Zelensky yang Tiba-tiba Melunak ke Rusia

1 month ago 20
Jakarta -

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menawarkan pertukaran tanah dalam perundingan dengan Rusia. Namun, sikap lunak Zelensky itu dianggap Moskow sebagai omong kosong belaka.

Dirangkum detikcom, Rabu (12/2/2025), Tawaran ini disampaikan Zelensky menjelang pertemuan dengan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) JD Vance di Munich, Jerman.

Tawaran itu menandai pergeseran posisi Zelensky, yang di masa lalu menolak untuk menyerahkan wilayah apa pun setelah Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022 lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam wawancara terbaru dengan media terkemuka Inggris, The Guardian, pada Selasa (11/2), Zelensky mengatakan Kyiv siap untuk melakukan pembicaraan serius menjelang pertemuan dengan Vance pada Jumat (14/2) mendatang di sela-sela menghadiri Konferensi Keamanan Munich.

Sosok Vance dikenal sebagai pengkritik vokal untuk dukungan militer AS terhadap Ukraina.

"Kami akan menukar satu wilayah dengan wilayah lainnya," kata Zelensky dalam wawancara tersebut, seperti dilansir AFP, Rabu (12/2/2025).

Dia menambahkan bahwa dirinya siap untuk menukarkan tanah di Kursk, Rusia -- yang direbut pasukan Ukraina dalam serangan mendadak tahun lalu.

Zelensky juga mengakui bahwa Ukraina tidak akan dapat menikmati jaminan keamanan hanya dengan mitranya di Eropa.

"Jaminan keamanan tanpa Amerika bukanlah jaminan keamanan yang sesungguhnya," sebutnya.

Moskow soal Tawaran Zelensky: Omong Kosong!

Dmitry Medvedev, Deputy Chairman of Russias Security Council, delivers a speech during a ceremony marking Shipbuilders Day in Saint Petersburg, Russia June 29, 2022. Sputnik/Valentin Yegorshin/Pool via REUTERS Dmitry Medvedev. Foto: Sputnik/Valentin Yegorshin/Pool via REUTERS

Rusia lantas menanggapi tawaran yang disampaikan Zelensky soal pertukaran wilayah dalam negosiasi untuk mengakhiri konflik kedua negara. Moskow menyebut tawaran Zelensky itu sebagai "omong kosong".

Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, seperti dilansir Reuters dan kantor berita TASS, Rabu (12/2/2025), menolak tawaran Zelensky untuk secara langsung menukarkan wilayah Rusia yang kini dikuasai pasukan Kyiv dengan imbalan wilayah Ukraina yang dikuasai pasukan Moskow.

Medvedev yang menjabat sebagai Presiden Rusia periode tahun 2008-2012 ini, menyebut bahwa satu-satunya cara bagi Ukraina untuk pulih adalah "merasa seperti orang Rusia lagi".

"Meskipun tindakan seperti itu (invasi Rusia ke Ukraina) tidak mampu sepenuhnya mengubah pikiran para badut haram, yang gemetar ketakutan ... berbicara omong kosong di depan kamera tentang pertukaran wilayah," tulis Medvedev dalam komentarnya via Telegram.

"Bagi orang-orang seperti itu, satu-satunya cara untuk pulih adalah dengan merasa seperti orang Rusia lagi. Sesuai dengan nasihat Presiden Amerika Serikat," sebutnya.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebelumnya menyebut Ukraina "mungkin akan menjadi bagian Rusia suatu hari nanti". Komentar itu dikatakan oleh Trump menjelang pertemuan antara Wakil Presiden AS JD Vance dengan Zelensky di Munich, Jerman, pada akhir pekan ini.

Lebih lanjut, Medvedev mengatakan Rusia telah menunjukkan bahwa mereka dapat mencapai "perdamaian melalui kekuatan" militer, termasuk melalui serangan drone dan rudal yang menghantam Kyiv pada Rabu (12/2) waktu setempat.

Trump Sempat Puji Rusia Usai Bebaskan Warga AS

The U.S. Capitol is seen between flags placed on the National Mall ahead of the inauguration of President-elect Joe Biden and Vice President-elect Kamala Harris, Monday, Jan. 18, 2021, in Washington. Bendera Amerika Serikat. Foto: AP/Alex Brandon

Untuk diketahui, Tawaran Zelensky itu disampaikan setelah Rusia membebaskan seorang warga AS bernama Marc Fogel yang ditahan di negara tersebut sejak tahun 2021 atas tuduhan narkoba. Trump sempat memuji langkah Moskow itu sebagai isyarat niat baik untuk mengakhiri perang.

Pembebasan itu dilakukan setelah utusan khusus Trump, Steve Witkoff, berkunjung ke Rusia, yang menjadi kunjungan pertama pejabat pemerintahan Trump ke negara tersebut.

"Kita diperlakukan dengan sangat baik oleh Rusia. Sebenarnya saya berharap itu adalah awal dari sebuah hubungan di mana kita bisa mengakhiri perang tersebut," ucap Trump saat berbicara kepada wartawan membahas pembebasan Fogel oleh Rusia.

Gedung Putih menggambarkan pembebasan Fogel sebagai bagian dari "pertukaran", dan Trump pada Selasa (11/2) malam menyebut tahanan kedua akan dibebaskan pada Rabu (12/2) waktu setempat, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Presiden Donald Trump berjanji untuk mengakhiri perang Ukraina pada masa jabatan keduanya, yang kemungkinan dilakukan dengan memanfaatkan bantuan militer AS senilai miliaran dolar Amerika yang diberikan di bawah pemerintahan mantan Presiden Joe Biden, untuk memaksa Kyiv memberikan konsesi teritorial.

(taa/azh)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu


Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial