Zelensky Ogah Respons Trump soal 'Diktator', Harap Hubungan Erat dengan AS

1 day ago 5

Jakarta -

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenksy akan menggelar pertemuan dengan utusan Amerika Serikat (AS), Keith Kellogg, untuk membahas akhir konflik Rusia dan Ukraina. Pertemuan itu terjadi setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut Zelensky sebagai diktator.

Dalam platform Truth Social, Trump menyebut Zelensky sebagai 'diktator tanpa pemilu'. Hal itu merujuk pada posisi Zelensky yang masih menjabat Presiden Ukraina meski jabatannya telah berakhir sejak tahun lalu.

Zelensky lalu memberikan keterangan harian kepada rakyat Ukraina lewat sebuah video pada Rabu (19/2) malam. Video itu tayang selang beberapa jam dari sindiran Trump kepada Zelensky.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam video tersebut, Zelensky mengutarakan harapannya untuk terus menjalin kerja sama yang konstruktif dengan Amerika Serikat. Zelensky sama sekali tidak memberikan tanggapan atas pernyataan kontroversial Trump kepada dirinya. Zelensky justru menyebut akan menggelar pertemuan dengan utusan AS hari ini membahas akhir konflik Rusia dan Ukraina.

"Kami dijadwalkan bertemu dengan Jenderal Kellogg besok (hari ini), dan sangat penting bagi kami bahwa pertemuan tersebut dan kerja sama kami dengan Amerika secara umum bersifat konstruktif," kata Zelensky dilansir AFP, Kamis (20/2/2025).

"Bersama Amerika dan Eropa, perdamaian bisa lebih terjamin, dan inilah tujuan kami," tambahnya.

Pemimpin Ukraina itu juga mengatakan bahwa negara-negara paling berkuasa di dunia menghadapi pilihan untuk tetap bersama Kremlin atau berdamai.

"Masa depan bukan berada di tangan Putin, melainkan perdamaian. Dan merupakan pilihan bagi semua orang di dunia -- dan bagi pihak yang berkuasa -- untuk bersama Putin atau dengan perdamaian. Kita harus memilih perdamaian. Saya berterima kasih kepada semua orang atas dukungan mereka," kata Zelensky.

Zelensky juga mengatakan bahwa Ukraina menginginkan diakhirinya perang sejak "detik pertama" invasi Rusia pada Februari 2022. Dia mengatakan negaranya menginginkan kesepakatan damai yang akan memastikan Moskow tidak akan menyerang lagi.

"Saya yakin bahwa kita akan mengakhirinya, dan dengan perdamaian abadi. Dan agar Rusia tidak dapat datang ke Ukraina lagi, dan agar warga Ukraina kembali dari penawanan Rusia, dan agar Ukraina memiliki masa depan. Ini adalah keinginan normal setiap negara," katanya.

Trump sebelumnya melontarkan pernyataan pedas kepada Zelensky. Lewat platform Truth Social miliknya, Trump menyebut Presiden Ukraina itu sebagai diktator.

"Seorang diktator tanpa pemilu, Zelensky lebih baik bergerak cepat atau dia tidak akan punya negara yang tersisa," tulis Trump di platform Truth Social dilansir AFP, Kamis (20/2/2025).

Pernyataan Trump ini menambah ketegangan yang melibatkan Trump dan Zelensky dalam upaya mengakhiri konflik Rusia dan Ukraina. Zelensky sempat menyebut Trump menerima informasi yang salah dari Rusia usai Presiden Amerika itu menyebut Ukraina sebagai pemicu perang dengan Rusia.

Dalam kritik yang dilontarkan di platform Truth Social, Trump juga mempertanyakan legitimasi Zelensky sebagai Presiden Ukraina. Jabatan Zelensky sedianya berakhir tahun lalu, namun diperpanjang atas pertimbangan darurat militer.

"Dia menolak untuk mengadakan pemilu, nilainya sangat rendah dalam jajak pendapat di Ukraina, dan satu-satunya hal yang dia kuasai adalah mempermainkan (Joe) Biden 'seperti biola,'" kata Trump dalam postingan Truth Social.

(ygs/ygs)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial