Asal Tradisi Halalbihalal Saat Lebaran, Hanya Ada di Indonesia

1 day ago 5

Jakarta -

Tradisi maaf-maafan saat momen Lebaran atau Hari Raya Idulfitri ternyata hanya ada di Indonesia. Tradisi umum di kalangan masyarakat Muslim Indonesia ini biasa disebut sebagai halalbihalal. Istilah modernnya disebut 'open house'.

Menariknya, meskipun terdengar seperti kata dalam bahasa Arab, istilah halalbihalal sebenarnya bukan berasal dari bahasa Arab, melainkan hasil adaptasi yang berkembang di masyarakat Indonesia. Lantas, bagaimana sejarahnya?

Arti Halalbihalal: Hal Maaf-memaafankan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI VI Daring), halalbihalal artinya hal maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan, biasanya diadakan di sebuah tempat (auditorium, aula, dan sebagainya) oleh sekelompok orang, atau juga silaturahmi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Istilah halalbihalal tidak bisa diartikan secara harfiah. Kata halal dalam halalbihalal berasal dari halla yang dalam bahasa Arab memiliki tiga makna, yaitu halla al-habl (benang kusut terurai kembali), halla al-maa' (air keruh diendapkan), dan halla as-syai (halal sesuatu).

Berdasarkan penjelasan makna di atas, maka pengertian halalbihalal adalah kekusutan, kekeruhan, dan kesalahan yang selama ini dilakukan seseorang kepada orang lain dapat dihalalkan kembali. Maknanya merujuk pada saling memaafkan atas segala kesalahan.

Sejarah Tradisi Halalbihalal di Indonesia

Mengutip dari NU Online, istilah halalbihalal awalnya dipopulerkan oleh seorang penjual martabak asal India di Taman Sriwedari, Solo, sekitar tahun 1935-1936. Pada malam-malam keramaian di bulan Ramadan, seorang asisten pedagang martabak tersebut memasarkan dagangannya dengan meneriakkan, "Martabak Malabar, halal bin halal, halal bin halal!" Ungkapan tersebut kemudian ditiru oleh para pelanggan dan menjadi populer.

Menurut versi lain, istilah halalbihalal diperkenalkan oleh KH Abdul Wahab Hasbullah pada tahun 1948. Saat itu, beliau mengusulkan kepada Presiden Soekarno untuk menggunakan konsep halalbihalal sebagai cara mempererat hubungan antar-pemimpin politik yang masih berselisih. Menindaklanjuti saran tersebut, Soekarno mengundang para tokoh politik ke Istana Negara dalam momen Idulfitri 1948 untuk berkumpul dalam acara yang diberi nama "Halal bihalal." Dalam pertemuan itu, para pemimpin duduk bersama, saling memaafkan, dan berusaha membangun kembali persatuan bangsa.

Seiring berkembangnya zaman, tradisi halalbihalal tetap menjadi bagian dari perayaan Idulfitri di Indonesia sampai sekarang. Pada momen ini, orang-orang biasanya bersalaman sebagai simbol permohonan maaf. Tak hanya mempererat tali persaudaraan, silaturahmi dalam halalbihalal juga diyakini dapat menambah pahala. Tradisi ini dilakukan oleh berbagai kalangan, baik antaranggota keluarga, sesama Muslim, maupun dengan pemeluk agama lain, sehingga menjadi ajang kebersamaan yang penuh kebahagiaan.

(wia/imk)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial