Jakarta -
Menjelang hari raya Idul Fitri kawasan Pasar Kembang Cikini mulai dipadati oleh para pembeli dan pelapak bingkisan yang berisi berbagai hadiah kue, makanan, minuman dan barang pecah belah atau yang lebih dikenal dengan parsel. Sebanyak 53 lapak memajang parsel dengan beragam hiasan dan isi, tak disangka kegiatan ini telah ada sejak lama dan sudah turun-temurun.
Ketua paguyuban parsel Cikini Adi Kuswara menyebut kegiatan jual beli parsel di Cikini telah ada sejak puluhan tahun lalu, ilmu yang terus diwariskan secara turun temurun ini tak lekang oleh zaman. Memang para pedagang sempat berpindah tempat lantaran sebelumnya mereka lebih dulu berdagang di Stasiun Cikini lalu berpindah ke trotoar dan berakhir di Pasar Kembang Cikini.
"Jual beli parsel sudah puluhan tahun, dari bapak kita turun temurun saya aja berkecimpung dengan parsel kurang lebih 40 tahun. Sebelumnya di Stasiun Cikini direlokasi ke trotoar, dan baru ke sini," Cerita Adi Kuswara saat ditemui detikcom di lapak parselnya, Sabtu (22/3/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mulanya dalam merangkai bingkisan itu ilmunya didapat secara otodidak, namun ada juga yang diajarkan hingga lambat laun bisa dengan sendirinya. Semakin kesini hiasan pada parsel mulai berinovasi mulai dari makanan kekinian, barang-barang pecah belah, bingkai kaligrafi, hingga mesin kopi turut melengkapi isian parsel.
Yang paling membuat takjub, beberapa lapak memajang parsel dengan ketinggian 2 meter atau yang lebih dikenal dengan parsel ondel-ondel. Model parsel setinggi itu memang bukan menjadi barang baru namun harga jual yang mencapai Rp 2 hingga Rp 3 juta memiliki pasarnya sendiri dan membuat tak semua lapak memajangnya.
"Parsel ondel-ondel sudah dari dulu, namanya parsel dari kecil sampai besar ada. Sejarahnya karena awalnya bikin sedada nih, lalu ada yang lebih dari kepala jadi dianggap ondel-ondel. Lagi pula bisa dihitung lapak yang punya ondel-ondel karena modalnya besar," lanjut Adi.
Lebih lanjut, penjualan parsel memang bukan terjadi setiap saat. Menurut Adi dalam satu tahun ada tiga momen penting dalam penjualan parsel, mulai dari Natal dan Tahun Baru, Imlek dan momen puncak penjualan ialah saat lebaran.
Tak mau ketinggalan momen, Mieke Wahyudi owner dari Gendis Parsel turut meramaikan satu dari 53 lapak parsel. Ia merupakan karyawan swasta yang nyambi jualan parsel saat menjelang lebaran, kegiatan itu telah ia lakukan sejak empat tahun lalu. Sama seperti kebanyakan pelapak lainnya, Mieke merupakan generasi penerus para pengusaha parsel secara turun temurun.
"Kalau usaha parsel ini sudah kurang lebih 33 tahun, namun saya baru sekitar empat tahunan ini yang pegang sendiri sebelumnya ibu saya. Usaha ini juga turun temurun dari nenek dulu ke ibu baru ke saya," Ujar Mieke.
Memiliki pekerjaan "nine to five" membuat Mieke sempat kesulitan untuk membagi waktu namun berjalannya waktu ia bisa mengerti seluruh alur pembuatan parsel hingga penjualan. Dibantu tim perakitan parsel membuatnya lebih mudah dalam menjalankan bisnis ini.
Belum genap setengah dekade berkecimpung di dunia parsel ia sempat mengalami berita miring yang menimpa para pedagang parsel di kawasan ini yaitu terkait usaha parsel yang dinilai menggunakan makanan kadaluarsa, padahal menurutnya para pedagang parsel tentu memiliki cara sendiri untuk memastikan makanan yang masuk ke dalam bingkisan memiliki waktu kadaluarsa yang panjang.
"Kita beli makanan di supermarket, jadi saya rasa aman karena supermarket masa kadaluarsa paling sebentar setahun, kita juga ada kualiti kontrol tersendiri tapi kita juga punya sales supermarket yang terpercaya sehingga bisa memfilter kualitas makanannya," lanjut Mieke.
Semakin mendekati hari raya, grafik penjualan parsel di lapak Gendis Parsel ini mulai merangkak naik, dalam sehari penjualan mencapai 20-30 parsel. Lapak yang buka 24 jam ini mendatangkan omzet hingga Rp 200 juta dalam sebulan.
Selain langganan tetap, pelanggan baru juga berdatangan dari dunia maya. Hal itu berdampak dari konten sosial medianya yang sempat For Your Page (FYP) di Tiktok. Konten tentang usaha parselnya itu turut membawa pembeli yang berasal dari Batam Kepulauan Riau.
Pembeli yang bertransaksi menggunakan sosial media diarahkannya untuk menggunakan layanan transfer melalui Bank BRI, Mieke turut mengandalkan aplikasi BRIMO untuk memastikan transaksi berjalan lancar dan memupuk pemasukan dalam satu rekening. Sementara itu untuk pembayaran offline ia turut menggunakan QRIS BRI untuk memudahkan pelanggan yang ingin membayar menggunakan QRIS.
"Kita untuk pembayaran online melalui transfer. Di era digitalisasi orang sekarang nggak mau repot jadi mulai banyak juga yang nanya QRIS dan kita paling pakai QRIS untuk offline. Saat ini Gendis Parsel jenis transfernya hanya di Bank BRI aja sih dan kita pake BRIMO untuk make sure karena memudahkan kita untuk memastikan transaksi ini sudah masuk atau belum", tutup Mieke.
Simak juga Video: Ide Hampers Lebaran yang Unik untuk Kerabat, Dijamin Berkesan dan Bermanfaat!
(hns/hns)