Nestapa Penjaga Palang Kereta, Kerja Siang-Malam Dibayar Seikhlasnya

4 days ago 17

Jakarta -

Di bawah teriknya sinar matahari dan padatnya kendaraan di perlintasan kereta, sejumlah orang tampak sibuk mengurai kemacetan. Mereka tak hentinya mengatur lalu lintas demi memastikan pengendara motor maupun mobil melintas dengan selamat.

Lonceng sirine berbunyi keras, rel mulai bergetar, dan suara kereta terdengar dari kejauhan. Saat itu pula palang pintu di Jalur Perlintasan Langsung (JPL) 18 Volvo, Pasar Minggu, Jakarta Selatan perlahan diturunkan.

Kendaraan yang masih berada di tengah jalur diarahkan untuk segera melintas dengan aman. Mata para relawan juga sigap mengawasi setiap kendaraan yang melintas. Jika ada yang tiba-tiba mogok, mereka dengan cepat memberikan bantuan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

KRL jurusan Bogor-Manggarai pun melintas dan para relawan memastikan tidak ada satu kendaraan yang menerobos. Usai portal dibuka, kendaraan saling berebut jalan untuk bisa lewat sehingga menimbulkan kepadatan.

Di sini relawan dan petugas Penjaga Jalan Lintasan (PJL) PT KAI kembali mengatur jalanan agar lancar dan tak menjadi kusut. Mereka beristirahat sejenak di bawah pohon kersen dan mengulangi aktivitas itu setiap kereta melintas.

Semua itu dilakukan dengan imbalan seikhlasnya atau bahkan hanya sekadar ucapan terima kasih. detikcom berkesempatan untuk berbincang langsung dengan salah satu relawan penjaga palang pintu di JPL 18 bernama Samsul.

Penjaga palang keretaPenjaga palang kereta Foto: Ilyas Fadilah

Pria 28 tahun yang sudah setahun menggantungkan hidup di JPL 18 ini mengaku senang bisa membantu para pengendara. Ia bekerja hampir setiap hari, dari Senin sampai Minggu menjaga perlintasan tersebut.

"Senin sampai Minggu tuh tetap aja terus, mau hari apa aja tetep gas aja markir," katanya saat berbincang dengan detikcom di JPL 18, Jakarta Selatan, dikutip Minggu (16/2/2025).

Bahkan Samsul menyebut para relawan tetap bekerja menjaga palang pintu di Hari Raya Idul Fitri. Menurutnya selalu ada orang yang bergantian menjaga palang pintu kereta itu.

"Di sini tuh nggak mungkin nggak ada yang jaga, di sini mah pasti ada. Mau hari-hari besar kek, mau libur apa kek, pasti ada di sini, orang di tempat parkir pasti ada," ujarnya.

Ada aturan tidak tertulis soal jam kerja para relawan menjaga portal perlintasan. Menurut Samsul jumlah relawan di sini sekitar 10 orang yang punya jam kerja masing-masing. Shift pertama dimulai pukul 5.00 pagi sampai pukul 9.00.

Kemudian jam 9.00 sampai jam 12.00 ada relawan lain yang bertugas. Samsul sendiri mulai berjaga JPL pukul 12.00 sampai sekitar pukul 15.00. Menurutnya relawan terakhir yang menjaga perlintasan tersebut bekerja hingga hampir jam 23.00.

Soal bayaran, mereka hanya mengandalkan kebaikan hati para pengguna jalan. Saat sepi para relawan hanya bisa mengumpulkan sekitar Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu, dan saat rampai bisa sampai Rp 200 ribu per orang.

"Kan kita nggak nentu ya, kadang ramai, kadang sepi. Kalau rame itu bisa megang Rp 50 ribu ke atas, bisa sampai Rp 200 ribu. Kalau sepinya mungkin Rp 25 ribu atau Rp 30 ribu," tutur Samsul.

Uang itu, kata dia, cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sebagian diserahkan ke orang tua. Ia sendiri merasa cukup dengan pendapatan itu terlebih karena statusnya yang belum menikah.

Di lokasi lain, tepatnya JPL 36 Gang Sentiong, Senen, Jakarta Pusat, salah satu relawan bernama Azis juga tampak sibuk mengatur lalu lintas. Ia mengaku sudah menjadi relawan di JPL 36 sejak 2018 atau sekitar 7 tahun.

Baginya menjadi relawan tak sekadar untuk mengumpulkan recehan, namun lebih jauh memastikan keselamatan pengguna jalan. Selama mengatur lalu lintas di sana ia juga mengaku bisa memperoleh Rp 50 ribu sampai Rp 200 ribu per hari.

"Sehari bisa Rp 50 ribu sampai Rp 200 ribu, itu untuk satu orang doang. Itu tergantung bang kita pendapatan kerjanya berapa lama," ujar Aziz.

Manager Humas KAI Daop 1 Jakarta Ixfan Hendriwintoko menjelaskan bahwa para relawan bergerak di luar perintah PT KAI. Peran mereka lebih kepada pengaturan lalu lintas dan bukan membantu pergerakan kereta.

"Kalau adanya relawan itu lebih melakukan mengurai lalu lintas yang ada di perlintasan tanpa adanya perintah oleh petugas atau KAI Daop 1 Jakarta. Kita juga nggak ngasih premi atau apa pun, mereka tergerak atas inisiatif sendiri. Namun kami bukan secara otomatis melegalkan, karena hal tersebut juga membahayakan dirinya sendiri jika dia pada posisi di area yang berbahaya," terang Ixfan.

Ia menambahkan perlintasan resmi yang terjaga oleh KAI diawasi oleh petugas kompeten dan bersertifikat. Merekalah yang bertugas mengamankan perjalanan kereta api.

"Sejatinya perlintasan resmi yang terjaga oleh PT Kereta Api Indonesia itu sudah ada petugas yang kompeten dan bersertifikat. Tugas pokok petugas perlintasan adalah mengamankan perjalanan kereta api. Petugas PJL itu petugas yang berada di pos pintu perlintasan dengan memakai seragam resmi dan telah memiliki sertifikasi sebagai petugas PJL," bebernya.

(acd/acd)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial