Trump Beri Sinyal Mengejutkan dari Pertemuan AS-China di Jenewa

21 hours ago 9

Jakarta -

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberikan sinyal positif terkait pertemuan perdana perwakilan negaranya dengan China di Jenewa, Swiss, pada Sabtu (10/5/2025). Pertemuan tersebut digelar untuk menindaklanjuti perang tarif besar-besaran antara AS dan China.

Mengutip dari CNN, Trump menyebut ada kemajuan besar yang telah dicapai antara AS dan China dalam pertemuan tersebut. Namun, ia tak mengungkap kemajuan apa yang telah disepakati antara Menteri Keuangan AS Scott Bessent, Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer, dan Wakil Perdana Menteri Tiongkok He Lifeng dalam pertemuan tersebut.

"Pertemuan yang sangat baik hari ini dengan China, di Swiss. Banyak hal yang dibahas, banyak yang disetujui. Pengaturan ulang total dinegosiasikan dengan cara yang bersahabat, tetapi konstruktif. Kami ingin melihat, demi kebaikan China dan AS, keterbukaan China terhadap bisnis Amerika. KEMAJUAN BESAR TELAH TERBUAT!!!" kata Trump melalui platform Truth Social, dikutip dari CNN, Minggu (11/5/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan sumber CNN, perundingan antara AS dan China masih terus berlanjut hingga Minggu. Namun begitu, Bessent meminta publik untuk tidak banyak berharap adanya kesepakatan perdagangan besar usai pertemuan tersebut. Akan tetapi, pertemuan di Jenewa ini ia anggap sebagai langkah penting dalam negosiasi.

Senada dengan Bessent, kantor berita pemerintah China Xinhua, menyebut pertemuan di Jenewa merupakan langkah penting dalam penyelesaian masalah kedua negara. "Namun, solusi akhir membutuhkan kesabaran dan tekad strategis yang memadai, serta dukungan yang adil dari masyarakat internasional," terang Xinhua.

Untuk diketahui, AS telah mengenakan tarif sebesar 145% pada sebagian besar barang impor asal China. Negeri Tirai Bambu itu pun menanggapinya dengan tarif 125% pada sebagian besar barang impor AS.

Imbas dari aksi saling balas tarif impor ini dirasakan langsung pada perdagangan antara kedua negara yang menurun tajam. Para ahli logistik mengatakan, mengurangi tarif tersebut hingga setengahnya tidak cukup mengubah tingkat perdagangan secara signifikan.

Para ekonom mengatakan, 50% adalah ambang batas yang menentukan untuk kembalinya bisnis yang agak normal antara kedua negara. Sementara pada Jumat (9/5/2025) kemarin, Trump mengusulkan kemungkinan pemotongan tarif barang-barang China hingga 80% dan meminta Tiongkok membuka pasarnya bagi AS.

"Tarif 80% untuk China tampaknya tepat! Terserah Scott B," kata Trump dalam sebuah posting Truth Social.

Kombinasi berkurangnya jumlah barang yang tiba di AS dan meningkatnya biaya impor telah menaikkan harga bagi warga di Negeri Paman Sam. Analis Goldman Sachs mengatakan, tolok ukur utama inflasi akan secara efektif berlipat ganda menjadi 4% pada akhir tahun karena perang dagang Trump.

Dan dengan kapal yang membawa barang dengan tarif 145%, yang sekarang mulai berdatangan ke pelabuhan, kesepakatan perdagangan tidak akan langsung menurunkan harga. Sementara warga AS yang bergantung pada berbagai macam barang China tidak menunjukkan seberapa besar pengaruh barang-barang tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Alas kaki, pakaian, peralatan, microchip, perlengkapan bayi, mainan, peralatan olahraga, suku cadang mesin kantor, dan masih banyak lagi semuanya mengalir ke AS dari China dalam jumlah yang sangat besar. Namun kini impor tersebut menurun.

Menurut National Retail Federation, impor ke AS pada kuartal II 2025 diperkirakan akan turun 20% dari tahun ke tahun. Penurunan dari China akan lebih tajam lagi. JPMorgan bahkan memperkirakan penurunan impor sebesar 75% hingga 80%.

Simak juga Video Trump soal Perang Tarif dengan China: Saya Menghormati Xi Jinping, Dia Teman

(rrd/rrd)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial