Ada Kasus Keracunan Makan Bergizi, Bos BGN Lakukan Perbaikan Ini

6 hours ago 3

Jakarta -

Badan Gizi Nasional (BGN) akan memperketat Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Hal ini menyusul serangkaian kasus keracunan, yang terbaru di Kota Bogor hingga ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB).

Kepala BGN Dadan Hindayana menjelaskan, tempat kejadian yakni Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Sekolah Bosowa Bina Insani merupakan salah satu proyek percontohan BGN, di mana kantin sekolah dijadikan dapur MBG.

"Sudah mulai dari awal ini menjadi proyek percontohan dan sejauh ini kan baik-baik saja ya, aman, sampai akhirnya terjadi pada hari Selasa kemarin (keracunan)," kata Dadan di Kantor Ombudsman, Jakarta Selatan, Rabu (14/5/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, kejadian ini berbeda dengan kasus keracunan yang sebelumnya pernah terjadi di Cianjur, Sukoharjo, Bandung, serta Tasikmalaya. Hal ini lantaran reaksi keracunan di Bogor terbilang cukup lambat, di mana makanannya dikonsumsi Selasa, kemudian reaksinya baru diketahui Rabu.

Bahkan peningkatan keluhan baru terjadi pada Kamis dan Jumat. Jumlah keluhan semakin hari semakin bertambah, hingga akhirnya Dinas Kesehatan Kota Bogor menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB).

"Kami sudah cek bahwa penyebabnya, ini sudah keluar dari lab, ada kontaminasi Salmonella dan E.coli dari bakteri, itu ada di air, ada di bahan baku telur dan juga sayuran. Dari laporan saya bertanya juga dengan korbannya, bahwa tidak ada hal yang mencurigakan terkait dengan itu, karena waktu makan pun bisa dengan lahap mengkonsumsi tersebut," ujarnya.

Oleh karena itu, menurutnya kejadian tersebut menjadi peringatan besar bagi BGN yang sebelumnya telah menargetkan nol kejadian serta adanya wacana untuk memperluas program MBG di sekolah-sekolah. Selaras dengan itu, pihaknya akan meningkatkan SOP terkait pengolahan makanan.

"Kita menetapkan beberapa langkah, yang pertama kita ingin lebih selektif di dalam pemilihan bahan baku. Kemudian kita akan memendekkan waktu processing antara penyiapan dan processing, termasuk menyiapkan untuk delivery, itu kita akan perpendek karena beberapa SPPG, karena yang baru-baru masih butuh waktu lama untuk memasak, kita akan persingkat waktunya," papar dia.

Selain itu, BGN juga akan memperketat mekanisme pengiriman, hal ini termasuk dengan pengetatan waktu pengiriman ke sekolah hingga waktu konsumsi. Hal ini berkaca dari kejadian sebelumnya di mana pengiriman tepat waktu, namun waktu konsumsinya terlambat karena sekolah ada kegiatan.

"Karena ada kegiatan di sekolah, makannya agak terlambat, sehingga makanan itu terlalu lama disimpan. Sekarang kita perketat, kemudian mungkin juga kita, kan selama ini ada anak yang ingin bawa pulang ke rumah, nah ini mungkin kita sudah akan harus perketat supaya tidak terjadi, karena masakan ini kan ada batas waktunya untuk konsumsi," ujar Dadan.

Di samping itu, ia juga menyoroti sejumlah kejadian keracunan yang terjadi di SPPG yang telah beroperasi sejak lama. Menurutnya, dibutuhkan penyegaran sehingga ke depan setiap 2-3 bulan sekali akan dilakukan training ulang supaya kewaspadaan terus ditingkatkan, standar kualitas tetap dijaga.

"Supaya rutinitas itu tidak membiuskan mereka, kelancaran yang selama ini juga tidak membuat 'meninabobokan' mereka sehingga mereka selalu meningkatkan kualitas pelayanan dan tetap menjaga kualitasnya (makanan)," kata dia.

Dadan juga memastikan kualitas makanan tetap terjaga. Hal ini menyusul metode add-cont untuk pembelian bahan baku dan operasional, sehingga fluktuasi harga bahan baku tidak akan mempengaruhi kualitas makanan.

Sementara untuk operasional di SPPG Bosowa Bina Insani sendiri, Dadan mengatakan, pihaknya akan melakukan penyetopan untuk semenatra. BGN akan melakukan evaluasi mendasar hingga inspeksi. Pemerintah untuk sementara juga akan menanggung masalah biaya pengobatan korban.

(shc/ara)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial