Ankara -
Partai Pekerja Kurdistan (PKK)yang selama ini berupaya mewujudkan negara Kurdi merdeka telah mengumumkan gencatan senjata dengan Turki setelah pemimpinnya yang dipenjara, Abdullah Ocalan, meminta gerakan tersebut untuk meletakkan senjata dan membubarkan diri.
"Demi membuka jalan bagi pelaksanaan perdamaian dan masyarakat demokratis, kami mendeklarasikan gencatan senjata yang berlaku mulai hari ini," kata komite eksekutif PKK dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (01/03), yang dikutip oleh kantor berita ANF.
"Tak satu pun dari pasukan kami akan melakukan tindakan bersenjata kecuali diserang," tambahnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
PKK juga berharap Turki akan membebaskan Ocalan yang telah dipenjara di sel isolasi sejak tahun 1999, sehingga ia dapat memimpin proses perlucutan senjata.
Ocalan, kata PKK, "harus dapat hidup dan bekerja dengan kebebasan fisik dan dapat menjalin hubungan tanpa hambatan dengan siapa pun yang ia inginkan, termasuk teman-temannya".
Pernyataan PKK mengemuka setelah Ocalan menyerukan agar konflik bersenjata di wilayah tenggara Turki yang telah menewaskan puluhan ribu orang selama empat dekade dihentikan.
Seruan Ocalan muncul beberapa bulan setelah Devlet Bahceli, pemimpin partai MHP ultra-nasionalis Turki dan sekutu pemerintah Turki, meluncurkan inisiatif untuk mengakhiri konflik tersebut.
Dalam surat berbahasa Kurdi dan Turki, Ocalan mengatakan "semua kelompok harus meletakkan senjata dan PKK harus membubarkan diri."
Menurut Ocalan, PKK dibentuk terutama karena "saluran politik demokratis telah ditutup".
Namun, tambahnya, Bahceli, yang didukung Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan partai politik lainnya, telah menciptakan lingkungan yang tepat bagi PKK untuk meletakkan senjata.
BBC
BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.
Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.
BBC
Para pemimpin Kurdi sebagian besar menyambut baik perkembangan tersebut.
Ribuan orang dilaporkan berkumpul untuk menyaksikan pernyataan tersebut di layar lebar di Kota Diyarbakir dan Van di wilayah Turki tenggara yang sebagian besar dihuni suku Kurdi.
PKK telah melancarkan pemberontakan sejak 1984, dengan tujuan menciptakan negara bagi suku Kurdi, yang jumlahnya sekitar 20% dari 85 juta penduduk Turki.
Kelompok ini dikategorikan sebagai kelompok teroris di Turki, Uni Eropa, Inggris, dan AS.
Siapa Abdullah Ocalan?
Selama puluhan tahun, Abdullah Ocalan menjadi figur yang sangat berpengaruh dalam dunia politik Kurdi. Pada saat yang bersamaan, sosoknya memunculkan kontroversi di Turki. (Getty Images)
Sebagian besar warga Turki membencinya dan pemerintah Turki melabelinya sebagai musuh negara. Di sisi lain, kelompok nasionalis Kurdi begitu menghormatinya. Dia adalah Abdullah Ocalan, tokoh dominan dalam politik Kurdi dan nama yang kontroversial di Turki selama beberapa dekade.
Ocalan lahir pada 1949 di Sanliurfa, wilayah Turki tenggara. Pada usia 20-an tahun, dia menjadi anggota pendiri Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
Ia memimpin kelompok tersebut ke dalam pemberontakan pada 1984 dengan tujuan membentuk negara Kurdi di Turki tenggara.
Setelah bertahun-tahun memimpin PKK dari pengasingan di Suriah, Ocalan terpaksa melarikan diri ke Kenya. Ia ditangkap pada 1999.
Ocalan kemudian dibawa kembali ke Turki dan diadili atas dakwaan terorisme.
Pengadilan menyatakannya bersalah atas tindakan makar dan menjatuhinya hukuman mati.
Ocalan diadili dengan dakwaan terorisme pada 1999. Sejak itu, dia dipenjara di sebuah pulau kecil di Turki (Getty Images)
Pada hari Ocalan dijatuhi hukuman, komunitas Kurdi di Turki dan berbagai negara Eropa mengadakan aksi unjuk rasa. Sebagian dari aksi tersebut berkembang menjadi kerusuhan.
Pada 2002, Turki mengubah hukuman Ocalan menjadi hukuman penjara seumur hidup.
Hal ini merupakan konsekuensi dari penghapusan hukuman mati di Turki seiring upaya negara itu untuk menyesuaikan diri dengan hukum Uni Eropa.
Sejak tahun 1999, Ocalan menjalani hukumannya di penjara dengan keamanan ketat di Imrali, sebuah pulau kecil di Laut Marmara antara Turki Eropa dan Asia.
Tahun-tahun awal yang dipengaruhi Marxisme
Dikenal dengan julukan "Apo" yang berarti "paman" dalam bahasa Kurdi, Abdullah Ocalan lahir dari keluarga petani. Sewaktu muda, Ocalan tidak tertarik akan dunia politik.
Namun, dia mengambil studi ilmu politik di Universitas Ankara pada tahun 1970-an.
Secara bertahap, dia menjadi terpolitisasi dan akhirnya menganut Marxisme sebagai ideologi politik.
Di kampusnya, Ocalan mulai mengorganisir gerakan mahasiswa.
Abdullah Ocalan adalah salah satu anggota pendiri PKK dan memimpin kelompok tersebut ke dalam konflik bersenjata pada tahun 1984 (Getty Images)
Ocalan kemudian dipenjara karena menyebarkan brosur yang mendukung militan revolusioner. Setelahnya, dia putus kuliah dan bergabung dengan organisasi sayap kiri.
Pada tahun 1973, dia menjadi peserta pertemuan di Ankara yang, meskipun tidak resmi, pada akhirnya mengarah pada pembentukan PKK.
Sejak itu, ia mulai mengadvokasi negara Kurdi yang merdeka.
Awal mula PKK
Pada 1977, Abdullah Ocalan membantu menulis sebuah manifesto berjudul "Jalan Nasional menuju Revolusi Kurdi". Dokumen ini menjadi cetak biru bagi PKK.
Setahun kemudian, PKK didirikan di Diyarbakir, sebuah kota di Turki tenggara dengan mayoritas penduduk Kurdi. Ocalan terpilih sebagai pemimpinnya.
Pada tahun-tahun awal PKK, kelompok ini terlibat dalam pembunuhan tokoh-tokoh penting dan dalam konflik bersenjata dengan kelompok militan lain di Turki.
Pada tahun 1979, di tengah gejolak sosial, Ocalan dan beberapa rekannya pergi ke Suriah dan mulai melatih gerilyawan yang menjadi inti dari PKK.
Baca juga:
PKK ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Turki, AS, dan Uni Eropa (Getty Images)
Pada 15 Agustus 1984, PKK memulai aksi bersenjatanya di Turki. Mereka melakukan serangan terhadap pasukan keamanan di Siirt dan Hakkari di tenggara negara itu.
Perdana menteri saat itu melabeli PKK "terdiri dari beberapa bandit". Namun, konflik bersenjata yang dipimpin PKK menyebabkan lebih dari 40.000 orang tewas di Turki, menurut angka resmi.
PKK, yang dipimpin oleh Abdullah Ocalan, menjalankan serangan berdarah di Turki dari 1984 hingga 1999.
Pada tahun 1993, pada puncak konflik bersenjata, kelompok tersebut menculik puluhan tentara tak bersenjata di jalan raya Elazig-Bingol di timur Turki dan membunuh 33 di antara mereka.
Pada tahun yang sama, serangan bersenjata lainnya merenggut 33 nyawa di sebuah desa di Provinsi Erzincan.
Baca juga:
Pada 1990-an, Ocalan menjadi musuh publik nomor satu di barat Turki. Media arus utama melabelinya sebagai "pembunuh bayi".
Pemakaman pasukan keamanan berubah menjadi unjuk rasa kemarahan terhadap PKK.
Namun, banyak orang di komunitas Kurdi di timur dan tenggara Turki, memuji Ocalan sebagai "tokoh besar" .
Di sini, mereka yang menghadiri pemakaman gerilyawan PKK akan meneriakkan yel-yel pro-Ocalan.
Penangkapan di Kenya
Pada tahun 1998, Turki meningkatkan tekanan pada Suriah untuk mendeportasi Ocalan yang sudah hampir dua dekade tinggal dalam pengasingan di sana.
Ocalan kemudian dideportasi dari Suriah pada 9 Oktober 1998. Dia mencari perlindungan di negara-negara seperti Yunani, Rusia, Italia, dan Tajikistan.
Ocalan ditangkap dalam operasi rahasia di Bandara Nairobi di Kenya pada 15 Februari 199 (Getty Images)
Upaya Ocalan untuk mencari suaka di berbagai negara lain juga tidak berhasil karena Turki melakukan kerja diplomatik yang intens untuk memastikan tidak ada negara yang akan menerima permohonan suakanya.
Ocalan ditangkap dalam operasi rahasia di Bandara Nairobi di Kenya pada 15 Februari 1999. Dia kemudian diterbangkan ke Turki.
Para simpatisan PKK melakukan aksi bakar diri sebagai bentuk protes atas penangkapan Ocalan (Getty Images)
Berbagai unjuk rasa dilakukan para simpatisan PKK untuk memprotes penangkapan Ocalan. Bulan-bulan menjelang persidangan Ocalan diwarnai aksi bakar diri, pendudukan gedung-gedung konsulat, dan mogok makan.
Persidangan Ocalan
Persidangan Abdullah Ocalan dimulai di Pulau Imrali pada tanggal 31 Mei 1999.
Dia menghadiri persidangan dalam sangkar kaca antipeluru. Pada sidang pertama, keluarga tentara dan petugas polisi yang kehilangan nyawa dalam bentrokan juga hadir di aula.
Ocalan meminta maaf kepada mereka dan mengatakan bahwa ia "siap bekerja menuju solusi masalah Kurdi jika diberi kesempatan".
Pada tahun 2002, Turki mengubah hukuman Ocalan menjadi hukuman penjara seumur hidup sebagai buah dari penghapusan hukuman mati di negara itu (Reuters)
Pada akhir persidangan, Ocalan dinyatakan bersalah atas tuduhan pengkhianatan dan pembentukan serta memimpin organisasi teroris bersenjata.
Pengadilan menjatuhi Ocalan dengan hukuman mati. Pada tahun 2022, hukuman ini diubah menjadi hukuman penjara seumur hidup.
Pada tahun 2003, Mahkamah Hak Asasi Manusia Eropa memutuskan bahwa persidangan Ocalan tidak adil. Hakim menyebut upaya pembelaan Ocalan dibatasi secara tidak adil.
Walaupun Turki mengajukan banding, pengadilan pada tahun 2005 mempertegas putusan tersebut dan merekomendasikan persidangan ulang.
Turki menolak rekomendasi ini.
Pandangan yang berubah
PKK mengalami serangkaian fase kritis setelah Abdullah Ocalan dijebloskan ke jeruji besi.
Namun, kelompok tersebut tidak bubar dan Ocalan tetap menjadi pemimpin yang diakui.
Dalam beberapa tahun terakhir, Ocalan mendorong adanya kesepakatan melalui negosiasi untuk mencapai otonomi Kurdi di dalam Turki (Getty Images)
Pada tahun 1990-an, Abdullah Ocalan mulai mengembangkan visi masa depan bagi komunitas Kurdi yang ia sebut "modernitas demokratis".
Ocalan mengungkapkan gagasan seperti "tanah air bersama, republik demokratis, otonomi demokratis, konfederalisme demokratis" dalam artikel dan bukunya.
Ia telah sepenuhnya meninggalkan konsep negara bangsa dan sekarang mengadvokasi perjanjian yang dinegosiasikan untuk mewujudkan otonomi Kurdi di Turki.
Perundingan perdamaian
Pada tahun 2004, dua tahun setelah gencatan senjata diumumkan, PKK kembali melancarkan serangan terhadap pasukan keamanan Turki.
Meski pembicaraan damai rahasia antara pejabat Turki dan pemimpin PKK sudah pernah dilaporkan, pertemuan resmi pertama Ocalan dengan pihak berwenang Turki terjadi pada tahun 2012.
Recep Tayyip Erdogan, yang saat itu menjabat sebagai perdana menteri Turki, mengumumkan bahwa para pejabat negara telah memulai negosiasi dengan Ocalan.
Pada tahun 2013, para politisi dari partai pro-Kurdi melakukan pertemuan dengan Ocalan di penjara Imrali (Getty Images)
Ocalan menyerukan gencatan senjata pada Maret 2013 dan gerilyawan PKK mulai menarik diri dari Turki. Akan tetapi, perundingan damai terhenti dan gencatan senjata berakhir pada Juli 2015.
Hal ini mengakhiri proses negosiasi dan Ocalan kehilangan momentum keunggulannya dalam "proses perdamaian".
Mata dunia internasional kembali tertuju ke PKK dan Ocalan ketika kelompok Unit Perlindungan Rakyat (YPG)yang dianggap sebagai cabang PKK memperkuat cengkeramannya di utara Suriah.
Pengumuman tak terduga
Pada Oktober 2024, pemimpin Partai Gerakan Nasionalis (MHP) sayap kanan Turki membuat langkah mengejutkan. Ia menyerukan kepada Abdullah Ocalan untuk mengumumkan pembubaran PKK.
Devlet Bahceli mengusulkan agar Ocalan diizinkan untuk berbicara di parlemen Turki dengan syarat membubarkan kelompok militan tersebut.
"Jika isolasi pemimpin teroris itu dicabut, biarkan dia datang dan berbicara," kata Bahceli.
"Biarkan dia berteriak bahwa terorisme telah sepenuhnya berakhir dan organisasi tersebut telah bubar."
Abdullah Ocalan, yang kini berusia 76 tahun, menjadi sosok yang dihormati oleh mayoritas nasionalis Kurdi (DEM Party)
Sebagai imbalannya, ia mengusulkan agar Ocalan berpotensi dibebaskan.
Sejak saat itu, anggota Partai DEM pro-Kurdi telah melakukan kunjungan ke Pulau Imrali untuk mengadakan pembicaraan dengan Ocalan.
Abdullah Ocalan kini telah menyerukan kepada PKK untuk mengadakan kongres dan mengambil keputusan untuk membubarkan diri.
Ini bisa menjadi momen yang sangat signifikan bagi Turki dan semua orang Kurdi yang tinggal di wilayah tersebut.
Konflik bersenjata selama 40 tahun yang telah merenggut lebih dari 40.000 nyawa berpotensi mereda.
(nvc/nvc)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu