Pusat Percetakan di Tebet Barat KO dari Undangan Digital

2 months ago 35

Jakarta -

Seiring berjalannya waktu, undangan pernikahan dalam bentuk cetak perlahan sudah mulai terpinggirkan oleh undangan digital. Akibatnya pusat percetakan di Pasar Tebet Barat, Jakarta Selatan, mulai sepi ditinggal pelanggan.

Salah seorang penjaga toko percetakan di Pasar Tebet Barat, Jefri, berpendapat tren menggunakan undangan digital ini sudah terjadi sekitar tahun 2019. Kondisi ini menjadi semakin parah sejak pandemi Covid-19, karena saat itu banyak orang mulai beralih ke teknologi digital termasuk dalam menyebar undangan pernikahan.

"Sebenarnya dari 2019 lah, itu sudah mulai turun yang cetak undangan. Habis itu pas awal-awal pandemi kan memang nggak boleh mengadakan acara-acara gitu, jadi otomatis kosong," kata Jefri saat ditemui detikcom, Rabu (8/1/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Cuma pas pandemi itu kan orang apa-apa jadi online. Apa-apa online, apa-apa online, jadi keterusan kali sampai sekarang. Nggak banyak yang cetak undangan lagi," tambahnya.

Ia berpendapat saat ini banyak orang lebih memilih undangan pernikahan digital alih-alih undangan cetak karena lebih irit biaya. Sebab untuk membuat undangan digital hanya diperlukan biaya desain undangan dan setelahnya undangan itu bisa langsung disebar ke banyak orang.

"Kalau undangan online kan sekali bikin bisa langsung dikirim ke mana saja, jadi bisa mengurangi biaya buat nikah kan. Kalau yang dicetak kan dibikin sesuai sama jumlah undangan," terangnya lagi.

Alhasil jumlah pelanggan yang datang untuk membuat undangan pernikahan fisik di kawasan tersebut menjadi sangat sedikit. Bahkan dalam satu minggu toko yang dijaga Jefri belum tentu mendapatkan pesanan, walaupun ia sudah bekerja sama dengan beberapa wedding organizer untuk memperbesar peluang dapat pelanggan.

"Kalau dulu bisa mengerjakan lima undangan dalam seminggu, sekarang dapat lima sebulan saja belum tentu. Kadang seminggu kosong belum tentu dapat," ucapnya.

Toko PercetakanPusat Percetakan di Tebet Barat Foto: Ignacio Geordy Oswaldo

Kalaupun ada pelanggan yang datang, saat ini jumlah undangan yang dipesan biasanya sangatlah sedikit. Sebab undangan fisik ini biasanya hanya diberikan kepada orang-orang tua atau atasan di kantor yang membutuhkan 'formalitas'.

"Kalau dulu itu undangan sekali cetak itu sekitar 1.000, sekarang paling cetak buat 100-200 saja. Bahkan saya pernah dapat itu cetak undangan cuma 30, katanya buat atasan di kantor saja," paparnya.

Kondisi inilah yang kemudian membuat omzet toko percetakan yang dijaganya turun drastis jika dibandingkan dengan sebelum undangan digital mendominasi. Walaupun Jefri sendiri tidak bisa merinci lebih jauh, karena tidak memiliki perhitungan pembukuan usaha yang pasti.

"Kalau omzet, turunnya jauh banget, mungkin hampir 100% kali ya, soalnya kan sekarang yang cetak sedikit, kalaupun ada jumlah undangannya juga nggak banyak," katanya.

Sementara itu, salah satu penyedia jasa percetakan di Pasar Tebet Barat bernama Isdarmadi mengatakan saat ini jumlah pesanan undangan pernikahan dari toko-toko seperti yang dijaga Jefri sudah menurun drastis.

"Kalau pesanan dari orang toko di dalam sudah turun sih. Undangan pernikahan memang sudah turun sekarang," katanya.

Beruntung ia yang hanya melayani jasa percetakan alias tidak menerima pesanan langsung tak hanya mengandalkan pesanan dari toko-toko di kawasan tersebut. Jadi mesin cetak miliknya masih bisa 'ngebul' dan berproduksi.

"Sekarang kita apa saja dicetak, pesan berapa juga kita cetak. Paling banyak sekarang cetak box-box makanan atau box parfum kaya ini," ucap Isdarmadi sembari menunjukkan beberapa contoh cetakan box yang baru ia buat.

Meski begitu, penurunan pesanan cetakan undangan pernikahan ini juga sangat mempengaruhi omzet pendapatannya. Dari dulu ia bisa mendapatkan untung bersih sekitar Rp 15 juta per minggu, kini hanya berkisar Rp 3 juta per minggu.

"Kalau dulu ya, (menggunakan) mesin dua bersih Rp 15 juta. Sekarang mesin satu bersih paling Rp 3 juta. Memang kondisi waktu itu sempat tutup kan, pandemi, sampai akhirnya pulang kampung saya, jadi jual satu mesin," terangnya.

(fdl/fdl)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial