Jakarta -
Belakangan ada tiga berita ekonomi yang, jika dibaca dengan cermat, menunjukkan satu kesimpulan besar yang merupakan kabar baik: ekonomi Indonesia semakin kuat dan bangkit di tengah perang dagang yang tengah bergulir.
Pertama, di tengah ketegangan global akibat perang dagang yang diluncurkan Amerika Serikat, pasar saham Indonesia justru tampil sebagai bintang. Sejak 8 April 2025, IHSG melonjak 10,64%, menjadikannya pasar dengan pemulihan tercepat di dunia setelah sentimen global anjlok akibat perang tarif.
Sebagai perbandingan, indeks saham negara maju seperti S&P 500 di Amerika Serikat baru mencatatkan kenaikan 7,89% lebih kecil dari Indonesia. Sementara indeks DAX Jerman 8,29% dan Nikkei Jepang 5,62%. Kepercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi domestik Indonesia kini menjadi pembeda utama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua, dalam konferensi pers 23 April 2025 malam, Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani mengumumkan bahwa realisasi investasi triwulan I 2025 mencapai Rp. 465,2 triliun, naik 15,9% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Capaian ini setara 24,4% dari target tahunan, dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 594.104 orang. Yang menarik, lebih dari separuh investasi (50,9%) mengalir ke luar Pulau Jawa, menunjukkan kontinuasi pemerataan ekonomi ke seluruh wilayah Indonesia.
Ketiga, lembaga keuangan global UBS secara resmi menaikkan peringkat Indonesia dari "neutral" menjadi "overweight" dalam laporan strategi ekuitas global tertanggal 24 April 2025. Dalam dunia investasi saham, istilah overweight digunakan oleh analis atau manajer investasi untuk menyatakan bahwa mereka merekomendasikan membeli lebih banyak karena dianggap akan memberikan imbal hasil yang lebih tinggi. Jadi, overweight di sini menunjukkan keyakinan tinggi terhadap potensi keuntungan investasi tersebut.
UBS menyebut bursa saham Indonesia sebagai pasar yang sedang dihargai murah - mendekati valuasi terendah sejak pandemi. Selain itu, UBS memproyeksikan arus dana masuk dari institusi dalam negeri seperti BPJS Ketenagakerjaan dan Danantara dalam tiga tahun ke depan.
Ada beberapa alasan utama UBS menaikkan peringkat Indonesia menjadi "overweight" dalam strategi investasi mereka untuk pasar negara berkembang dan Asia-Pasifik (EM & APAC).
Pertama, valuasi yang menarik. Valuasi pasar saham Indonesia saat ini berada di tingkat mendekati titik terendah era Covid, baik dibandingkan sejarah Indonesia sendiri maupun terhadap negara ASEAN lainnya.
Kedua, lembaga keuangan domestik besar seperti BPJS Ketenagakerjaan dan Danantara diperkirakan akan meningkatkan alokasi investasi ke pasar saham domestik. UBS memperkirakan arus dana masuk sebesar USD 8,3 miliar dalam tiga tahun ke depan dari institusi domestik, seiring proporsi investasi saham dalam total AUM mereka yang sebelumnya turun drastis dari 37% (2014) ke 14% (2024).
Ketiga, pasar Indonesia yang defensif. Indonesia adalah pasar dengan eksposur rendah terhadap perdagangan internasional dan sangat minim terhadap pasar AS. Ini menjadikan Indonesia sebagai pilihan defensif di tengah ketidakpastian global yang sedang dipicu perang dagang.
Keempat, tim analis UBS menunjukkan sentimen positif tertinggi dalam lima tahun terakhir terhadap saham-saham di Indonesia, menunjukkan keyakinan terhadap fundamental dan potensi pertumbuhan.
Kelima, redanya ketidakpastian terkait Danantara. Hambatan sebelumnya yang terkait dengan Danantara disebut semakin mereda, menghilangkan salah satu faktor risiko dari pasar modal Indonesia.
Dengan kata lain, Indonesia saat ini dinilai sebagai pasar yang undervalued namun solid, sangat cocok untuk strategi investasi defensif dan domestik di tengah ketidakpastian global.
Tiga indikator ini - pemulihan pasar modal tercepat, peningkatan investasi dan lapangan kerja, serta penilaian positif dari lembaga internasional - adalah sinyal kuat bahwa fondasi ekonomi Indonesia tidak hanya kokoh, tapi juga semakin dilirik dunia.
Ini menegaskan bahwa Indonesia tak hanya menarik bagi investor global, tetapi juga kebijakan-kebijakan Presiden Prabowo Subianto mendapatkan kepercayaan penuh dari para pelaku pasar domestik.
Presiden Prabowo, dalam berbagai pernyataan, telah menekankan pentingnya ketahanan dalam negeri di tengah ketidakpastian global. Angka-angka di atas menunjukkan bahwa strategi tersebut telah membuahkan hasil.
Momentum baik dan hasil ini harus dipertahankan oleh pemerintah. Walaupun kondisi ekonomi global yang sulit masih membayangi, kita patut berbangga Indonesia ternyata kuat dan mampu bangkit di saat banyak negara lain justru masih kesulitan.
Mulya Amri, Direktur Eksekutif Kadin Indonesia Institute
(idn/idn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini