Tak Semua Daerah Dapat Susu Segar di Makan Bergizi Gratis, Ini Alternatifnya

2 months ago 68
Update Informasi Live Dini Tepat Terbaik

Jakarta -

Menu susu belum disertakan dalam pelaksanaan perdana Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Senin (6/1) kemarin. Rencananya, susu tidak diberikan setiap hari, bahkan ada kemungkinan tidak semua daerah bisa mendapatkannya.

Wakil Menteri Koperasi Ferry Juliantono mengatakan, tidak semua wilayah dekat dengan sentra peternakan sapi perah karena mayoritas ada di Pulau Jawa, khususnya Jawa Barat.

Oleh karena itu, ada tantangan tersendiri untuk mengantarkan susu segar ke sekolah. Sebab, dalam rencana besarnya MBG didukung dengan menu susu segar yang bergizi, bukan susu UHT ataupun susu bubuk.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau koperasi peternakan sapi perah kan itu ada minimal batas waktunya, dan itu hanya mungkin bisa meng-cover siswa-siswi sekolah yang ada di radius dekat dengan koperasi peternakan sapi perah," kata Ferry dalam acara Seminar on Cooperative Development: European Best Practices di Kantor Kemenkop, Jakarta Selatan, Selasa (7/1/2024).

Begitu pula dengan DKI Jakarta yang jauh dari sentra peternakan sapi perah. Atas kondisi ini, menurutnya perlu dibuka opsi untuk pemberian susu UHT atau susu bubuk ke daerah-daerah yang jauh dari peternakan sapi perah. Dengan demikian, anak-anak di daerah lain bisa tetap mendapatkan susu.

"Susu segar kan karena sentra peternakan sapi perahnya ada di Jawa Barat, jadi mungkin pemberiannya kalau untuk Jakarta pakai susu yang dalam bentuk kemasan," ujarnya.

Di sisi lain, Ferry mengingatkan bahwa menu susu tidak akan diberikan setiap hari. Hal ini juga mengingat anggaran untuk program MBG di Rp 10.000 per porsi.

Ferry juga belum mendengar kabar terbaru dari pelaksanaan MBG hari ini, apakah menu susu sudah masuk di dalamnya atau belum. Namun ia berharap, susu dapat diberikan merata kepada seluruh siswa.

"Kita belum mendapat laporan, cuma kita harapkan kepada siswa tetap harus diberikan susu. Masalahnya adalah semua produksi susu itu adanya di Jawa, di Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, sebagian Jawa Timur," kata dia.

Ia juga menyatakan kesiapan Kementerian Koperasi dalam mendukung pelaksanaan MBG di daerah-daerah. Sejumlah koperasi, khususnya Koperasi Pondok Pesantren telah mulai terlibat dalam pelaksanaan MBG di hari perdananya kemarin.

"Kemarin arahannya penggunaan bahan-bahan untuk MBG diharapkan bisa menggunakan bahan baku lokal, supply chain ini juga kita sedang persiapkan. Mudah-mudahan koperasi-koperasi sayur, koperasi peternakan ayam, ayam petelur, atau koperasi peternakan ayam potong, koperasi-koperasi yang nanti bisa mensuplai kebutuhan-kebutuhan dapur itu bisa dipenuhi oleh koperasi," ujarnya.

Sebagai informasi, Kepala BGN, Dadan Hindayana, mengatakan masuknya susu sapi dalam komponen menu MBG untuk memberdayakan industri susu sapi dalam negeri. Dengan begitu diharapkan tidak menambah angka impor susu sapi.

"Susu akan menjadi bagian makanan bergizi untuk wilayah-wilayah di mana sapi perahnya ada, untuk mendorong setiap daerah agar punya sapi perah. Kami tidak ingin program ini menjadi bagian peningkatan impor, tetapi ingin memberdayakan sumber daya lokal," beber Dadan di Gedung Nusantara I DPR RI, Senin (6/1/2025).

Dadan menjelaskan lebih lanjut anggaran program MBG akan tetap Rp 10.000 per anak, walau akan memuat susu di dalam menunya.

"Kami sudah melakukan simulasi kapan susu diberikan, ketika masak apa. Karena indeksnya sudah diletakkan oleh Bapak Presiden. Jadi, agar indeksnya tetap masuk, kami akan melakukan kombinasi-kombinasi. Sehingga, di daerah-daerah yang ada sapinya, susu diberikan minimal tiga kali dalam seminggu," tambah Dadan.

Terkait dengan daerah yang tidak memiliki produsen susu sapi, Dadan bilang, sumber proteinnya sementara bisa digantikan dengan protein lain seperti dari ikan atau telur. Sumber kalsium lainnya, kata Dadan, salah satunya bisa dari daun kelor.

(shc/ara)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial