Jakarta -
Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Indonesia menghadapi tantangan besar dalam beberapa tahun terakhir. Kampus-kampus yang dahulu ramai dengan mahasiswa kini perlahan menjadi lebih sepi, lebih sunyi, bahkan senyap. Ini menandakan adanya fenomena penurunan jumlah pendaftar yang signifikan. Lantas bagaimana solusi dapat ditemukan untuk mengatasi tantangan ini?.
Berubah Drastis
Data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek, sekarang Kemendiktisaintek) pada 2022 mencatat jumlah mahasiswa di PTS mencapai 4,49 juta orang, sementara di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) sekitar 3,37 juta. Namun, tren ini berubah drastis setelah PTN meningkatkan daya tampungnya secara agresif, bahkan beberapa di antaranya merekrut mahasiswa baru dua hingga tiga kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya. Akibatnya, banyak calon mahasiswa yang sebelumnya mengandalkan PTS kini lebih memilih PTN, sehingga mempersulit keberlanjutan PTS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indonesia memiliki 4.397 perguruan tinggi, di mana mayoritas atau sekitar 3.136 di antaranya merupakan PTS. Sebaran geografisnya menunjukkan dominasi di Pulau Jawa, dengan jumlah mencapai 1.428 PTS dibandingkan hanya 49 PTN. Sebaran ini menunjukkan bahwa PTS menjadi tulang punggung pendidikan tinggi di Indonesia, terutama bagi masyarakat yang tidak dapat mengakses PTN karena keterbatasan kuota atau faktor lainnya.
Selain kompetisi ketat dengan PTN, kualitas program studi di PTS juga menjadi perhatian. Dari 100 PTS yang dianalisis di beberapa wilayah, terdapat sekitar 740 program studi, namun hanya 131 yang berstatus unggul. Akreditasi menjadi salah satu kendala utama, karena tidak semua PTS mampu memenuhi standar yang ditetapkan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT). Bahkan, BAN PT mengidentifikasi ada 84 PTS yang berisiko dicabut izinnya karena tidak memenuhi persyaratan akreditasi yang berlaku. Untuk mengatasi hal ini, PTS perlu berupaya meningkatkan kualitas akademik dan daya saing mereka dengan lebih adaptif terhadap kebutuhan pendidikan modern.
Afif memaparkan sebanyak 24 daerah akan melaksanakan PSU lalu dua daerah yang harus melakukan perbaikan berita acara rekapitulasi. Dia mengatakan KPU akan melaksanakan semua putusan MK dengan penuh tanggung jawab.
"Untuk perbaikan di daerah-daerah yang ada PSU (berjumlah) 24 dan 2 tempat yang perbaikan berita acara dan juga rekapitulasi yang bebannya diberikan di KPU RI. Semuanya kita harus laksanakan dengan penuh tanggung jawab," ujarnya.
Mengalami Kesulitan Keuangan
Berkurangnya jumlah mahasiswa berdampak langsung pada kondisi finansial PTS yang mayoritas bergantung pada pendapatan dari uang kuliah. Jika jumlah mahasiswa terus menurun, maka operasional kampus menjadi sulit dipertahankan. Data Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi, 2023), sekitar 30% dari PTS di Indonesia saat ini mengalami kesulitan keuangan yang serius. Untuk menghadapi tantangan ini, diperlukan langkah-langkah inovatif dalam diversifikasi pendapatan, termasuk program pendidikan non-gelar, kursus sertifikasi, serta kerja sama dengan industri dalam bentuk pelatihan dan proyek riset terapan.
Peningkatan daya saing akademik menjadi faktor krusial dalam mempertahankan eksistensi PTS. Program studi yang lebih relevan dengan kebutuhan pasar kerja, terutama yang berbasis digital, teknologi, dan keberlanjutan, harus lebih banyak ditawarkan. Peningkatan kualitas dosen melalui pelatihan dan sertifikasi internasional dapat membantu meningkatkan reputasi akademik kampus. Optimalisasi metode pembelajaran berbasis teknologi digital dan hybrid learning juga menjadi solusi yang relevan untuk meningkatkan fleksibilitas belajar bagi mahasiswa.
Menjaga Keberlanjutan PTS
Sebagai badan penyelenggara, yayasan memiliki peran penting dalam menjaga keberlanjutan PTS. Yayasan harus memastikan bahwa pendanaan kampus tetap stabil dengan mencari sumber pendapatan tambahan di luar uang kuliah mahasiswa, seperti melalui hibah penelitian, donasi, serta kerja sama dengan dunia usaha dan industri. Selain itu, Yayasan juga bertanggung jawab dalam mengelola sumber daya secara efisien, termasuk optimalisasi aset dan investasi yang dapat meningkatkan daya tahan keuangan PTS dalam jangka panjang.
Dalam aspek akademik, Yayasan perlu mendukung kebijakan yang mendorong inovasi dan peningkatan kualitas pendidikan di PTS. Dengan memberikan insentif bagi pengembangan program studi yang lebih relevan dengan kebutuhan industri dan memberikan dukungan terhadap peningkatan kapasitas dosen, yayasan dapat membantu meningkatkan daya saing akademik kampus. Selain itu, yayasan juga memiliki tanggung jawab dalam merancang strategi pemasaran dan branding agar PTS dapat tetap menarik bagi calon mahasiswa.
Peran Pemerintah
Pemerintah memiliki peran strategis dalam membantu PTS menghadapi tantangan ini. Insentif berupa dana hibah atau subsidi bagi PTS yang berkomitmen meningkatkan kualitas akademik dan inovasi dalam sistem pembelajaran dapat membantu meringankan beban finansial. Peningkatan akses pembiayaan pendidikan seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah bagi mahasiswa PTS dapat menjadi solusi bagi mereka yang terkendala biaya pendidikan.
Regulasi yang lebih fleksibel dalam akreditasi dan perizinan program studi dapat memberikan kesempatan bagi PTS untuk berkembang tanpa terkendala prosedur administratif yang terlalu kompleks. Kolaborasi antara PTS dan industri juga menjadi aspek penting yang perlu didorong agar lulusan lebih siap bersaing di dunia kerja. Selain itu, konsolidasi antar-PTS yang memiliki visi serupa dapat dipertimbangkan sebagai strategi untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan dan daya saing di sektor pendidikan tinggi.
Tanpa langkah strategis yang cepat dan tepat, gelombang penutupan PTS bisa berubah menjadi krisis yang mengancam masa depan pendidikan tinggi di Indonesia. Namun, ini bukan akhir—justru momentum untuk bangkit! PTS memiliki peran krusial dalam mencetak SDM unggul yang akan membangun bangsa, dan yayasan menjadi kunci utama dalam memastikan keberlanjutan dan daya saing PTS di Indonesia. Kini saatnya pemerintah, industri, akademisi, dan yayasan bersinergi lebih erat, menciptakan solusi inovatif, dan memastikan PTS tidak hanya bertahan, tetapi semakin kompetitif dan berdaya saing di era global.
Steph Subanidja dosen di PTS
(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu