Jakarta -
Kementerian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berencana membentuk Holding UMKM dalam lima tahun ke depan. Holding UMKM ini dibentuk guna membangun ekosistem antara UMKM dengan industri besar.
Deputi Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian UMKM Bagus Rachman mengatakan, pembentukan Holding UMKM merupakan ide original dari Menteri UMKM Maman Abdurrahman. Harapannya, langkah ini dapat meningkatkan konektivitas UMKM agar menjadi bagian dari rantai pasok perusahaan besar.
"Jadi kan ini memang ide original dari Pak Menteri, karena beliau melihat konektivitas antara UMKM dengan usaha besar itu masih sangat sedikit," kata Bagus di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (5/2/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menerangkan, konsep dari Holding UMKM ini sebetulnya sebagai inclusive cluster business system. Di dalam satu klaster tersebut, dibangun satu ekosistem mulai dari kuliner, jasa, hingga edukasi dengan melibatkan UMKM. Di sini, pihak usaha menengah akan berperan sebagai wadahnya untuk mengagregasi usaha-usaha mikro dan kecil ini.
Deputi Usaha Menengah sendiri sudah menyiapkan usulan 10 klaster UMKM prioritas untuk pembentukan Holding UMKM ini. Sebanyak 10 Klaster ini juga sudah dilaporkan ke Menteri UMKM untuk dilakukan identifikasi awal.
"10 usulan klaster kami sudah dilaporkan ke Pak Menteri, itu kita mau melakukan identifikasi awal dan menginventarisir klaster-klaster yang di sana ada pengusaha menengahnya. Yang siap nanti kita bangun ekosistemnya," ujarnya.
Bagus menjelaskan, saat ini pihaknya telah memiliki model bisnis serta data agregat dari klaster-klaster UMKM tersebut. Menyusul ke depannya, Kementerian UMKM akan melakukan piloting di lapangan.
Sejumlah daerah menjadi sasaran untuk pelaksanaan uji coba tersebut, termasuk di antaranya enam kota dengan pertumbuhan tertinggi seperti Malang, Bandung, serta Yogyakarta. Adapun keenam kota tersebut bisa menjadi salah satu fokus untuk mencapai target 8% pertumbuhan.
Berlanjut ke halaman berikutnya.
Kementerian UMKM telah berkunjung ke Malang, Jawa Timur untuk melihat potensi di sana. Setidaknya ada 4 klaster yang diidentifikasi untuk tahap awalnya, salah satunya industri olah raga.
"(Untuk klaster olah raga di Malang) perlu adanya satu pendekatan lebih intensi dengan pemerintah daerah. Karena kan itu aset dari pemerintah daerah. Bagaimana, kalau pemanfaatan itu namanya KSO ya, kerja sama operasional, itu nanti kita akan dampingi," ujarnya.
Selanjutnya ada klaster pariwisata, di mana salah satu yang mendapat perhatiannya yakni Wendit Recreational Park. Bagus mengatakan, Wendit bisa mengagregasi sekitar 150 UMKM.
"Intinya adalah salah satu cluster pariwisata ini menjadi potensi bagaimana Holding UMKM itu bekerja. Jadi ada usaha menengah. Karena ada usaha menengah, dia bisa mengagregasi usaha mikro kecil untuk mensuplai kebutuhan dari wisatawan. Misalnya kulinernya, edukasi, dan seterusnya," terang dia.
Di samping itu, Bagus belum bisa menjelaskan secara rinci bagaimana nantinya peran bank-bank BUMN atau himbara dalam mendukung pembentukan Holding UMKM. Namun yang pasti, pembiayaan diperlukan salah satunya melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Tidak hanya KUR, mekanisme komersil pun bisa dilakukan, seperti dukungan untuk ekspor.
"Kembali lagi ke ide dasar Pak Menteri, begitu menemukan ada diskonektivitas antara UMKM dengan usaha besar. Di situ kita ciptakan, begitu diciptakan sebuah ekosistem pasti butuh pembiayaan. Apakah untuk kemudahan kerja, apakah kemudahan investasi. Nah itulah bisa masuk (dukungan pembiayaan)," ujar Bagus.
Bagus mengatakan, Kementerian UMKM menargetkan agar pada tahun 2025 ini bisa dikembangkan paling tidak 2-3 klaster untuk menjadi role model Holding UMKM. Ia berharap, prosesnya tidak akan terlalu terpengaruh dengan adanya efisiensi anggaran kementerian.