Menemukan Esensi Bisnis Berkelanjutan

4 weeks ago 20

Jakarta -

Seorang pengusaha muda berkisah mengenai investor yang kurang tertarik mendanai bisnisnya lantaran dianggap terlalu idealis. Baginya kontribusi bisnis adalah memberikan manfaat bagi masyarakat dengan memberikan solusi atas problem yang dihadapi. Terlebih dengan kondisi bumi yang tidak semakin baik-baik saja. Memperhatikan lingkungan dan keberlanjutan menjadi elemen penting dalam tata kelola usaha yang sehat.

Menurutnya investor "cuma" menaruh perhatian pada kapan bisnis akan kembali modal atas investasi yang ditanam dan kapan mulai memetik untung. Banyak yang mungkin tidak peduli pada misi sosial yang diemban namun memberi perhatian lebih pada aspek komersial atau keuntungan semata.

Sesungguhnya tidak ada hal yang baru dari penuturan sang pengusaha muda ini. Hakikat bisnis yang sejati adalah dapat memberikan solusi atas problem yang dihadapi konsumen. Jika tidak mampu sepenuhnya menghilangkan problem, setidaknya dapat mengurangi "tantangan" dan "halangan" yang kerap "mengganggu" aktivitas konsumen. Bisnis yang mampu memberikan itu niscaya akan menghadirkan keberlanjutan (sustainability) dalam jangka panjang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun seperti layaknya dinamika kehidupan, tidak semua "problem" itu dapat diberikan solusi atau membutuhkan solusi, karena sejumlah alasan, dan dibiarkan as business usual. Maka pengusaha perlu sadar betul bahwa problem yang dihadapi konsumen atau masyarakat memang menghadirkan peluang untuk diberikan solusi, dan memberikan dampak dalam jangka menengah bahkan panjang.

Setidaknya terdapat empat pertimbangan bahwa problem layak dipertimbangkan untuk diberikan solusi dan memberikan peluang bisnis untuk berkembang. Pertama, problem tersebut cukup membuang waktu, sumber daya dan energi, yang signifikan bagi konsumen. Artinya, ada kalanya konsumen masih "memaklumi" dan menganggap kesulitan yang dihadapi adalah hal biasa dan tidak perlu diberikan "solusi". Ini bisa terjadi karena tidak yakin bisa diberikan solusi dan masih sanggup menghadapinya. Jika demikian, bisa jadi problem tidak menjadi peluang.

Pebisnis justru harus membangun kesadaran bahwa masalah yang dianggap "biasa" itu akan berdampak dalam jangka panjang, tidak dapat dibiarkan dan harus diberikan solusi komprehensif. Edukasi terus-menerus tentu akan memakan biaya dan membutuhkan intervensi dari regulator. Pebisnis yang berpikir jangka pendek tentu akan mundur teratur sebelum melangkah lebih jauh mewujudkan solusi.

Kedua, mempertimbangkan sejauh mana solusi yang ditawarkan dapat menghilangkan atau memecahkan masalah. Solusi yang ditawarkan tidak selalu dapat menghilangkan masalah sepenuhnya. Jika dapat mengurangi tantangan yang dihadapi konsumen, secara berangsur memberikan dampak bagi kehidupan masyarakat, produk atau jasa yang ditawarkan pasti akan segera diterima konsumen. Kontroversi seputar produk baru seperti penolakan, dapat dihindari.

Ketiga, mempertimbangkan apakah produk atau jasa yang ditawarkan dapat menciptakan tambahan masalah. Jika satu masalah dianggap penting oleh konsumen dan pebisnis dapat menawarkan produk atau jasa yang solutif, efek selanjutnya harus diperhitungkan. Pemanfaatan energi terbarukan, walaupun lebih ramah lingkungan karena nol emisi pada kendaraan listrik, tentunya harus mempertimbangkan limbah baterai yang sudah tidak terpakai, agar tidak menciptakan masalah baru.

Terakhir, patut dipikirkan, mengapa belum ada pihak lain yang menawarkan pemecahan masalah. Jangan-jangan dianggap tidak menguntungkan atau pernah ada yang menawarkan tetapi gagal, dan belum ditemukan lagi solusi yang lebih tepat. Atau, momentum yang telah terlewat dan faktor eksternal yang tidak mendukung. Studi kelayakan yang komprehensif patut dilakukan lebih cermat.

Kategori masalah

Ketika sebuah masalah telah diidentifikasi, selanjutnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori (Kim & Mauborgne, 2017). Pertama, masalah itu sudah ada sejak lama, tetapi ditawarkan solusi baru. Biasanya pebisnis memberikan tawaran berupa teknologi terkini atau fitur-fitur tambahan yang lebih kekinian.

Kedua, masalah lama yang kembali didefinisikan kembali dan memberikan alternatif solusi baru. Ketika mall sebagai pusat belanja dipertanyakan keberadaannya sejalan dengan makin berkembangnya online shop, terungkap motivasi konsumen datang ke mall tidak melulu untuk berbelanja, tetapi mencari hiburan. Sejumlah mall berbenah diri memberikan penawaran berbeda, menyediakan sarana interaksi sosial dan ruang publik yang lebih luas. Pengunjung pun senang. Ketika mereka senang, aktivitas berbelanja dapat didorong lebih kuat.

Ketiga, mengidentifikasi dan memecahkan masalah baru atau meraih satu kesempatan baru. Di masa lalu sebuah perusahaan menawarkan cara menggoreng kentang tanpa harus menggunakan minyak, namun dengan rasa yang tidak kalah lezat. Minyak goreng yang digunakan, apalagi berkali-kali, dianggap tidak sehat dan menjadi sumber penyakit.

Di Indonesia, sebuah produsen mie instan pada 1980-an menawarkan cara membuat mie goreng tanpa harus menggoreng, karena dianggap tidak praktis dan merepotkan. Cukup merebus dan memberikan bumbu, kecap plus minyak, dan hasilnya sungguh nikmat, tidak kalah dengan mie goreng yang digoreng. Sekarang pun telah banyak produsen yang menawarkan kerupuk yang tidak digoreng tetapi diproses dengan alat khusus, dan tentu menawarkan rasa yang sungguh enak.

Identifikasi masalah dan peluang baru ini otomatis menciptakan pasar baru. Menghindari persaingan langsung dengan "pemain" yang telah eksis sebelumnya. Pebisnis dapat menikmati keuntungan, tanpa harus "berdarah-darah" karena bersaing harga dan menekan biaya produksi.

Akhirnya, dinamika hidup memang penuh dengan masalah yang dihadapi konsumen. Dalam situasi ekonomi apapun, dari bagus, apalagi tidak baik-baik saja, problem selalu ada. Maka peluang bisnis pun selalu ada bagi pebisnis yang cerdas membaca "tanda-tanda" meraih kesempatan emas. Yang perlu dilakukan adalah mencoba "menyelami" masalah lebih dalam dan dalam lagi, hingga menyentuh dasar yang esensial, sambil memanfaatkan momentum yang pas. Inilah awal sebuah bisnis akan menuai keberlanjutan.

Frangky Selamat dosen Program Studi Sarjana Manajemen Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Tarumanagara

(mmu/mmu)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial