Seorang satpam rumah mewah di Bogor, Jawa Barat, tewas dibunuh oleh majikannya sendiri. Kasus ini sekaligus mengungkap watak asli majikannya yang mudah tersulut emosi.
Satpam itu diketahui bernama Septian. Ia dibunuh oleh AMM (26) yang kini telah menjadi tersangka.
Septian tewas bersimbah darah di sebuah rumah mewah di Jalan Lawang Gintung, Bogor Selatan, Kota Bogor. Peristiwa itu terjadi pada Jumat (17/1/2025) sekitar pukul 04.20 WIB. Korban mengalami luka di bagian kepala dan dada akibat senjata tajam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Polisi mendapatkan laporan dari W, sopir di rumah tersebut. Setelah pengecekan langsung oleh polisi, korban kemudian dievakuasi ke rumah sakit untuk dilakukan autopsi.
"Ada kejadian tindak pidana diduga pembunuhan yang terjadi di Bogor Selatan kurang lebih pada pukul 04.30 tadi pagi (kemarin) dari pihak korban ke Polsek Bogor Selatan dan polsek langsung cek ke TKP dan saat ini masih dalam proses penyelidikan," kata Kapolresta Bogor Kota Kombes Eko Prasetyo kepada wartawan di Mapolresta Bogor Kota, Jumat (18/1).
Sementara itu, istri Septian, Dewi (47) tak pernah mengira akan menerima kabar bahwa suaminya tewas dibunuh anak majikan. Dewi merasa terguncang karena tak siap menerima kenyataan ini.
Septian selama ini bekerja sebagai petugas satpam rumah mewah di Kota Bogor. Namun, siapa sangka, Septian harus berakhir di tangan anak majikannya. Septian dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sembah Dalem Uyut Kalideres, Desa Citarik, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Sabtu (18/1/2025).
Dewi tampak tak bisa menahan pilu saat mengantar jenazah suaminya ke pemakaman. Ia mengaku tak bisa menerima kenyataan ini.
"Saya enggak kuat, lemas. Saya enggak siap dapat kenyataan seperti ini," ucapnya, dilansir detikJabar.
Lantas, apa saja yang diketahui terkait sosok sang majikan keji ini? Baca halaman selanjutnya.
Jadi Tersangka dan Ditahan
Foto: Jasad Septian, Satpam yang tewas diduga dibunuh majikan di Bogor tiba di rumah duka (Dok Istimewa)
"Tersangka sudah ditahan sejak kemarin," kata Kapolresta Bogor Kota Kombes Eko Prasetyo, Minggu (19/1/2025).
Kasat Reskrim Polresta Bogor Kota Kompol Aji Riznaldi menambahkan AMM dijerat dengan Pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan dan Pasal 351 KUHP tentang Penganiayaan. AMM terancam 15 tahun penjara.
"Untuk tersangka sendiri yaitu majikannya, majikan dari korban, inisial AMM. Pasal yang kita kenakan untuk sampai saat ini di Pasal 338 subsider Pasal 351 KUHP. Ancaman 15 tahun penjara," kata dia.
Polisi juga sudah melakukan autopsi terhadap jenazah korban. Saat ini pihak kepolisian masih melakukan pengembangan.
"Perkembangan penanganan penyidikan di kasus Lawang Gintung itu kita sudah melakukan autopsi kemudian saat ini tersangka sudah kami tetapkan dengan melalui proses gelar perkara," ujarnya.
Polisi juga telah melakukan tes urine terhadap AMM. Hasilnya, AMM dinyatakan positif narkoba.
"Yang jelas, tadi pagi yang diduga pelaku itu kita tes urine, (hasilnya) positif sinte," kata Kapolresta Bogor Kota Kombes Eko Prasetyo, Jumat (17/1).
Tersangka Dikenal Pemarah
Foto: Satpam rumah mewah di Bogor ditemukan tewas bersimbah darah. (Muhammad Sholihin/detikcom)
"Ya temperamental juga, penyakit juga, jadi memang sudah watak," kata Arif ditemui di sekitar lokasi kejadian, Minggu (19/1/2025).
Arif mengaku bekerja selama setahun sebagai sopir di rumah mewah yang jadi lokasi pembunuhan satpam bernama Septian (37) di Jl Lawang Gintung, Bogor Selatan, Kota Bogor. Selama bekerja, Arif mengaku sering dianiaya oleh tersangka.
"Ya sering disiksa, ditimpukin segala macem kalau salah jalan, dulu kan saya sopirin dia, kerja jadi sopir. Iya (sering dianiaya). Memang ada satpam juga pernah dipukulin dia gara-gara meteran listrik," kata Arif.
Arif kemudian memilih berhenti bekerja di rumah mewah karena tidak tahan dengan kelakuan AMM. Arif menyebutkan ia berhenti karena uang makan tidak dibayar dan handphone miliknya dibanting AMM.
"Pernah kerja di sini setahun (sebagai sopir), saya baru keluar (berhenti) kemarin, (bulan) Desember kemarin, gara-gara uang makan saya nggak dibayar, handphone saya dibanting, ya sudah saya keluar (berhenti bekerja)," ungkapnya.
(rdp/rdp)