Porter Pasar Tanah Abang: Menanggung Beban Berat demi Upah Pas-pasan

1 month ago 31

Jakarta -

Pasar Tanah Abang merupakan pusat grosir tekstil terbesar di Asia Tenggara yang menjadi tempat bagi berbagai kalangan untuk mencari rezeki. Tak terkecuali para tukang angkut barang atau biasa disebut porter.

Para porter menawarkan kekuatan fisiknya kepada pemilik toko di Pasar Tanah Abang untuk memindahkan barang dari toko ke tempat ekspedisi. Biasanya, satu porter setidaknya membawa satu karung besar atau biasa disebut bal yang beratnya sekitar 80 kg.

Hal ini seperti yang disampaikan pria asal Jawa Barat, Endang (34) atau biasa dipanggil teman-temannya dengan nama Aceng. Ketika ditemui detikcom, Aceng sedang duduk melepaskan lelah di salah sudut pintu keluar Gedung B Pasar Tanah Abang. Ia baru saja mengangkut empat bal berisikan celana jeans.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia bercerita, untuk menjadi seorang porter bukan hanya butuh kekuatan fisik, tapi harus terampil dalam mengemas pakaian yang sudah disiapkan oleh toko untuk dimasukan ke dalam karung hingga siap untuk diantarkan ke ekspedisi. Selain itu, porter juga harus memiliki kesabaran ketika mengantarkan barang ke ekspedisi.

Biasanya, Aceng sudah tiba di Pasar Tanah Abang sekitar pukul 07.00 WIB dan mengakhiri kegiatan angkut barang menjelang magrib.

Porter Pasar Tanah AbangPorter Pasar Tanah Abang Foto: Heri Purnomo

detikcom mencoba ikut Aceng mengantarkan barang dari toko hingga ke ekspedisi. Usai salat Jumat, ia langsung menuju toko pakaian pria di Blok B lantai Ground Los H untuk mengemas barang berupa celana jeans dan mengantarnya ke tempat ekspedisi.

Aceng sudah terbiasa mengemas barang-barang tersebut. Barang yang ditata pun terbilang rapi dan sesuai dengan keinginan pemilik toko. Tak butuh waktu lama bagi Aceng untuk menata barang-barang tersebut.

Ia pun bergegas mengantar karung tersebut. Medan yang berart harus dilewati Aceng, mulai kondisi jalan yang tidak bagus hingga hiruk pikuk kendaraan di jalanan. Tak cuma itu, suara bising dari klakson kendaraan juga membuat keadaan terasa penuh sesak.

"Kejadian yang nggak enakin ya pas kondisi macet, panas, terus kita kan bawa beban berat ya, nah itu diklasonin terus. Tapi mau gimana lagi. Nah itu kita harus sabar-sabar," katanya di sela kesibukannya di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Jumat (7/1/2025) lalu.

Sesampainya di ekspedisi, ia disambut oleh pekerja ekspedisi yang mengarahkan agar barang bawaannya ditaruh di gudang. Setelahnya, ia harus antre terlebih dahulu untuk membayarkan biaya ekspedisi dan kembali membawa tanda pembayaran untuk diberikan kepada pemilik toko. Dari proses yang panjang itu, barulah ia menerima upah atas jasanya tersebut.

Bayaran yang didapat bisa dikatakan jauh dari kata besar jika dibandingkan tenaga yang dikeluarkan hingga medan yang dilewati. Apalagi, kondisi cuaca panas terik. Aceng mengaku hanya menerima antara Rp 40 ribu hingga Rp 70 ribu.

"Tergantung gimana kebijaksanaan orang toko, ada yang ngasih Rp 45 ribu, Rp 50 ribu, terus ada yang Rp 70 ribu untuk 1 karung. Kita nggak bisa matokin harga karena kita kan juga nyari langganan. Kalau kita matokin harga, nanti tokonya pada nggak mau ngangkut ke kita," katanya.

Aceng mengatakan, pendapatan yang ia terima tersebut belum termasuk potongan sewa troli. Untuk satu kali perjalanan, biaya yang ia keluarkan sebesar Rp 5 ribu. Selain itu, ia juga harus memberikan setoran kepada koordinator porter atau ia bisa memanggilnya mandor. Namun setoran tersebut tidak ada patokannya, dalam artian ia hanya membayar seikhlasnya.

Meskipun penghasilan per karung tidak besar, Aceng bersyukur lantaran pada awal bulan ini orderan yang ia dapat meningkat dibandingkan pada bulan sebelumnya. Hal ini lantaran mendekati bulan Ramadan. Sekitar pukul 16.00 saja, ia sudah berhasil mengangkut 6 bal.

"Alhamdulilah sekarang mah karena dekat puasa. Tapi kalau sepi, kadang cuma sekali angkut. Ini biasanya terjadi di pertengahan tahun," katanya.

Sementara, porter lain di Blok A Pasar Tanah Abang, Sam (31) mengatakan, kondisi saat ini lebih memprihatinkan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Meski, kondisi pasar mulai menunjukkan peningkatan jumlah pengunjung.

"Sekarang mulai ramai pengunjungnya, namun kerjaanya nggak kaya dulu (sepi)," katanya.

Sam menyampaikan jasa porter kian lama mulai ditinggalkan oleh pemilik toko di Tanah Abang. Hal ini lantaran pihak toko sudah mempunyai troli sendiri dan karyawan lebih, sehingga pemilik toko lebih memanfaatkan karyawannya untuk mengangkut barang.Itu berarti, pemilik toko tak perlu mengeluarkan uang lagi.

Sam menjelaskan untuk satu bal biasanya upah yang didapatkan mulai Rp 35 ribu hingga Rp 60 ribu.

"Toko kadang sudah jarang nyuruh porter. Karena karyawanya yang ngangkut barang. Kan kalau porter dia ngeluarin duit Rp 35 ribu, kadang Rp 50 ribu," katanya.

(acd/acd)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial