lumpur terus bawa paspor buat terbang,” tutur Geby saat dihubungi detikX. Ia mesti membawa paspor sebagai syarat transit di luar negeri. Alih-alih memesan tiket pesawat dengan penerbangan langsung ke Medan, Geby membeli dua tiket pesawat sekaligus dengan waktu penerbangan yang berdekatan. “Aku pilih berangkatnya dari Surabaya, jadi tiket pertama itu Surabaya-Kuala Lumpur, lanjut lagi Kuala Lumpur-Medan.”

Di pagi hari, dari Malang, Geby bertolak menuju Surabaya menggunakan kereta lokal dengan biaya sebesar Rp 12 ribu. Lalu Geby melanjutkan perjalanan ke Bandar Udara Internasional Juanda dengan memesan taksi online. Penerbangan dari Surabaya ke Kuala Lumpur memakan waktu 2 jam 35 menit. Setibanya di Kuala Lumpur International Airport Terminal 1, Malaysia, Geby mesti pindah ke terminal 2 menggunakan bus gratis yang disediakan bandara.

Geby punya waktu 2 jam sebelum boarding di penerbangan keduanya. Sebagai anak yang suka jalan-jalan, ia memanfaatkan waktu ini untuk berkeliling di bandara, mengisi perut dengan mie cup dan aneka jajanan di toko swalayan serta membeli oleh-oleh cokelat yang popular di Malaysia. “Makan di sana masih okey banget harganya nggak mahal,” kata Geby yang sudah empat tahun tinggal di Malang. Penerbangan selanjutnya dari Kuala Lumpur menuju Medan ditempuh dengan waktu 1 jam.

Dengan rute pesawat langsung ke Medan, waktu tempuhnya adalah 3 jam 10 menit. Sementara rute penerbangan domestik yang transit di luar negeri ini memakan waktu lebih lama. Total waktu yang dihabiskan Geby di perjalanan yaitu 6 jam. Bagi Geby, yang menikmati waktu di perjalanan, lama waktu itu tentu tidak masalah. Ia sudah senang bisa menginjakkan kaki lagi di Negeri Jiran walau hanya sebentar. Terlebih lagi Geby juga sudah paham alur transit di luar negeri sehingga hal itu tidak merepotkan bagi dirinya.

“Sebenarnya hal ini nggak aku rekomenin banget ya buat orang awam yang nggak suka ribet. Soalnya ini lebih complicated, tapi kalau mau cari pengalaman ya nggak apa-apa. Karena aku emang suka jadi ya aku pilih alternatif ini, selain hemat juga bisa jalan-jalan,” ucap Geby yang bisa pulang sampai dua kali dalam setahun. Ia memanfaatkan momen libur panjang seperti libur lebaran, natal dan tahun baru.

Perihal klaim harga murah yang dikatakan Geby, detikX mencoba melakukan pemantauan harga ke sejumlah situs pemesanan tiket pesawat terbang. Memang betul harga tiket pesawat satu arah dari Surabaya menuju Medan lebih mahal ketimbang dua harga tiket menuju Kuala Lumpur dan sebaliknya menuju Medan. Harga tiket pesawat dari Surabaya menuju Medan dengan pesawat lokal dijual dengan harga termurah Rp 2,3 juta. Sementara harga tiket pesawat Surabaya menuju Kuala Lumpur sebesar Rp 850 ribu dan Kuala Lumpur ke Medan yaitu Rp 750 ribu. Total harga untuk kedua pesawat menggunakan maskapai internasional yaitu Rp 1,6 juta. Artinya dalam sekali jalan, Geby bisa hemat sampai Rp 700 ribu.

Sebetulnya sudah jadi rahasia umum jika harga tiket pesawat ke luar negeri dijual lebih murah ketimbang penerbangan domestik dengan maskapai lokal. Alasan ini pula yang membuat masyarakat Indonesia gemar melancong ke luar negeri. Dalam rangka menyambut liburan Natal dan Tahun Baru 2025, pemerintah berupaya untuk mendiskon harga tiket pesawat. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memastikan kebijakan penurunan tarif tiket pesawat sebesar 10% akan berlaku selama periode Natal dan Tahun baru 2025. Penyesuaian tarif ini hanya berlaku selama 16 hari, mulai 19 Desember 2024 hingga 3 Januari 2025.

“Tadi saya bersama Direksi Garuda, Citilink, dan Pelita Air ngecek harga tiket, ternyata benar turun. Ini juga berkat kerja sama dengan Pertamina dan pengelola bandara. Kami mencoba membantu harga tiket lebih baik sesuai dengan instruksi Bapak Presiden," kata Erick. Pemerintah meminta penyelenggara jasa bandara sampai penjual avtur menurunkan harga. Setelah libur berakhir, harga tiket kembali normal.

Dari pantauan detikX di situs pemesanan tiket pesawat terbang Rabu, (11/12/2024), harga tiket penerbangan domestik Surabaya-Medan pada tanggal 30 Desember misalnya masih dibanderol dengan harga Rp 2,3 juta. Namun, di tanggal yang sama, jika ingin menggunakan trik transit di bandara luar negeri, harganya jadi lebih mahal. Penerbangan dari Surabaya menuju Kuala Lumpur yang sebelumnya dipatok Rp 850 ribu, di musim liburan berubah menjadi Rp 2 juta. Meski begitu, Geby tetap tidak ingin membeli tiket pulang langsung.

“Rencana libur akhir tahun ini aku mau ke Medan lewat Singapura, sih, kemarin sudah lihat harga tiket pesawatnya lebih murah,” ungkap Geby.

Trik pulang kampung lewat luar negeri tidak hanya ditiru Geby. Sebelumnya sebuah video TikTok milik pemilik akun @dekjaww viral menceritakan kisah pemudik di masa liburan lebaran yang mesti memakai paspor agar bisa pulang kampung dengan harga tiket yang tidak bikin boncos. Dari Jakarta, ia mesti transit terlebih dahulu ke Malaysia sebelum melanjutkan perjalanan ke destinasi tujuannya di Kota Banda Aceh. Saat itu ia mengaku bisa hemat hingga Rp 1 juta dengan rute tersebut.

"Kasian ya kita warga-warga ujung negeri, kita tuh pulang kampung harus pakai paspor guys," ungkapnya.

Sejumlah faktor menjadi biang kerok mahalnya tiket pesawat domestik sehingga menyebabkan pelancong dalam negeri mesti putar otak dan bahkan rela transit hingga ke luar negeri. Pertama, biaya avtur yang lebih mahal di Indonesia ketimbang negara lain. Kedua, adanya pajak pertambahan nilai (PPN) berlipat yang tidak hanya dikenai ke maskapai, tapi juga penumpang. Kemudian, adanya tarif batas atas dan bawah yang membuat harga tiket jadi mahal.

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial