Jakarta -
Tri Mumpuni sama sekali tak menyangka dirinya bisa mendapatkan pujian langsung dari Presiden ke-44 Amerika Serikat (AS) Barack Obama. Nama perempuan asal Semarang secara khusus disebut oleh Barack Obama dalam pertemuan para wirausaha dari negara-negara muslim yang bertajuk Presidential Summit on Entrepreneurship pada 27 April 2010.
Ia mendapatkan pujian langsung dari Obama karena berhasil membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) sebagai sumber energi listrik bagi wilayah yang belum terjangkau atau sulit dijangkau oleh PLN, dengan memanfaatkan potensi energi air di wilayah setempat untuk menggerakkan turbin.
"Kita mendapatkan seorang wirausahawan sosial seperti Tri Mumpuni, yang telah membantu masyarakat desa di Indonesia mendapatkan listrik dan pendapatan dari pembangkit listrik tenaga air," ujar Obama dalam pidatonya yang langsung disambut tepuk tangan hadirin, seperti dikutip dari siaran pers Kedubes AS pada 2010 silam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bersama dengan sang suami, Tri Mumpuni sukses membuat 61 desa terpencil yang awalnya gelap gulita menjadi terang benderang lewat Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (Ibeka). Berdasarkan penuturan staf Gedung Putih, Obama memang sangat sepakat dengan konsep wirausaha sosial yang diusung Tri Mumpuni.
"Menurut teman-teman di Gedung Putih, yang saya omongkan sangat mengena Obama karena sama dengan yang dilakukan Obama ketika di Chicago yakni mengurusi masyarakat, meletakkan masyarakat sebagai ujung tombak pembangunan sehingga negara bisa lebih baik," tutur wanita berjilbab itu kepada detikcom 2010 silam.
Menurut Tri Mumpuni, setelah selesai acara, Obama turun dari panggung dan menyalami semua hadirin, termasuk delegasi dari Indonesia. Tri Mumpuni pun merasakan kharisma Obama yang besar dan sangat merakyat. Obama menurutnya sama sekali tidak terkesan sebagai seorang pemimpin negara adikuasa. Saat menyalami Tri Mumpuni dan delegasi dari Indonesia, Obama menyapa dengan menggunakan bahasa Indonesia yang fasih.
"Obama langsung tanya ke saya, 'Hai Tri, apa kabar? Dari Jakarta ya?'. Saya jawab: 'Baik, iya, saya dari Jakarta," ungkap Tri Mumpuni dengan antusias.
Ibu 3 anak itu memang bergelut dengan wirausaha sosial dengan memberdayakan masyarakat pedesaan untuk bisa membangun PLTMH, sehingga bisa menerangi desanya sendiri. Tri Mumpuni tercatat sudah membangun 60 PLTMH di berbagai pelosok desa di tanah air, plus 1 di Filipina.
PLTMH yang dibangun Tri Mumpuni bersama dengan masyarakat desa itu tidak profit oriented. Kalaupun mendapatkan untung, akan masuk ke kas desa untuk selanjutnya digunakan untuk kemakmuran desa seperti pendidikan, dan sebagainya.
Sejumlah negara miskin juga sudah meminta bantuan Tri Mumpuni agar mampu menggerakkan masyarakat desanya membangun pembangkit listrik sendiri. Setidaknya ada 6 negara yang meminta bantuannya. Sayangnya, lagi-lagi masalah itu terkendala oleh dana yang minim.
"Hal besar saya adalah saya ingin dunia membangun rakyatnya harus dengan bertumpu pada masyarakat kecil. Jadi bukan investment based karena membangun harus betul-betul dari community based. Saya ingin sebanyak mungkin masyarakat terlibat pembangunan. Kemiskinan itu terjadi karena keserakahan dan investor yang serakah dan para intelektual yang tidak bermoral," pungkasnya.
Dijuluki Wanita Listrik
Tri Mumpuni sering dijuluki 'wanita listrik'. Akibat jasa tersebut, Tri berhasil mendapatkan Nobel atau award Ashden Awards 2012. Asdhen adalah lembaga swadaya masyarakat Inggris yang terlibat dalam energi ramah lingkungan. Pangeran Charles menjadi salah seorang penaung Ashden Awards.
Salah satu desa yang berhasil dibuat Tri menjadi terang benderang adalah Desa Kamanggih, Kecamatan Kahaungu Eti, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Puluhan tahun warga desa hidup tanpa listrik, bahkan untuk mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari membutuhkan waktu 7 jam.
Rumah-rumah warganya banyak berada di atas bukit, sementara ketersediaan air ada di bawah bukit. Setiap harinya Ibu-Ibu harus menghabiskan waktu 7 jam lamanya untuk mengumpulkan air untuk kebutuhan sehari-hari.
Kondisi ini tentunya tidak boleh dibiarkan. Melalui lembaga Ibeka yang diasuhnya, Tri membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang terletak di Bakuhau, Desa Kamanggih. Listrik salah satunya digunakan untuk menyedot air dari bawah bukit ke atas, jadi para Ibu tidak perlu menghabiskan waktu 7 jam lamanya untuk angkut air dari bawah.
Dampak lain, waktu 7 jam yang bisa dihemat Ibu-Ibu, karena tidak lagi ambil air di bawah bukit, dimanfaatkan para ibu untuk menenun kain, sehingga menambah pendapatan keluarga.
(fdl/fdl)