Jakarta -
Pengamat politik dari Politika Research & Consulting (PRC), Nurul Fatta, memberikan komentar terkait pernyataan Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) soal dugaan ada pihak yang mencoba membenturkan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Presiden Prabowo Subianto. Fatta menilai pernyataan AHY merupakan strategi komunikasi politik untuk menjaga posisi partai.
"Kalau memang ada yang ingin membenturkan, itu bukan publik, tetapi sesama elit di internal koalisi atau kabinet. Publik hanya melihat ada kontradiksi antara doktrin reformasi yang disuarakan SBY dan kebijakan Presiden Prabowo. Kritik ini seharusnya dipandang sebagai bagian dari dinamika demokrasi, bukan sekadar intrik politik," kata Fatta, Selasa (18/3/2025).
Fatta juga menilai perdebatan ini mencerminkan ketegangan laten dalam pemerintahan. Dia menyebut potongan video viral SBY yang membicarakan reformasi TNI itu adalah prinsip teguh yang dipegang SBY.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika SBY bicara soal reformasi TNI, itu bukan hal baru. Itu prinsip yang sudah lama dipegang dan menjadi bagian dari konsensus politik pasca-Orde Baru. Yang menjadi masalah adalah ketika pemerintah saat ini mengambil kebijakan yang bertolak belakang, tetapi tidak ingin dikritik. Jangan sampai setiap kritik terhadap kebijakan pemerintah malah dianggap sebagai upaya membenturkan dua tokoh," katanya.
Adapun dalam video itu, SBY menegaskan perwira aktif TNI seharusnya tidak menduduki jabatan sipil sebelum pensiun. Namun, kebijakan pemerintahan Prabowo dianggap berbeda.
"Itu salah satu doktrin yang kami keluarkan dulu pada saat reformasi. Kalau mau berpolitik, pensiun. Jika ada yang melihat kritik ini sebagai ancaman atau upaya benturan, maka pertanyaannya justru, siapa yang merasa terancam? Apakah ini sekadar pertahanan politik, atau ada dinamika yang lebih kompleks di dalam pemerintahan Prabowo yang belum terungkap ke publik?" ujarnya.
Sebelumnya, AHY menyebut ada yang mencoba membenturkan Presiden Prabowo Subianto dengan SBY. AHY menyampaikan pernyataan ini dalam acara Buka Bersama Fraksi Partai Demokrat di Hotel Fairmont, Minggu (16/3) kemarin.
AHY mulanya menyebutkan seluruh elemen Fraksi Demokrat harus terus mengikuti perkembangan dunia dan dampaknya terhadap Indonesia. Hal ini penting agar jajaran Demokrat dapat merespons berbagai tantangan hari ini. AHY berharap Partai Demokrat melalui fraksi di parlemen bisa terus menyuarakan aspirasi rakyat dan mengawal kebijakan-kebijakan yang relevan
"Oleh karena itu, jika ada yang sangat berpihak pada rakyat, tidak ada alasan untuk tidak kita dukung penuh," kata AHY dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (17/3).
AHY meminta para kadernya di DPR tidak ragu untuk menunjukkan Demokrat merupakan partai yang rasional, kritis, namun konstruktif serta dalam koridor mengawal kesuksesan pemerintahan Prabowo. AHY menegaskan Kongres Demokrat 24-25 Februari kemarin menegaskan sikap totalitas untuk menyukseskan pemerintahan Presiden Prabowo.
AHY menyatakan hubungan Demokrat dengan Prabowo berjalan makin baik. Dia menyinggung saat ini ada yang tidak suka dengan jalinan hubungan mesra antara Prabowo dan Demokrat.
AHY mengungkit upaya membentur-benturkan Prabowo dengan SBY yang saat ini menjabat Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat. Menurutnya, beberapa pernyataan SBY dipotong sehingga menimbulkan kesan pertentangan.
"Ada yang mencoba membentur-benturkan orang tua kita, Pak SBY dengan Presiden Prabowo Subianto misalnya. Betul? Ada yang dipotong-potong kalimatnya, tidak kontekstual, tidak relevan, tapi hanya mungkin ingin mendapatkan perhatian masyarakat luas sehingga seolah-olah ada hal-hal yang tidak sinkron. Dan ini semua, saya bersyukur bahwa Bapak Presiden Prabowo Subianto, termasuk Pak SBY, selalu membuka jalan komunikasi yang baik. Dan beliau menyampaikan bahwa kita tidak boleh dibentur-benturkan," ujar AHY.
(azh/azh)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu