Jakarta -
Pendidikan memang diperlukan untuk memperbaiki kehidupan dan kesejahteraan. Selain pendidikan, ada faktor lain yang juga menentukan keberhasilan seseorang. Faktor ini mencakup kerja keras, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab.
Para pengusaha sukses Indonesia membuktikan pentingnya memiliki sukses tersebut dalam membangun bisnisnya. Mereka terus bekerja membesarkan usaha dan bisnisnya hingga masih bertahan hingga saat ini.
5 Pengusaha Sukses di Indonesia Tanpa Sekolah Tinggi
Beberapa pengusaha sukses di Indonesia ini tidak memiliki gelar sarjana. Meski begitu, berkat kerja kerasnya mereka mampu membangun perusahaan besar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Christopher Sebastian
Christopher Sebastian adalah Founder & CEO Makko Group yang memiliki empat lini bisnis besar. Mengutip wawancara detikFinance dengan pengusaha sukses ini, dia mengaku tidak pernah melamar pekerjaan menggunakan ijazah.
Lulusan SMA tersebut mengatakan, dirinya mencari pekerjaan dengan mengandalkan kerja kerasnya sendiri dan berkat berbuat baik kepada orang lain. Selain itu, menjaga hubungan baik dengan teman juga menjadi faktor yang penting untuk membantu mendapatkan pekerjaan.
Meski demikian, hal ini tidak berarti bahwa pendidikan dan ijazah tidak memiliki nilai penting. Terutama pengalaman dalam berorganisasi yang menurut Christoper sangat berguna untuk membentuk kepribadian karakter.
2. Bob Sadino
Pengusaha dengan penampilan nyentrik ini adalah pemilik dan pendiri jaringan usaha pangan yang besar di kota Jakarta, yaitu Kemfood dan Kemchick. Sejak kecil, Bob Sadino hidup di keluarga yang berkecukupan.
Saat orang tuanya meninggal, dia mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya. Namun dia menghabiskan sebagian harta tersebut untuk keliling dunia.
Bob menetap di Belanda selama 9 tahun dan di sanalah dia bertemu dengan istrinya. Bob dan keluarganya kembali ke Indonesia membawa 2 Mercedes miliknya. Salah satunya dia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang.
Setelah beberapa lama di Indonesia, Bob keluar dari pekerjaannya dan bertekad bekerja mandiri. Dia sempat bekerja sebagai sopir mobil yang disewakan serta kuli bangunan dengan upah harian.
Bob akhirnya mencoba berbisnis telur ayam negeri dan menjual telurnya dari pintu ke pintu. Sebab telur negeri belum populer, dagangannya hanya dibeli ekspatriat yang tinggal di Kemang dan orang Indonesia yang bekerja di luar negeri.
Seiring berjalannya waktu telur ayam negeri mulai dikenal, sehingga bisnisnya semakin berkembang. Bob melanjutkan bisnisnya dengan menjual daging ayam. Bisnisnya pun semakin berkembang.
3. Eka Tjipta Widjaja
Eka Tjipta Widjaja adalah pendiri Sinar Mas, salah satu perusahaan besar Indonesia. Sinar Mas mempunyai 7 pilar bisnis, di antaranya di bidang real estat, agribisnis dan makanan, kesehatan, jasa keuangan, penyedia pasokan listrik, pabrik kertas, hingga telekomunikasi.
Sebelum mendirikan Sinar Mas, Eka diketahui sempat menjual biskuit, permen, dan barang lainnya dari pintu ke pintu. Saat dia datang ke Makassar dari Quanzhou, China, usianya baru 9 tahun. Dia ikut merantau untuk memperbaiki kondisi ekonomi keluarga.
Tabungan dari berjualan tersebut digunakan untuk merenovasi rumah orang tuanya yang terbuat dar bambu dan atap dari daun rumbia. Pada tahun 1949, usaha yang dijalankan keluarganya diperbesar dengan membuka toko kelontong yang menjual Kopra, Kelapa Sawit, dan Kertas.
Tak bertahan lama, dia beralih membuka usaha lebih serius dengan membangun CV Sinar Mas di Surabaya dengan pabrik minyak goreng, pabrik kertas, dan bubur kertas. Bisnisnya berkembang namun mengalami berbagai guncangan. Dia melebarkan lini bisnisnya ke bidang energi, perdagangan besar, dan infrastruktur telekomunikasi.
Mengutip laman Sinar Mas land, pihaknya memiliki 10.000 hekaar bank tanah dan megembangkan banyak hunian di 26 kota, baik di Indonesia maupun mancanegara.
4. Susi Pudjiastuti
Susi Pudjiastuti dikenal dengan pribadi nyentrik, menginspirasi, dan sempat menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan. Dia juga seorang bos sebuah maskapai bernama Susi Air, meski tidak memiliki latar belakang dunia aviasi. Bahkan dia mengaku tidak menamatkan pendidikan SMA.
Maskapai Susi Air didirikan untuk memenuhi kebutuhan usaha dan mengangkut produk perikanan miliknya. Mulai tahun 2000-an, Susi mencari cara untuk mendapat uang untuk membeli pesawat. Setelah empat tahun mencoba, ada bank BUMN yang bersedia memberi kredit.
Baru sebulan pesawat tiba, Susi terketuk hatinya untuk membantu bencana Tsunami di Aceh. Pesawatnya digunakan untuk membantu warga di sana, serta mengangkut bantuan, para medis, jurnalis, dan pemerintah.
Organisasi Dunia (NGO) bahkan bersedia menyewa 2 unit pesawat Susi. Di situlah pesawat Susi terjun dalam bisnis penerbangan bernama PT ASI Pudjiastuti Aviation, atau dikenal dengan Susi Air.
5. Bustaman
Pecinta masakan Padang mungkin tak asing dengan RM Padang Sederhana. Pemiliknya adalah pria bernama Bustaman yang berasal dari Sumatera Barat.
Dirinya yang hanya lulusan SD harus merantau ke kota lain sebab faktor budaya. Di Jambi, dia kerja serabutan, mulai dari bekerja di kebun karet, jualan koran, tukang cuci di rumah makan, dan jadi pedagang asongan.
Pada tahun 1970, setelah menikah Bustaman merantau ke Jakarta. Dia berdagang rokok di pinggir jalan dengan gerobak untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan keluarga. Penghasilannya sempat turun drastis saat dia harus pindah lokasi dagang.
Menghadapi kondisi ini, Bustaman beralih dengan mencoba membuka warung makanan. Dia mencoba belajar memasak dan mendapat omzet jauh lebih besar dibandingkan modal yang dikeluarkan Sayangnya, hasil dagangannya malah dibawa lari pembantu barunya.
Tak putus asa, Bustaman mendirikan kembali rumah makannya dan mencari tukang masak yang bisa dipercaya. Berbagai rintangan dialami selama mengembangkan warung makan. Mulai dari gerobaknya diangkut Satpol PP, hingga kebakaran yang menimpa rumahnya.
Setelah tahun demi tahun berlalu, Bustaman mengembangkan warungnya di Pasar Benhil dan buka cabang di Roxy Mas. Kini, RM Sederhana sudah tersebar di seluruh Indonesia bahkan sampai di Malaysia.
(elk/row)