Israel menggempur jalur Gaza lewat serangan udara di tengah gencatan senjata. Ternyata Israel berkonsultasi dengan Amerika Serikat sebelum membombardir Gaza.
Dikutip AFP, Selasa (18/3/2025), tim penyelamat melaporkan lebih dari 121 orang tewas dalam serangan Israel. Kelompok Hamas menuduh pemerintah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menggagalkan gencatan senjata.
"Hamas berulang kali menolak untuk membebaskan sandera kami, serta penolakannya terhadap semua usulan yang telah diterimanya dari Utusan Presiden AS Steve Witkoff dan dari para mediator," kata kantor Netanyahu dalam sebuah pernyataan, dilansir Al Arabiya dan AFP, Selasa (18/3/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang pejabat Israel mengatakan operasi itu akan terus berlanjut selama diperlukan dan akan diperluas melampaui serangan udara. Dalam sebuah posting di Telegram pada Selasa dini hari waktu setempat, militer Israel melakukan serangan besar-besaran terhadap target-target milik Hamas di Jalur Gaza.
Badan pertahanan sipil Gaza melaporkan lebih dari 121 orang telah tewas. Anak-anak turut jadi korban.
"Sebagian besar dari mereka adalah anak-anak, wanita, dan orang tua". Setidaknya 150 orang juga terluka akibat "agresi, pemboman udara, dan tembakan artileri,".
Israel memerintahkan semua sekolah yang dekat dengan wilayah Gaza ditutup, seiring pemerintah Israel dalam sebuah pernyataan, mengatakan sekarang akan bertindak dengan "kekuatan militer yang meningkat" terhadap Hamas.
Dalam sebuah pernyataan, Hamas mengatakan "Netanyahu dan pemerintah ekstremisnya telah memutuskan untuk membatalkan perjanjian gencatan senjata, yang akan membuat para tahanan di Gaza menghadapi nasib yang tidak diketahui".
Serangn ini juga dikecam Kelompok Houthi di Yaman. Houthi bersumpah akan meningkatkan operasinya untuk mendukung Hamas, sekutunya, setelah mengancam akan memperbarui serangan terhadap kapal-kapal terkait Israel di Laut Merah.
Israel Minta Restu AS
Serangan Israel di Gaza. (Foto: REUTERS/Hatem Khaled)
"Pemerintahan Trump dan Gedung Putih diajak berkonsultasi oleh Israel mengenai serangan mereka di Gaza malam ini," kata Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt dalam program "Hannity" di Fox News, dilansir kantor berita AFP dan Reuters, Selasa (18/3/2025).
"Seperti yang telah dijelaskan Presiden Trump, Hamas, Houthi, Iran, semua pihak yang berusaha meneror bukan hanya Israel, tetapi juga Amerika Serikat, akan menghadapi harga yang harus dibayar -- semua kekacauan akan terjadi," katanya dalam wawancara yang disiarkan di televisi.
Trump sebelumnya telah mengeluarkan peringatan secara terbuka dengan menggunakan kata-kata serupa, dengan mengatakan kelompok Hamas harus membebaskan semua sandera di Gaza atau "kekacauan akan terjadi."
Korban Tewas Bertambah
Serangan Israel di Gaza. (Foto: REUTERS/Hatem Khaled)
"Lebih dari 220 martir telah dipindahkan ke rumah-rumah sakit di Jalur Gaza, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak, wanita dan orang lanjut usia, sebagai akibat dari agresi tersebut," kata juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Mahmud Basal, seperti dilansir AFP, Selasa (18/3/2025).
Basal mengatakan operasi militer terbaru Israel berdampak pada sekolah-sekolah serta kamp-kamp yang menampung para pengungsi Palestina. Rentetan serangan Israel, menurut laporan Reuters, melanda sejumlah lokasi di wilayah Jalur Gaza, termasuk Gaza bagian utara, Gaza City, Deir al-Balah, Khan Younis, dan Rafah di selatan wilayah tersebut.
Serangan ini disebut jauh lebih luas skalanya dibandingkan rentetan serangan drone yang rutin dilancarkan militer Israel, dan diklaim menargetkan individu atau kelompok kecil yang diduga ekstremis di Jalur Gaza, menyusul upaya gagal untuk memperpanjang gencatan senjata Gaza yang disepakati pada 19 Januari lalu.
Laporan terbaru otoritas kesehatan Palestina, seperti dilansir AFP dan Reuters, Selasa (18/3), menyebut lebih dari 300 orang tewas akibat rentetan serangan udara Israel yang menghantam puluhan target di Jalur Gaza pada Selasa (18/3) pagi.
Hamas Bilang Netanyahu Korbankan Sandera
PM Israel Benjamin Netanyahu. (Foto: BBC World)
Hamas menuduh Netanyahu membatalkan perjanjian gencatan senjata, yang membuat nasib 59 sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza tidak jelas.
"Keputusan Netanyahu untuk melanjutkan perang adalah keputusan untuk mengorbankan tahanan pendudukan (sandera-red) dan menjatuhkan hukuman mati kepada mereka," kata pejabat senior Hamas, Izzat al-Rishq, dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP.
Dia menyebut Netanyahu menggunakan pertempuran di Jalur Gaza sebagai "sekoci penyelamat" politik untuk mengalihkan perhatian dari krisis internal dalam pemerintahannya.
Jenderal Hamas Tewas
Serangan Israel di Gaza. (Foto: REUTERS/Hatem Khaled)
Dua sumber Hamas mengatakan kepada AFP, bahwa Jenderal Abu Watfa yang memimpin Kementerian Dalam Negeri Hamas di Jalur Gaza tewas dalam serangan udara Israel pada Selasa (18/3) waktu setempat. Watfa juga memimpin kepolisian dan dinas keamanan internal Hamas yang ada di Jalur Gaza.
Menurut dua sumber Hamas tersebut, Watfa tewas dalam serangan yang menghantam area Gaza City, kota terpadat di daerah kantong Palestina itu sebelum perang berkecamuk 17 bulan lalu.
Sementara itu, menurut laporan lokal Palestina yang dikutip media Israel, ynetnews.com, selain Watfa, beberapa anggota biro politik dan pejabat senior Hamas lainnya yang berperan dalam membangun kembali pemerintahan Hamas di Jalur Gaza juga menjadi target serangan.
Dilaporkan bahwa sedikitnya ada lima pejabat senior Hamas, termasuk Watfa, yang tewas dalam serangan udara terbaru Israel.
(idn/idn)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu