Omzet Pedagang Pasar Slipi Jatuh 60%, Banyak Toko Bangkrut!

2 months ago 34

Jakarta -

Omzet penjualan para pedagang di Pasar Slipi, Jakarta Barat, kian menipis imbas sepinya pengunjung. Akibatnya terdapat banyak toko tutup dan lorong-lorong gelap di kawasan niaga ini.

Pedagang sepatu dan tas di Pasar Slipi, Erizon, menjelaskan kondisi pasar sepi pengunjung ini sebenarnya sudah mulai terjadi beberapa tahun sebelum Covid-19 melanda RI pada 2020 lalu. Namun kondisi pasar menjadi semakin parah tidak lama setelah pandemi.

Menurutnya kondisi sepi pengunjung ini terus berlanjut dan malah semakin parah dari hari ke hari hingga saat ini. Imbas sepi pengunjung ini, Erizon mengaku omzet penjualannya turun hingga lebih dari 60% dibandingkan sebelum pandemi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekarang sehari-hari memang sepi. Mau akhir tahun atau Lebaran sepi. Sudah berapa tahun ini Lebaran saja sepi," kata Erizon saat ditemui detikcom di lokasi, Senin (30/12/2024).

"(Omzet) turunnya hingga 60%, mungkin lebih," tegasnya lagi.

Belum lagi persaingan dengan toko online membuat perdagangan di kawasan pasar menjadi semakin berat. Padahal setiap bulan dirinya harus membayar uang iuran dan listrik, belum biaya sewa toko dan pengeluaran sehari-hari. Alhasil, kondisi ini kerap membuat toko miliknya terus merugi.

"Jadi kalau dihitung-hitung sebenernya toko ini jatuhnya rugi, bukan untung, tapi rugi. Orang saya setiap ada untung paling cuma buat bayar-bayar iuran saja," terangnya lagi.

Menurutnya kondisi ini tidak hanya terjadi di toko miliknya saja, namun hampir di semua pedagang Pasar Slipi. Hal ini terlihat dari banyaknya pedagang yang sudah gulung tikar alias bangkrut.

"Dulu sebelum pandemi toko yang memang tutup nggak jualan cuma 10-15% lah. Sekarang yang masih buka paling 45%an lah, selebihnya tutup," jelas Erizon.

"Dulu ini (toko yang berada di depan toko Erizon) milik bos saya waktu awal jualan tahun 1988-1989, tapi sekarang sudah nggak buka lagi dia, sudah nggak kuat. Dulu di sini yang jualan sepatu ada delapan, sama saya jadi sembilan, tapi sekarang tinggal saya sendiri. Kalau yang jual tas sekarang tinggal tiga toko sama saya," terangnya lagi.

Sementara itu, pedagang pakaian di Pasar Slipi bernama Uyus menyebut kondisi pasar sepi pengunjung ini juga sudah mulai terlihat sebelum pandemi. Namun kondisi ini menjadi semakin parah pada 2020 lalu saat pandemi berlangsung.

Akibatnya, Uyus yang sudah berjualan di kawasan pasar ini sejak akhir 1990an ini merasa omzet jualannya sudah menurun drastis meski ia sendiri tidak bisa merinci lebih jauh persentase penurunannya.

Namun yang pasti rata-rata keuntungan yang didapatnya hanya cukup untuk membayar biaya iuran pasar. Beruntung toko yang ditempatinya merupakan milik sendiri sehingga ia tidak perlu membayar sewa yang lain.

"(Omzet turun) jauh, nggak bisa disebut, buat jajan sehari-hari saja sudah susah. Istilahnya kita dagang ini cuma kaya dikasih uang jajan sama anak. Kalau dijajanin, buat seminggu habis, terus diputerin buat dagangan itu sulit," terangnya

"Sehari belum tentu ada laku, ini saja tadi ada orang datang, saya minta untung Rp 5.000 saja nggak mau, langsung pergi dia. Ini kan celana dua saya jual Rp 70.000, dia minta Rp 60.000, itu harga modal saya, akhirnya saya tawar Rp 65.000 untuk ambil untung Rp 5.000 saja nggak mau," sambung Uyus dengan nada lemas.

Beruntung toko yang ditempatinya merupakan milik sendiri, sehingga ia hanya perlu membayar iuran pasar dan tidak perlu membayar uang sewa yang lain. Selain itu dirinya juga memiliki beberapa langganan menjahit pakaian yang menjadi tambahan pemasukan untuk bertahan di Pasar Slipi.

"Kalau nggak ada buat nambal dari luar-luar mah sudah, kita orang pasar sudah nggak bisa bertahan. Ini kalau saya nggak terima kerjaan jahit-jahit atau ini ada kerjaan orang minta pasang payet nggak mungkin nutup," ucapnya.

"Sekarang kan orang nggak kuat bayar toko, bayar CMS-nya (iuran pasar). Jangankan saya yang kecil, yang gede saja ada pada bubar," kata Uyus.

(fdl/fdl)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial