Menegaskan Hakikat Penjurusan di SMA

2 hours ago 4

Jakarta - Pemerintah akan kembali menerapkan penjurusan di SMA yang sempat dihapuskan ketika pemberlakuan kurikukum merdeka pada era Menteri Pendidikan Nadiem Makarim. Kebijakan diberlakukannya kembali penjurusan di SMA ke dalam jurusan IPA, IPS, dan Bahasa sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk menerapkan Tes Kompetensi Akademik sebagai bentuk ujian akhir.

Sebenarnya jika dicermati, penjurusan di SMA baik pada era Nadiem Makarim maupun Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti saat ini, tidak pernah dihilangkan. Hanya bentuk penjurusannya saja yang berbeda; pada era Nadiem Makarim penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa dihapus dan digantikan dengan jenis penjurusan yang spesifik, disesuaikan dengan mayoritas keberadaan jurusan yang ada di perguruan tinggi.

Misalnya saja, jurusan musik, sistem informasi, pendidikan, filsafat, dan desain. Dengan model ini maka diharapkan siswa ketika melanjutkan studi ke perguruan tinggi, mereka sudah mendapatkan bekal yang cukup yang didapatkan ketika belajar di SMA. Hanya dalam pelaksanaannya, sejalan dengan prinsip kurikulum merdeka, hal ini "merepotkan" sekolah karena setelah melalui pemetaan minat dan bakat siswa, berhubungan dengan ketersediaan guru dan sumber daya pendukung.

Sementara dalam model penjurusan IPA, IPS dan Bahasa yang akan dibelakukan kembali, sifat penjurusannya lebih general (bersifat umum), maka dalam pelaksanaannya akan lebih memudahkan bagi pihak sekolah. Apalagi jika hal ini akan dihubungan dengan penerapan tes kompetensi akademik sebagai ujian akhir, maka model penjurusan IPA, IPS dan Bahasa menjadi lebih relevan dibandingkan dengan menggunakan model penjurusan pada era Nadiem Makarim yang spesifik tadi.

Jika pada era Nadiem Makarim ada Asesmen Kompetensi sebagai pengganti ujian nasional, maka pada era Abdul Mu'ti saat ini diberlakukan Tes Kompetensi Akademik. Bentuk perubahan model tes yang digunakan ini rupanya yang menjadi salah satu alasan untuk diberlakukannya kembali bentuk penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA.

Sejauh mana dampak penerapan kembali penjurusan IPA, IPS dan Bahasa bagi orangtua dan siswa? Dengan model penjurusan yang hanya terdiri dari tiga jurusan ini, bagi pihak orangtua jauh lebih mudah dalam membantu anak dalam memilih jurusan di bandingkan model penjurusan yang bersifat spesifik. Model penjurusan di kurikulum merdeka yang begitu banyak kerap membuat orangtua kebingungan dalam membimbing anak mengambil jurusan yang tepat.

Sementara dari sisi siswa, tentu saja dengan hanya tiga pilihan maka bisa menjadi kurang menarik, karena minat dan bakat mereka tidak bisa tersalurkan. Sebagai catatan, jika mayoritas siswa di sekolah memiliki minat dan bakat di bidang Fashion atau Desain, maka dengan hanya tiga pilihan yang bisa dipilih maka tentu saja tidak optimal, mau dimasukkan ke dalam jurusan Bahasa juga tidak bisa dikatakan seratus persen cocok.

Dalam teori kecerdasan majemuk yang dikemukan oleh Howard Gardner sedikitnya ada sembilan jenis kecerdasan anak. Sejatinya yang perlu kita pertimbangkan bersama, hakikat penjurusan di SMA apapun bentuknya entah itu pada era Nadiem Makarim dengan kurikulum merdekanya maupun di era Abdul Mu'ti saat ini, penjurusan sejatinya dilakukan dalam rangka mengakomodasi minat dan bakat siswa.

Pengakomodasian minat dan bakat siswa ini menjadi penting sejalan dengan tujuan pendidikan di Indonesia yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi peserta didik. Tujuan pendidikan inilah yang hendaknya menjadi acuan semua pihak, baik itu pemerintah, sekolah, maupun orangtua dan siswa dalam memilih bentuk penjurusan yang akan dipakai. Unsur-unsur lain di luar itu, seperti model ujian akhir yang akan dipakai apakah itu berbentuk Asesmen Kompetensi seperti pada era Nadiem Makarim maupun Tes Kompetensi Akademik saat ini, hal itu sebaiknya tidak menjadi pertimbangan utama.

Yudha Nata Saputra praktisi pendidikan, alumnus S-3 Ilmu Pendidikan Universitas Islam Nusantara

(mmu/mmu)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial