Jati Diri TNI Antar Generasi

5 hours ago 3

Jakarta -

"Kami tentara Republik Indonesia akan timbul tenggelam bersama negara." - Jenderal Besar Sudirman.

Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan institusi yang lahir dari semangat perjuangan bangsa Indonesia. Hingga saat ini TNI adalah kekuatan pertahanan utama yang memiliki peran sentral dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa Indonesia. Lebih dari sekadar pasukan bersenjata, TNI adalah manifestasi dari kekuatan rakyat yang menjelma menjadi benteng pertahanan negara. Dalam perjalanannya, TNI menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang membentuk jati dirinya sebagai Tentara Rakyat, Tentara Pejuang, Tentara Nasional, dan Tentara Profesional. Jati diri ini bukan semata-mata simbol formal, tetapi menjadi fondasi moral yang membimbing seluruh prajurit TNI dalam berpikir dan bertindak.

Empat butir jati diri TNI tersebut merupakan penanda bahwa TNI selalu berpijak pada kepentingan bangsa. Sebagai Tentara Rakyat, TNI berasal dari rakyat dan menyatu dengan denyut nadi masyarakat. Sebagai Tentara Pejuang, TNI mewarisi semangat pengorbanan para pendiri bangsa. Sebagai Tentara Nasional, TNI berdiri di atas semua golongan dan menjunjung tinggi netralitas. Dan sebagai Tentara Profesional, TNI terus mengasah kompetensi, kedisiplinan, dan integritasnya agar mampu menjawab tuntutan zaman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, bagaimana jati diri TNI dapat terus melekat pada prajurit yang silih berganti, mengingat masa dinas dibatasi oleh usia pensiun? Di tengah perubahan karakter generasi milenial dan Gen Z yang kini mengisi tubuh TNI, mampukah nilai- nilai tersebut tetap dipahami dan diimplementasikan? Lalu, apakah para purnawirawan yang telah lepas dari dinas tetap berkewajiban menjaga jati diri TNI sebagai bagian dari kepribadian mereka?

Generasi Muda TNI: Milenial dan Gen Z

Regenerasi adalah keniscayaan dalam organisasi, termasuk di TNI. Seiring regulasi pensiun dan perkembangan zaman, prajurit yang mengawaki TNI terus berganti. Saat ini, posisi perwira, bintara, dan tamtama muda diisi generasi milenial dan Gen Z yang lahir sejak awal 2000-an, membawa karakter berbeda dari generasi sebelumnya. Meski demikian, TNI tetap dikenal sebagai lembaga yang kuat, solid, dan loyal karena sejak awal berpegang pada jati diri yang diwariskan para pendahulu-nilai yang diharapkan terus hidup sebagai ciri khas lintas generasi.

Kekhawatiran muncul seiring masuknya generasi milenial dan Gen Z ke tubuh TNI, karena mereka dinilai memiliki karakter berbeda lebih inklusif, progresif, dan cenderung menyukai hal-hal instan akibat pengaruh teknologi digital. Gen Z juga dikenal sangat menjaga privasi, namun di sisi lain kreatif dan inovatif. Meski demikian, mereka dianggap kurang tangguh secara mental dan fisik untuk dunia militer yang menuntut keteguhan jiwa juang. Beberapa kasus di lingkungan TNI menunjukkan kecenderungan lemahnya kesehatan mental, perilaku konsumtif, dan ketergantungan pada dunia digital dalam pengambilan keputusan. Hal-hal inilah yang kini menjadi perhatian serius dalam proses regenerasi prajurit.

Pertanyaannya kini, apakah jati diri TNI masih menjadi ciri khas yang relevan di era digital saat institusi ini diawaki oleh generasi milenial dan Gen Z? Untuk menjawabnya, TNI telah melakukan berbagai upaya melalui seleksi, pendidikan, dan pembinaan guna mencetak prajurit muda yang selaras dengan nilai-nilai jati diri TNI. Rekrutmen yang ketat, latihan yang berjenjang, serta bimbingan dari perwira senior menjadi instrumen penting dalam menjaga kesinambungan karakter prajurit. Namun, tetap perlu ditinjau apakah semua itu cukup untuk membentuk generasi muda TNI yang benar-benar berkarakter Tentara Rakyat, Pejuang, Nasional, dan Profesional.

Terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa upaya pembinaan TNI belum cukup, sebab sistem pendidikan dan latihan yang ada telah dirancang secara berjenjang dan adaptif terhadap perkembangan situasi. Proses ini terus dievaluasi oleh para Kepala Staf Angkatan dan Panglima TNI. Generasi milenial dan Gen Z yang kini mengisi posisi taktis dan teknis masih menjalani pembinaan karakter secara bertahap. Karena itu, reformulasi kurikulum dengan pendekatan yang interaktif, modern, dan kontekstual menjadi penting, termasuk pemanfaatan teknologi. Komandan satuan juga diharapkan menerapkan kepemimpinan yang humanis namun tetap tegas, agar nilai-nilai jati diri TNI dapat tertanam kuat pada generasi muda.

Di tengah harapan dan kekhawatiran terhadap generasi milenial dan Gen Z yang kini mengisi tubuh TNI, kepercayaan publik terhadap institusi ini tetap tinggi. Survei Litbang Kompas pada 24 Januari 2025 mencatat 94,2% responden menilai TNI sebagai lembaga negara dengan citra terbaik, meningkat dari survei sebelumnya. Ini mencerminkan apresiasi masyarakat atas konsistensi TNI dalam menjalankan tugasnya, sekaligus menjadi bukti bahwa jati diri TNI masih relevan dan diterima publik. Namun, tantangan tetap ada: menjaga kepercayaan tersebut di tengah regenerasi yang terus berlangsung. Untuk itu, penguatan doktrin dan pembinaan generasi muda menjadi kunci, agar nilai-nilai dasar TNI tetap tertanam dalam jiwa dan raga para prajurit muda, serta menjawab keraguan akan ketangguhan generasi baru.

Purnawirawan TNI dan Jati Dirinya

Adagium "Old Soldier Never Die, They Just Fade Away" sering kita dengar untuk menggambarkan pengabdian abadi seorang prajurit. Namun, Presiden Prabowo Subianto pernah menambahkan maknanya: "Old Soldier Never Die and They Never Fade Away, They Only Go When the Almighty Call Them," menegaskan bahwa prajurit sejati tidak pernah pensiun dari pengabdiannya. Filosofi seperti "Sepi Ing Pamrih, Rame Ing Gawe" mencerminkan semangat tulus dalam melayani bangsa. Bagi purnawirawan, status pensiun hanyalah administratif. Jiwa keprajuritan dan jati diri sebagai Prajurit Sapta Marga tetap melekat dan siap digerakkan kapan pun negara memanggil.
Namun demikian, akhir-akhir ini muncul dinamika di kalangan purnawirawan yang menunjukkan perbedaan sikap dan pandangan politik secara terbuka. Bila tidak disikapi dengan bijak, hal ini dapat menimbulkan persepsi negatif terhadap soliditas nilai yang selama ini dijaga. Jati diri TNI harus menjadi pemandu, agar setiap bentuk aspirasi tetap berada dalam koridor konstitusi dan semangat kebangsaan.

Jati diri TNI tidak hanya dirumuskan dalam doktrin, tetapi terwujud nyata dalam keteladanan. Selama masa dinas, seorang prajurit ditempa untuk memiliki sikap
disiplin, keberanian, loyalitas, dan semangat pengabdian. Nilai-nilai ini tidak boleh luntur seiring lepasnya status keaktifan, tetapi justru menjadi fondasi moral dalam kehidupan bermasyarakat. Ketika purnawirawan menyuarakan pendapat atau terlibat dalam aktivitas publik, hendaknya mereka tetap menunjukkan sikap negarawan dan kepatuhan terhadap etika Sapta Marga. Citra TNI tidak hanya ditentukan oleh yang aktif berdinas, tetapi juga oleh para purnawirawan yang menjadi panutan masyarakat luas.

Kesinambungan Jati Diri TNI

Menjaga kesinambungan jati diri TNI merupakan tantangan institusional yang memerlukan strategi jangka panjang. Adaptasi terhadap perkembangan zaman tidak berarti melepaskan nilai-nilai dasar. Sebaliknya, pembinaan generasi muda harus diarahkan agar mampu mengaktualisasikan nilai-nilai tradisional dalam bentuk yang relevan dengan konteks kekinian.

Sinergi antara generasi muda dan purnawirawan menjadi elemen penting dalam menjaga kesinambungan ini. Generasi muda membutuhkan inspirasi dan keteladanan, sedangkan purnawirawan memerlukan ruang untuk terus berkontribusi positif. Dalam kolaborasi dua arah inilah, jati diri TNI akan tetap hidup dan dinamis.
Purnawirawan TNI memiliki potensi besar untuk menjadi perekat sosial dan penjaga moralitas kebangsaan. Dalam situasi politik yang rentan polarisasi, mereka dapat berperan sebagai penyejuk dan penengah, bukan bagian dari konflik yang mengganggu stabilitas.

Kesetiaan kepada Pancasila, UUD 1945, dan NKRI harus terus menjadi komitmen utama yang dihidupi oleh setiap purnawirawan. Lebih dari itu, mereka harus mampu mengkomunikasikan nilai-nilai TNI secara konstruktif kepada masyarakat. Dengan menjaga integritas dan keteladanan, purnawirawan dapat menjadi teladan abadi yang memelihara jati diri TNI sebagai kekuatan yang disegani, dicintai, dan dipercaya rakyat Indonesia. Purnawirawan adalah bagian penting dalam sejarah kejayaan TNI dan pilar utama dalam menjaga nama besar TNI di masa kini dan masa depan sebagai penjaga utama kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Oleh: Letjen TNI Mohamad Hasan, Komandan Kodiklatad

(wnv/wnv)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial