Ilustrasi : Edi Wahyono
Selasa, 14 Januari 2025
Lima tahun sudah berlalu, tapi Harun Masiku masih menjadi buron. Dua eks penyidik KPK yang menangani kasus Harun mengatakan sukarnya peringkusan mantan politikus PDI Perjuangan itu disinyalir karena perannya membereskan kasus korupsi Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang diduga melibatkan Megawati Soekarnoputri.
“(Kasus) HM (Harun Masiku) itu receh banget. Tapi semakin kita curiga kenapa dijaga banget. Dan kebetulan juga saya tangani BLBI kan, saya dengerin tuh rekaman Bu Mega ngomong memberikan arahan terkait BLBI. Tapi bagus, bersih gitu, amanlah. Tapi apakah HM ini ditakutin, apakah HM ini bakal membongkar soal itu?” ungkap salah satu sumber tersebut kepada detikX.
Menurut sumber ini, ada dugaan ditariknya Harun Masiku ke partai berlambang banteng itu untuk memanfaatkan koneksi keluarganya yang merupakan seorang petinggi Mahkamah Agung agar bisa membereskan perkara BLBI.
Perkara korupsi dan penyalahgunaan dana BLBI untuk mengatasi krisis moneter pada 1998 disebut merugikan negara hingga lebih dari Rp 110 triliun. Kasus tersebut tak menemui titik terang hingga dua dekade lamanya.
Beberapa nama pelaku terkait, seperti Syafruddin Arsyad Temenggung, yang kala itu menjabat Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), divonis 15 tahun penjara dalam putusan tingkat pertama.
Pada 9 Juli 2019, Syafruddin bebas di tingkat kasasi, perbuatannya dianggap bukan merupakan pidana. Syafruddin terbukti melakukan penerbitan surat keterangan lunas (SKL) BLBI kepada Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI) sehingga menyebabkan kerugian negara mencapai Rp 4,58 triliun.
Penyidikan terhadap pemilik BDNI, Sjamsul Nursalim, juga dihentikan pada April 2021 secara resmi oleh KPK melalui penerbitan surat perintah penghentian penyidikan (SP3). Penerbitan tersebut didasarkan putusan MA kasus Syafruddin yang tak dianggap sebagai pidana.
Selain koneksi Harun dengan petinggi MA, sumber lainnya mengatakan hari ketika seharusnya Harun dijaring melalui operasi tangkap tangan (OTT) oleh para penyidik KPK, ia kabur ke Singapura. Dia bertemu dengan seseorang yang berkaitan dengan kasus BLBI.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto tiba di gedung KPK saat diperiksa terkait kasus dugaan suap pergantian antarwaktu (PAW) Harun Masiku, Jakarta, Senin (13/1/2025).
Foto : Ari Saputra/detikX
“Jadi Harun ini nanganin kasus BLBI. Harun ini lawyer-nya Sjamsul Nursalim, tapi di belakang. Lawyer aslinya itu Ahmad Yani, dari sini ketahuan kenapa dia begitu penting,” tutur sumber detikX tersebut.
Ada dugaan bahwa Harun mengetahui aliran dana terkait kasus BLBI kepada sejumlah orang, termasuk yang mengalir ke kantong Firli Bahuri dari Sjamsul Nursalim. Seorang penyidik KPK disebut telah memiliki catatan perlintasan Firli ke Singapura untuk bertemu dengan Sjamsul Nursalim.
Pengacara Firli, Ian Iskandar, membantah semua tudingan mantan penyidik KPK tersebut. Ia menyebut tudingan itu merupakan unfair prejudice, prasangka yang menyesatkan.
“Tidak ada bukti-bukti yang mengarah ke sana. Jadi tudingan-tudingan seperti itu sudah beberapa kali Pak Firli mengalami ya. Sejak dia memimpin KPK, tudingan membocorkan dokumen penyidikan, kemudian tudingan ada affair dengan salah satu jurnalis, akhirnya terbantahkan itu semua,” kata Ian kepada detikX pada Minggu, 12 Januari 2025.
Ian turut menerangkan tak ada hubungan spesial Firli dengan PDI Perjuangan. Hubungan yang ada hanya silaturahmi sewajarnya sama seperti hubungan dengan partai-partai lainnya.
Senada, Ronny Berty Talapessy, Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Reformasi Sistem Hukum Nasional sekaligus pengacara Hasto Kristiyanto, juga membantah kasus suap yang dilakukan Harun Masiku berkaitan dengan perkara korupsi dana BLBI.
“Tidak benar dan tidak mendasar,” kata Ronny melalui pesan singkat kepada detikX.
Siapa Sebenarnya Harun Masiku?
Harun berasal dari keluarga berlatar belakang hukum. Ayahnya Johannes Masiku, merupakan seorang mantan hakim yang pernah bertugas di Makassar, Sulawesi Selatan. Harun juga pernah jadi pengacara di Jakarta.
Kariernya di politik diawali dengan menjadi Tim Sukses Pemenangan Pemilu dan Pilpres Partai Demokrat Sulawesi Tengah untuk memenangkan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono. Dilanjutkan dengan menjadi caleg Partai Demokrat. Dia juga pernah menjadi Tenaga Ahli Komisi III DPR pada 2011.
Cukup lama berkubang di Demokrat, Harun kemudian berpindah haluan ke PDI Perjuangan pada 2019 hingga setelahnya tersangkut kasus suap pergantian antarwaktu (PAW) anggota DPR.
Harun Masiku berperan sebagai pemberi suap kepada komisioner Komisi Pemilihan Umum Wahyu Setiawan senilai Rp 850 juta. Tujuannya agar ia lolos menjadi anggota DPR RI melalui mekanisme pergantian antarwaktu di KPU. Harun berniat menggantikan Nazarudin Kiemas, yang meninggal sebelum ditetapkannya sebagai anggota legislatif terpilih hasil Pileg 2019 Dapil Sumatera Selatan I.
Pengganti Nazarudin Kiemas mulanya Riezky Aprilia, yang suaranya di urutan kedua tertinggi sebanyak 44.402 suara. Namun saat itu PDI Perjuangan ngotot mengajukan nama Harun Masiku, yang berada di urutan ke-5. Lobi-lobi terhadap KPU, Bawaslu, serta Mahkamah Konstitusi pun dilakukan.
Keberadaan Harun Masiku masih menjadi hantu hingga saat ini. Mei 2024, keberadaannya nyaris menemui titik terang, tetapi seorang sumber penyidik KPK kala itu, yang kini sudah tak menjabat, mengungkap ada hambatan penangkapan Harun karena minimnya dukungan para pimpinan saat itu.
Diketahui para penyidik saat itu mendeteksi adanya komunikasi Harun dengan sejumlah pihak. Harun diduga berada di Pulau Jawa. Seorang mantan penyidik mengatakan perkiraan posisi Harun berlokasi di Tangerang atau Banten.
Sumber detikX lainnya, seorang mantan penyidik KPK yang menangani kasus Harun selama tiga tahun penyidikan, menegaskan jejak-jejak Harun di Indonesia sebenarnya sangat kuat. Selama masa penyidikannya, ia membeberkan terdapat ratusan panggilan dari dua nomor Indonesia kepada para kerabat Harun Masiku.
Penyidik KPK selesai menggeledah rumah Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto terkait kasus kasus suap pergantian antarwaktu (PAW) Harun Masiku. Penyidik KPK membawa satu koper dari rumah Hasto, Selasa (7/1/2025).
Foto : Agung Pambudhy/detikcom
Di sisi lain, suatu waktu ia pernah mendatangi sebuah rumah sederhana yang menunjukkan adanya jejak Harun Masiku, tetapi para pemilik rumah tersebut tak ingin membukakan pintu untuk para penyidik.
“Padahal rumah itu bukan rumah yang mewah, rumah itu di pinggir sawah, ya biarpun nggak jelek-jelek amat, bukan tipikal yang sepertinya bisa bayar pengacara selama setahun lebih,” tuturnya.
Depok, Kalimantan, dan Sulawesi merupakan lokasi-lokasi lainnya yang pernah terendus keberadaan Harun Masiku. Namun sosoknya tak pernah benar-benar terlihat.
Temuan barang peninggalan Harun terakhir kali ditemukan pada Juni 2024. Direktur Penyidikan KPK Asep Guntur Rahayu waktu itu menyatakan penyidik menemukan mobil Harun Masiku di kawasan apartemen Thamrin Residence, Jakarta, yang sudah terparkir selama dua tahun sejak 2022.
Mobil yang ditemukan tersebut adalah Toyota Camry berwarna hitam dengan nomor polisi B-8351-WB. Di mobil itu, KPK menemukan dokumen terkait Harun Masiku.
Tim detikcom sempat menelusuri identitas pemilik mobil tersebut. Namun, ketika dicek di situs Informasi Data Kendaraan dan Pajak Kendaraan Bermotor Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, identitas pelat mobil tersebut itu tak bisa ditemukan.
Penetapan tersangka baru petinggi politikus PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dan Donny Tri Istiqomah di kasus suap PAW menambah daftar panjang para tersangka. Tiga pelaku lainnya, yakni Wahyu Setiawan, eks anggota Bawaslu Agustiani Tio Fridelina, dan kader PDI Perjuangan Saeful Bahri, tengah menjalani hukuman pengadilan.
Reporter: Ani Mardatila, Ahmad Thovan Sugandi, Fajar Yusuf Rasdianto
Penulis: Ani Mardatila
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Fuad Hasim