Pekanbaru -
Ustaz Abdul Somad atau UAS mengaku dirinya tidak pernah mau ketika diminta menjadi imam salat istisqo atau salat meminta hujan saat terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau. Apa alasannya?
Cerita ini dia ungkapkan saat mengisi kajian subuh di Mapolda Riau yang mengangkat tema 'Alam dan Kita dalam Perspektif Agama dan Sains', Sabtu (10/5/202). Kegiatan yang dibuka oleh Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan ini juga mengundang Rocky Gerung sebagai narasumber yang memaparkan pandangannya soal alam dari sisi ilmiah.
Awalnya, UAS berbicara tentang Islam dan kaitannya dengan penanaman pohon yang digencarkan oleh Kapolda Herry Heryawan. Ia mulanya menjelaskan tentang bagaimana proses seseorang masuk dalam agama Islam harus melalui proses membaca syahadat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tuhan itu abstrak, tidak berbentuk tidak kelihatan, tidak tersentuh, dalam Islam (Tuhan) bukan (berupa) fisik, maka tidak dalam bentuk patung, bukan kayu, bukan batu dan lain sebagainya. Tapi, Al-Quran menggambarkan bahwa iman itu Kasyajaratin toyyibatin (seperti pohon kayu yang baik), ashluha tsabitun (akarnya menghujam ke tanah) wafar'uha fissamaa (pucuknya ke langit)" ujar UAS mengutip QS Ibrahim:24.
Setelah seseorang masuk menjadi muslim, kemudian UAS menjelaskan bagaimana seorang muslim beriman kepada Tuhannya. Menurutnya, keimanan seseorang dalam Islam digambarkan dengan sesuatu yang tampak.
"Sesuatu yang abstrak dalam Islam digambarkan dengan sesuatu yang kelihatan. Cinta, cinta itu tidak kelihatan, bagaimana menggambarkan cinta, maka mesti digambarkan sesuatu dengan yang kelihatan. Maka muncullah ungkapan 'cintamu seperti air di daun keladi, setelah tumpah tidak meninggalkan bekas', begitulah biasanya orang yang kecewa (terhadap cinta)," paparnya disambut gelak tawa.
UAS kemudian mengutip sebuah ayat yang menggambarkan keimanan seseorang dengan pohon. Dan bagaimana ketika Nabi Muhammad SAW mengajarkan seseorang tentang keimanan dan kaitannya dengan pohon.
"Maka dalam Islam, iman itu digambarkan dengan pohon kayu. Kalau tadi Pak Gub (Gubernur Riau) bercerita tentang orang Melayu tidak bisa dilepaskan dari hutan, dari pohon kayu, ya logis, masuk akal karena orang Melayu tinggalnya di jantung Pulau Sumatera memang dia begitu buka mata melihat pohon kayu," ujarnya.
"Tapi, Nabi Muhammad SAW dia bukan orang Sumatera, dia tinggal di gurun pasir yang pohon itu sesuatu yang sulit (tumbuh). Tapi ketika cerita tentang iman, kaitannya dengan pohon kayu. Setelah masuk (menjadi orang Islam). Setelah orang beriman, lalu bagaimana kondisi dia, orang beriman itu seperti pohon kayu--pohon kayu lagi--angin senantiasa membuat dia bergoncang. Jadi ketika dia sudah meyakini Tuhan, nanti akan ada goncangan-goncangan keimanan, lagi-lagi dikaitkan dengan pohon kayu," sambungnya.
UAS kemudian menyinggung ajaran Islam yang mengajarkan agar kita menanam pohon untuk mendapatkan pahala dan sodaqoh.
"Maka orang disuruh nanam pohon kayu depan rumah supaya apa, supaya ada sodaqoh. Sekarang kita pergi ke rumah orang lalu lihat di ruang tamunya ada pohon kayu, tapi ternyata setelah kita dekati rupanya pohon plastik. (hahahha), itu bedanya di Mapolda, ternyata pohonnya asli semua," ucapnya disambut gelak tawa kembali dan tepuk tangan.
UAS kemudian menggambarkan sebuah dosa yang lagi-lagi dikaitkan dengan pohon. UAS lantas menceritakan dosanya seseorang yang memotong pohon sidr di gurun pasir di zaman Rasulullah SAW.
"Lalu kemudian bagaimana dengan dosa? Dosa itu adalah judi dan seterusnya, tapi orang lupa, Nabi mengatakan, siapa yang memotong satu batang pohon sidr pohon sidr biasa tumbuh di gurun pasir, ada unta yang bernaung di bawah ada musafir dia berhenti sejenak, siapa yang memotong sebatang pohon, maka kepalanya nanti akan disungkurkan ke dalam api neraka," terang dia.
UAS lantas mengaku dirinya tidak pernah mau ketika diminta menjadi imam salat Istisqo (salat meminta hujan), terutama pada saat terjadi kebakaran hutan dan lahan.
"Makanya saya, Bang Rocky, sejak dari musim-musim asap dulu, karhutla kebakaran hutan dan lahan tidak pernah sekalipun mau diminta jadi imam salat istisqo minta hujan. Nggak pernah sekalipun, kenapa saya tidak pernah mau, karena yang membakar itu ikut salat," ujarnya yang mengundang tawa hadirin.
Menurut UAS, membakar hutan adalah kejahatan fatal. Itulah sebabnya, dia tidak mau ketika diminta menjadi imam salat Istisqo, karena menurutnya kebakaran hutan adalah ulah jahat manusia itu sendiri.
"Jadi bagi mereka kejahatan itu adalah kejahatan ritual, padahal kejahatan yang lebih fatal itu adalah membakar hutan itu kejahatan yang luar biasa. Misalnya saya mau menjadi imam salat istisqo, pas giliran hujannya nggak turun yang disalahkan imam, padahal makmumnya itu salah semua," tuturnya.
(mei/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini