Jakarta -
Kapolres Metro Jakarta Timur, Kombes Nicolas Ary Lilipaly, mengatakan tak ada pengeroyokan dalam kasus kematian mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI), Kenzha Ezra Walewangko. Nicolas mengatakan terkait video viral adanya dugaan pengeroyokan itu telah dimodifikasi.
Hal itu disampaikan Nicolas dalam rapat dengar pendapat umum (RDPU) bersama Komisi III dan keluarga Kenzha, di kompleks parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (30/4/2025). Nicolas mengatakan video viral itu telah dianalisis oleh Puslabfor.
"Terkait dengan keterangan bahwa ada keributan atau pengeroyokan, kami sampaikan di sini bahwa ada video yang beredar di media sosial, tapi setelah video itu kami serahkan ke Puslabfor, ternyata video itu sudah dimodifikasi," kata Nicolas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nanti ada hasilnya dari itu. Dan tidak terlihat bahwa terjadi pengeroyokan, keributan iya. Ada terjadi keributan, tapi tidak terjadi pengeroyokan seperti yang disampaikan," sambungnya.
Nicolas mengatakan pihaknya telah meminta keterangan sejumlah saksi. Dia mengatakan saksi-saksi itu terdiri dari mahasiswa yang tak mabuk dan berada di sekitar TKP, serta pihak keamanan yang membubarkan mahasiswa.
"Dari semua keterangan-keterangan para saksi yang kami ambil, semuanya bersesuaian yang menyatakan bahwa korban pada saat di payungan tengah itu sebelumnya di kampus HIPMI UKI dia minum Vodka bersama dengan dua orang temannya," jelasnya.
Kemudian, kata Nicolas, setelah minuman itu habis korban berpindah minum arak Bali bersama temannya kurang lebih 10 orang di payungan tengah. Lalu, saat di payungan tengah, korban terjatuh sendiri tanpa disentuh orang lain.
Bahkan, saat itu korban terjatuh dua kali. Nicolas mengatakan terkait kejadian itu akan ada hasil dari CCTV dan keterangan saksi yang ada di TKP.
"Selanjutnya, bubar mereka korban sudah tidak bisa berjalan sendiri. Dibopong, dipapah oleh dua orang saksi, yaitu yang dibawa oleh pihak PH dan salah satunya adalah PAG. Dibawa diantar sampai dan diletakkan di pinggir pagar," jelasnya.
"Sampai di pinggir pagar, saksi berdiri dan memegang pagar dan menggoyang-goyangkan pagar sambil berteriak rasis. Berteriak rasis itu banyak saksi yang menyatakan dan mendengar itu," lanjut dia.
Nicolas mengatakan usai menggoyangkan pagar, korban terjatuh bersama pagar itu dan masuk ke got kering. Dia mengatakan dalam got itu terdapat batu-batu.
"Korbannya di atas, pagarnya di bawah, pagar besinya, dan di situlah korban mulai luka, kepalanya mulai pecah dan di situ mulai darah bercucuran di situ," paparnya.
Kemudian, korban diangkat dari got oleh dua orang saksi yakni petugas keamanan. Dia mengatakan usai korban diangkat, korban lalu dipapah. Namun, saat baru berjalan kurang lebih 10 menit, korban terjatuh di atas aspal.
"Jadi korban itu jatuh sendiri itu ada dua kali di payungan tengah, satu kali di pagar di got dan satu kali di aspal. Dan pas jalan juga satu kali, sudah mulai lemas dia. Jadi totalnya dia jatuh sendiri itu ada lima kali," kata Nicolas.
Dia mengatakan saat dinaikkan ke sepeda motor, korban sudah tak sadarkan diri. Sehingga korban dibopong oleh saksi-saksi pihak keamanan yang ada.
"Selanjutnya korban diletakkan di bagian tengah dan satu yang membawa sepeda motor dan satu yang mengapit korban dari belakang. Jadi ada dua saksi security yang membawa korban ke IGD RS UKI," imbuh dia.
(amw/aud)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini