Ibas Tegaskan Pentingnya Pemberdayaan Generasi Muda Melalui Ekraf

4 hours ago 2

Jakarta -

Wakil MPR RI dari Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) menegaskan bahwa pemberdayaan generasi muda melalui pengembangan ekonomi kreatif (Ekraf) adalah bagian tak terpisahkan dari strategi nasional untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Salah satu tipsnya dengan menjauhi sifat FOMO (Fear of Missing Out) dan membangun sifat YONO (You Only Need One).

"Teman-teman Ekraf selamat datang di rumah kebangsaan, pengawal konstitusi, penjaga kedaulatan rakyat. Hari ini kita tidak sedang membahas robot trading, skema ponzi palsu, binary option, atau jual beli barang palsu online, tapi kita lebih banyak ingin membahas dan mendengar tentang Ekonomi Kreatif 'the New Engine of Growth'. Kreatif Berkarya, Muda Berjaya." kata Ibas dalam keterangannya, Selasa (4/3/2025).

Hal tersebut disampaikan Ibas dalam Diskusi Kebangsaan 'Kreatif Berkarya, Muda Berjaya: Ekonomi Kreatif 'New Engine of Growth', Selasa (4/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua FPD DPR RI ini kemudian memberi apresiasi pada para pelaku ekraf muda yang memiliki peran sentral dalam membangun ekonomi kreatif nasional, yang lebih kuat dan mandiri, serta tidak sedikit dalam membuka lapangan kerja baru.

"Instrumen pemberdayaan generasi muda merupakan bagian tak terpisahkan dari strategi nasional untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Target pemerintahan Presiden Prabowo ekonomi tumbuh 8%. Sehingga ekonomi kreatif salah satu yang memiliki peran strategis sebagai 'new engine of growth'," ujar Ibas.

Ibas kemudian membahas bagaimana pertumbuhan Ekraf di Indonesia yang sudah dikembangkan sejak era cetak biru ekonomi kreatif Presiden SBY. Terus berkembang hingga saat ini berkontribusi pada PDB (produk domestik bruto) yang naik drastis dari 500 T menjadi 1400 T. Menyerap lapangan kerja hingga kini sebesar 27 juta orang.

"Ini menandakan peranan Ekraf sebagai pilar utama pertumbuhan ekonomi bangsa dan Gen Milenial serta Gen Z adalah aktor utamanya. Ekraf Indonesia ternyata juga diminati dunia karena memiliki nilai ekspor hingga 12,36 miliar dollar," papar Ibas.

Lebih lanjut, sebagai Pimpinan MPR RI, Ibas turut mendengar aspirasi dan mendorong agar Ekraf Indonesia dapat selaras dengan 4 Pilar Kebangsaan dan mempertahankan Jati diri serta identitas bangsa.

"Dalam bingkai NKRI, kita harus terus menguatkan rasa cinta tanah air, dengan mengibarkan merah putih melalui ekonomi kreatif di kancah dunia. Bhinneka Tunggal Ika kita juga terus menjadi pilar pengembang dalam berkarya dan berinovasi dalam keragaman," ujarnya.

Menurut Ibas, hal ini selaras dengan agenda pembangunan berkelanjutan atau lebih dikenal dengan SDGs.

"Ekraf selain bisa menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi 8%, juga dapat meningkatkan devisa, penyerapan tenaga kerja, dan memberikan dampak positif pada keberagaman budaya serta meningkatkan kualitas masyarakat," tutur Ibas.

"Kita harus cepat bermimpi mengejar apa yang ingin kita capai, yaitu ekonomi kreatif kita yang mendunia," imbuhnya.

Namun, Ibas menyampaikan beberapa hal yang sering terjadi di Generasi Z saat ini. Seperti FOMO (Fear of Missing Out) dan JOMO (Joy of Missing Out).

"Ada istilahnya yaitu FOMO, biasanya Gen Z dan setengah milenial itu ikut fomo-fomoan, cukup latah, ada yang baru dicari, dan akhirnya tidak ada titik fokus yang ditekuni, kalau kita tidak mengikuti tren itu nanti kita malah seperti sekedar jadi JOMO," ungkapnya.

"Tapi sesungguhnya menurut saya, kita semua perlu YONO (You Only Need One), fokus, perlu satu yang terbaik, yang berhasil, jadi kalau sudah bisa memecahkan tantangan, kemudian lakukan, lantas tekuni, Mengapa ? Karena kalian bisa menjadi ahlinya. Keseriusan tersebut, dijawab dengan solusi untuk tantangan tantangan yang ada," lanjut Ibas.

Sementara itu, Petrus Mahendra atau yang akrab disapa Mahen, salah satu musisi muda Indonesia hadir dalam kesempatan ini dan menyampaikan aspirasinya, khususnya tentang industri permusikan.

"Kami mau menyampaikan suara hati untuk pendengar semua. Di tahun terakhir ini, ketika traffic karya yang kami buat naik, namun tidak berbanding lurus dengan pendapatan. Spotify growth naik, pendapatan turun. Salah satu faktor minimnya masyarakat berlangganan platform musik secara premium, sehingga tidak banyak pendapatan. Proses produksi butuh biaya tapi platform tidak mendukung. Akan lebih baik jika Indonesia juga memiliki platform musik top seperti spotify namun lokal," ungkapnya.

Ibas pun menanggapi bahwa Indonesia sejatinya memang harus berpihak pada potensi anak bangsa.

"Kami terus memperjuangkan dan mendorong agar usaha kreatif ini punya platform yang menguntungkan, regulasi yang tepat, dan termasuk kemudahan permodalan investasi dengan catatan usaha kita sudah siap dan mapan hitungannya. Jangan asal Nafsu Meminjam, Kemudian sulit mengembalikan yang jadinya masuk dalam lingkaran Pinjol ilegal," katanya.

Di akhir penyampaiannya, Ibas menutup dengan ajakan optimisme untuk para pelaku Ekraf.

"Mari kita menjadi bagian dari solusi bukan tantangan, apalagi masalah," tutur Ibas.

"Jika kita terus berkembang, berinovasi, dan berkarya jangan pernah takut untuk mencoba dan menciptakan sesuatu yang baru. Jaga identitas bangsa, inklusif menggunakan kearifan lokal dalam cita rasa dan karya. Terus berkolaborasi menjadi solusi untuk negeri," pungkasnya.

Sebagai informasi, diskusi ini dihadiri oleh beberapa pelaku ekonomi kreatif di antaranya musisi Petrus Mahendra (Mahen), Shafiq Husein developer game Gambir Studio, Andre Benito Sakul dari Aplikasi Lingo Talks, hingga Yasmin Salsabila Founder Brand Muslim Tie by Min. Hadir pula anggota FPD DPR RI dari komisi VII Zulfikar Suhardi dan Dina Lorenza Audria, serta Rinto Subekti dari Komisi XIII.

(akn/ega)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial