Jakarta -
Produsen kaca asal China, Xinyi Group belum kunjung merealisasikan investasinya di Rempang Eco-City, Batam, Kepulauan Riau. Hal itu dikarenakan mereka menunggu pembebasan lahan selesai 100%.
Rempang Eco-City mencakup pengembangan kawasan terintegrasi untuk industri, jasa/komersial, agro-pariwisata, residensial dan energi hijau (listrik tenaga surya). Akumulasi nilai investasi jangka panjang sebesar Rp 381 triliun dan diklaim dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 306 ribu orang.
Dalam jangka menengah, investasi dari Xinyi Glass disebut mencapai Rp 165 triliun. Investasi tersebut akan direalisasikan di lahan seluas 2.000 Ha di kawasan Rempang Eco-City.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut 3 fakta terbaru terkait proyek Rempang Eco-City:
1. Baru 42 KK Pindah ke Rumah Baru
Kepala Pusat Perencanaan Program Strategis BP Batam Fesly Abadi Paranoan mengatakan sampai saat ini pihaknya masih menyelesaikan pembangunan 961 unit rumah untuk relokasi warga terdampak proyek strategis nasional (PSN) Rempang Eco City. Sejauh ini baru 42 Kepala Keluarga (KK) yang telah menempati rumah baru di Tanjung Banon.
"Investasi Xinyi yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah sekarang bagaimana menyiapkan lahannya. Lahan dan semua legalitas terkait lahannya ini harus disiapkan untuk investasi. Hal yang harus diselesaikan adalah dunia masyarakat yang tinggal di tempat ini," kata Fesly dalam Media Gathering BP Batam di Hotel Manhattan Jakarta, Rabu (18/12/2024).
Pada tahun ini ditargetkan sebanyak 350 unit hunian tetap selesai dibangun. Sementara sisanya akan dilanjutkan pada tahun 2025 mendatang.
Secara keseluruhan, luasan lahan untuk Rempang Eco City tahap I ditetapkan sebesar 2.370 hektare (Ha). Dari luasan tersebut, teridentifikasi sebanyak 961 rumah KK terdampak proyek dan 90% wilayah berstatus hutan produksi konversi (HPK).
Untuk lahan HPK sendiri, telah dilakukan penurunan status HPK menjadi area penggunaan lainnya. Sedangkan untuk perkampungan yang terdampak, disiapkan lahan seluas 125 Ha yang akan menampung sekitar 1.000 unit rumah di Tanjung Banun sebagai lokasi relokasi.
2. Xinyi Group Ditargetkan Masuk Semester I-2025
Fesly menargetkan Xinyi Group bisa merealisasikan investasinya di Rempang Eco-City selambat-lambatnya pada semester I-2025. Agar itu tercapai, relokasi warga terdampak terus dipercepat.
"Itu yang lagi kita kejar. Jadi kita harus cepat-cepat pindahin masyarakatnya, terus mereka mulai persiapan, sambil kita bangun infrastruktur lainnya," bebernya.
Fakta Ketiga bersambung di halaman berikutnya
3. Disiapkan Infrastruktur Penunjang
PT Makmur Elok Graha (MEG) sebagai perusahaan yang mendapatkan hak pengelolaan di kawasan Rempang disebut meminta agar berbagai infrastruktur di kawasan Rempang dibangun oleh pemerintah. Itu lah yang akan BP Batam siapkan ke depannya sambil berjalan.
"Kalau infrastruktur bisa paralel kayak misalnya air kan dia nggak langsung butuh banyak, untuk konstruksi paling dia butuh 20 liter/detik aja, kalau itu sih pakai waduk yang sekarang bisa. Pas dia lagi konstruksi, persiapan, nanti kalau dia sudah mau jalan perlu dermaga, pelabuhan, nah itu yang kita siapkan," ucapnya.
Dikarenakan anggaran BP Batam terbatas, untuk membangun infrastruktur penunjang di kawasan Rempang Eco-City direncanakan akan menggunakan mekanisme Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
"BP Batam kemampuan anggaranya hanya Rp 1 triliun setahun. Jadi memang kita untuk ini KPBU lagi rencananya. Anggarannya itu sekitar Rp 1,2 triliun untuk pembangunan jalannya, lalu nanti kita tenderkan. Nah nanti pembayarannya itu dicicil. Jadi nanti setiap tahun BP Batam harus menganggarkan sekitar sekian ratus miliar untuk mencicil proyek ini," ucapnya.